1.3

1.4K 93 0
                                    

Jam enam lewat lima belas menit, Sellen sudah siap dengan seragam yang melekat di tubuhnya, rambut yang biasanya digerai kini dikuncir kuda.

Sellen turun dari tangga dengan berlari kecil.

"Non mau sekolah?" Tanya Mbok Darmi yang sedang menyiapkan makanan.

"Iya Mbok"

"Udah baikan Non?" Sellen tersenyum saat mendengar nada kekhawatiran dari Mbok Darmi.

"Udah kok Mbok" Setelah menjawab, Sellen langsung meraih gelas berisikan susu putih.

Tak perlu waktu lama, si susu yang tadinya berada di gelas kini berpindah tempat ke perut Sellen.

"Aku makan di kantin aja ya Mbok, assalamu'alaikum"

✴✴✴

Sellen sampai ke sekolah tepat jam setengah tujuh.

Seperti biasa, ia akan menampilkan fake smile andalannya itu.

"ASSALAMU'ALAIKUM SEMUAAAA" Sellen terkekeh saat semua anak yang ada di kelasnya terlonjak kaget karena ulahnya.

"Wa'alaikumsalam. Ya ampun Sel, tuh mulut minta banget gue sumpelin ya" Sellen tertawa saat melihat wajah Satria yang geram.

Sellen memasang wajah sok imutnya itu, lantas membalas ucapan Satria, "Uuu mau dong di sumpel, tapi pake duit ya"

Elia dan Dhannisa hanya menggelengkan kepalanya, sudah biasa mereka melihat Sellen dan Satria beradu mulut seperti itu.

Sellen menghempaskan bokong cantiknya itu di kursinya, tepat di sebelah Raynand.

Raynand menoleh ke arah Sellen. "Len"

"Hm?" Sellen hanya bergumam tanpa menoleh.

"Gak jadi deh" Sellen menoleh dengan alis yang menyatu, "Gajelas." Gumamnya.

Elia menoel bahu Sellen, membuat sang empunya bahu menoleh.

"Hari ini freeclass, main apa gitu yuk biar gak bosen" Ucap Elia sambil mengetuk-ngetukan pulpen ke meja.

"Emang free kenapa?" Tanya Sellen.

"Guru rapat" Bukan, itu bukan suara Elia ataupun Dhannisa, melainkan suaranya Raynand.

Sellen menoleh ke arah Raynand, "Nimbrung aja nih tuyul" Cibir Sellen.

Raynand hanya mendelik ke arah Sellen dan melanjutkan kembali menatap layar ponselnya.

Dhannisa menatap lekat ke wajah Sellen, Sellen yang ditatap pun menjadi risih. "Kenapa sih Dhan?"

Alis Dhannisa terangkat sebelah, "Pipi lo kenapa?" Dhannisa bertanya balik.

Sellen membulatkan matanya, "Eh ini, ini tuh apa sih anu, emm anu itu"

Elia berdecak sebal, "Woy ngomongnya yang jelas dong kunyuk"

"Ini tadi gue sebelum berangkat emm pake itu, apasih ya namanya, blush on iya tadi gue pake itu" alasan yang bagus Sellen -Sellen membatin.

Dhannisa mengerutkan dahinya. "Pake blush on kok cuma sebelah?" Skak!

Sellen berdiri, "Eh gue ke toilet dulu ya, bye" Sellen melengos ke luar kelas tanpa menunggu jawaban dari kedua sahabatnya yang sedang terheran-heran.

"Aneh" Gumam Dhannisa.

✴✴✴

Murid-murid SMA Tunas Bangsa sudah diperbolehkan pulang oleh guru-guru, dikarenakan guru yang sedang rapat dan tidak ada yang mengajar.

Tentu itu hal yang disenangkan oleh sebagian siswa-siswi.
Tak terkecuali Sellen, Sellen senang karena bisa terbebas dari introgasi yang dilakukan Elia dan Dhannisa. Ditambah lagi dengan Raynand, Andra, Ari, dan Satria yang juga ikut meng-introgasinya.

"Selamat dah gue, lagian mereka kepo banget sih ah" Gerutu Sellen.

Sellen terus menerus menyusuri jalan yang lenggang, kenapa jalan kaki? Jawabannya, karena Sellen sendiri lah yang meminta agar Mang Udin tidak menjemputnya.

Awalnya Mang Udin tidak setuju jika Sellen pulang dengan berjalan kaki, tapi dengan seribu satu alasan Sellen lah yang membuat Mang Udin akhirnya mengalah.

"Hah, kan enak kalo setiap hari pulang kayak gini. Bebas. Capek di kekang mulu" Gerutunya lagi.

Di sepanjang jalan hanya gerutuan lah yang dikeluarkan dari mulut Sellen.

Sellen yang sedang asik menggerutu dan tidak memperhatikan jalan, pada akhirnya menabrak tubuh seorang dari arah berlawanan.

Sellen jatuh dalam posisi terduduk.

Sellen berucap masih dengan kepala tertunduk, "Aduh maaf ya tadi saya gak lihat jalan."

Sellen mendongakan kepalanya untuk melihat siapa yang ia tabrak tadi, "HANA?"

Soleil Noir [ END ] ✓Where stories live. Discover now