Ruangan ini tak terlalu besar, terletak di sudut yang lumayan jauh dari keramaian kota. Tapi tempat ini ramai di datangi pengunjung. Banyak orang berkumpul disini untuk sekedar bertemu teman, bercengkrama, dan juga yang datang untuk menyelesaikan masalah mereka sendiri. Tak banyak juga orang yang mabuk.
Suara gemercik dari balik meja pesanan, suara gelas berdenting, para bartender bekerja memperlihatkan kemampuan mereka kepada konsumen. Ya tempat ini adalah Bar. Tidak heran jika banyak di datangi pengunjung apa lagi pada malam hari.
Ada banyak orang malam ini, tertawa, bercanda, marah marah, bahkan ada yang sampai tertidur. Ada juga yang minum minum sendirian mencoba menyelesaikan masalahnya.
"Saya mau satu gelas whisky lagi" seseorang berkata pada bartender yang sedang membuat minuman di depannya.
"Sudah berapa gelas hari ini? sepertinya anda mengalami banyak masalah, haha" jawab bartender tersebut sambil bergurau.
Pria ini duduk sendirian sejak tadi, masih terlihat rapih dengan blazer hitam, kaus putih, dan celana jeans yang di kenakan nya. Juga kaca mata tak begitu bulat yang membuat tatapannya terlihat lebih serius.
Semakin malam gemuruh suara di bar terdengar lebih keras dari sebelumnya, lalu lalang orang berganti membuat suasana bar ini terus berubah seiring jam terus berjalan."Kloneng kloneng". Suara lonceng di gagang pintu bar menandakan pengunjung masuk atau pergi dari bar tersebut. Terlihat seseorang datang sendirian mengenakan kaus abu abu dan celana jeans biru. Berjalan sambil melihat sekeliling, tak lama kemudian menghampiri pria yang duduk di depan bar sendirian sejak tadi.
"Alfa!, ngapain kamu disini?" seseorang tersebut menegur temannya.
"Soren!, kok tiba tiba ada disini?" kata pria di depan bar terkejut melihat temannya datang.
"Aku lihat kamu dari luar tadi kebetulan lewat, jadi begini kelakuanmu akhir akhir ini pergi sendiri gak ngabarin dan ngajak teman seperjuanganmu ini?" kata Soren sambil tersenyum tipis menyindir.
"Eh, aku gak bermaksud gitu, aku memang lagi pengen sendirian belakangan ini" kata Alfa sambil meneguk minuman nya.
Soren lalu duduk di sebelah Alfa dan mendekati nya sambil berbisik.
"Ini bukan karena perempuan itu kan?" Soren berbisik sambil meledek.
"Apa apaan kau ini, yang benar saja masa gara gara perempuan sampai begini?, HAHAHA!" kata Alfa sambil tertawa panik.
Soren menghela nafas, dan menghembuskannya kembali sambil mengalihkan pandangan dari Alfa.
"Kau ini mudah banget di tebak Alfa, gak usah kebanyakan alasan deh. Jadi kayak gini orang yang gak pernah percaya sama cinta, tiba tiba tercebur dipersoalan cinta yang dia buat sendiri?, gak biasanya kamu mikirin hal hal yang model model begini" kata Soren menggerutu.
Alfa terdiam dan lalu meneguk gelas minumannya yang tinggal sedikit
"Memangnya ada apa sih? Kok kamu sampai begini? Tumben" tanya Soren kembali kepada Alfa.
"Entahlah, perempuan memang aneh ya, sulit sekali di tebak, kayaknya ada yang berubah semenjak aku deket sama perempuan itu. aku bener bener gak bisa apa apa" kata Alfa kebingungan.
Soren terdiam dan mencoba mendengar apa yang di ucapkan Alfa sambil bermain gedgetnya, dia mencoba untuk lebih mengerti apa yang di maksud temannya ini. Hanya mencoba berfikir rasional tidak ada salahnya untuk menanggapi perkataan dari Alfa.
"Bukankah itu bagus?, kau ini kan keras kepalanya kelewatan, aku aja kadang kadang sampai kesal sendiri" kata Soren menggerutu.
Alpha kembali terdiam, lalu menundukan kepalanya dan kemudian menjawab pertanyaan Soren dengan suara pelan.
"Sejujurnya, aku takut yang namanya cinta".
KAMU SEDANG MEMBACA
MONOKROM
RomanceKetika seseorang memandang sesuatu adalah hal yang sama. Ketika seseorang memandang persoalan hanya pada satu arah. Ketika seseorang melihat perpisahan adalah hal yang biasa. Perpisahan adalah teman dekat untuknya dan ketika perpisahan adalah drama...