Extra Part - 3

692 42 12
                                    

"Jangan lama-lama di rumah gue, gak enak sama tetangga bawa cowok ke rumah lama-lama."

Sellen membuka suara begitu Raynand sudah duduk di sofa ruang tamu rumah Sellen.

"Lo apa kabar, Len?"

"Seperti yang lo lihat, alhamdulillah gue baik." jawab Sellen dengan datar.

Terjadi keheningan sesaat. Baik Raynand maupun Sellen, tidak ada yang membuka suaranya.

Hingga beberapa menit kemudian, Raynand menghembuskan napasnya dengan kasar, lalu bersuara.

"Gue kabur dari rumah."

Bohong kalau Sellen tidak terkejut, nyatanya dengan cepat ia menolehkan kepalanya ke arah Raynand.

"Kenapa?"

Raynand tersenyum tipis. "Ini perjuangan gue biar bisa dapetin lo lagi, Len. Gue rela ngelepas semua fasilitas yang orang tua gue kasih ke gue. Mereka gak berhak ngatur-ngatur hidup gue, termasuk perjodohan gue sama Elia. Toh, mereka juga bukan orang tua kandung gue."

"Terus kalo mereka bukan orang tua kandung lo, lo jadi berhak gitu buat kabur-kaburan kayak gini? Dipake dong otak lo. Mereka udah susah payah ngebesarin lo, terus balasan lo begini sama mereka?"

"Terus maksud lo gue harus ngerelain hati gue buat orang yang gak gue suka sama sekali, gitu?"

Sellen mengatur napasnya, ia harus bisa mengendalikan emosinya. Raynand masih sama seperti dulu, terlalu keras kepala.

"Sekarang mending lo balik, udah malem. Gue mau istirahat."

Raynand berdecak. "Len, kenapa lo gak bisa ngertiin gue sih? Gue kayak gini karena lo. Gue cuma mau sama lo."

"Gue gak pernah ya minta lo buat jadi anak yang gak berbakti sama orang tua gini. Lagian, kalau kita emang gak berjodoh, ya gue bisa apa?"

Raynand menutup mata sambil menyugar rambutnya dengan frustasi. Dengan perlahan, Sellen berdiri menghampiri Raynand yang duduk di sofa single. Ia menyentuh pundak Raynand, lalu mengelusnya pelan.

"Pulang ya? Orang tua lo pasti khawatir. Perbanyak sholat sama berdo'a. Kalau emang lo gak berjodoh sama Elia, mau sekeras apapun orang tua lo ngejodohin kalian, pasti gak akan dipersatukan. Makanya, minta kejelasan sama Yang Maha Kuasa. Jangan putus asa begini." kata Sellen dengan lirih.

Sellen terkejut saat Raynand membuka matanya. Setitik air mata Raynand terjatuh, tapi dengan cepat lelaki itu menghapusnya.

"Makasih, Len. Gue akan pertimbangin buat balik lagi ke Jakarta apa enggak." jawab Raynand.

Raynand berdiri, ia mengusap kepala Sellen yang tertutup hijab. "Gue pulang dulu, ya. Makasih buat waktunya, gue seneng bisa ketemu lo. Di mata gue, lo selalu kelihatan cantik."

Sellen mematung, tidak tahu harus mengeluarkan ekspresi yang seperti apa setelah Raynand berkata seperti itu. Pada akhirnya, ia hanya terdiam sambil mengantar Raynand keluar dari rumahnya.

"Gue pulang, ya?"

Sellen hanya diam saat Raynand berpamitan lagi kepadanya. Tapi saat Raynand sudah keluar dari gerbang rumahnya, Sellen memanggilnya.

"Ray, hati-hati."


✴✴✴

"Loh, lo Sellen 'kan?"

Sellen membulatkan matanya saat tiga orang laki-laki yang ia kenal sudah berdiri di hadapannya.

"Kalian kuliah di sini?" Sellen bertanya balik.

Soleil Noir [ END ] ✓Where stories live. Discover now