6.6

763 50 1
                                    

Sepasang mata teduh itu menatap seorang perempuan yang terbaring di ranjang pesakitan.

Ketika kedua mata itu terbuka perlahan, bibirnya menyunggingkan senyum kecil.

"Jangan terlalu banyak bergerak dulu. Ada yang sakit?"

Sellen mengerjap, lalu kepalanya menoleh ke sebelah kiri, keningnya mengerut saat melihat seorang lelaki yang tidak dikenalnya.

Lelaki itu terkekeh melihat ekspresi Sellen. "Kenalin, saya Daniel."

"Daniel?"

Daniel mengangguk. "Saya anaknya dokter Danu."

Mendengar itu Sellen langsung mendudukkan badannya, dibantu dengan Daniel.

"Pelan-pelan saja, badan kamu bisa sakit nanti."

"Kamu tau kalo saya— "

"Iya saya tau, makanya kamu harus jaga kondisi tubuh kamu ya. Rutin check up sama rajin-rajin minum obat." ujarnya sambil menepuk pelan pucuk kepala Sellen.

"Kalau rutin minum obat memangnya bisa sembuh?" Sellen tersenyum kecut.

Daniel mengangkat dagu Sellen dengan telunjuknya, agar Sellen menatap dirinya.

"Selagi kamu berusaha kuat buat sembuh, pasti bakalan sembuh. Berdoa dan yakin, mukjizat dari Allah pasti ada kok. Semangat ya!"

Sellen mengangguk lalu tersenyum lebar.

"Eum, saya mau ke kelas aja. Terimakasih udah nolongin saya."

"Yakin udah kuat? Gak ada yang sakit lagi?" tanyanya.

"Iya, Daniel. Saya udah gak apa-apa kok ini. Lagian 'kan bosan juga kalau di UKS terus."

"Yaudah kalau gitu, mau ke kantin dulu? Lumayan masih ada 20 menit lagi sebelum jam istirahat habis."

Sellen berpikir sejenak, lalu mengangguk. "Boleh deh, laper juga soalnya hehe."

"Jangan lupa ganti baju, kamu masih pake baju olahraga tuh." kata Daniel sambil melirik baju yang dikenakan Sellen.

Seketika Sellen menghentikkan langkahnya, lalu menepuk dahinya.

"Kenapa? Ada yang sakit?"

Sellen menunjuk bajunya. "Ini punya temen saya. Saya harus ganti baju sekarang. Kayaknya saya gak jadi ke kantin deh. Maaf ya, kamu duluan aja ke kantin. Bye Daniel."

Daniel terkekeh kecil melihat Sellen yang berlari dengan tergesa-gesa. Ia menggelengkan kepalanya, lalu melanjutkan kembali langkahnya menuju kantin.

✴✴✴

"Ini punya siapa?"

Sellen mengangkat sebungkus roti dan susu kotak full cream yang ada di atas mejanya.

Sasya melepas earphonenya, lalu menoleh ke arah Sellen. "Tadi ada cogan yang nganter itu, katanya buat lo."

Dahi Sellen mengerut. "Cowok Ganteng?"

Sasya mengangguk. "Katanya, jangan lupa dimakan. Jangan dibuang apalagi dikasih ke orang lain."

Sellen mengangkat sebelah alisnya, tapi pada akhirnya ia mengedikkan bahunya, lalu membuka bungkus rotinya dan mulai memakannya. Lumayan rezeki, jadi irit uang 'kan Sellen, hehe.

"Sellen, kok gak cerita-cerita sih kalo punya pacar yang ganteng banget?"

Pertanyaan Sasya membuat Sellen tersedak roti yang baru saja ditelannya. Dengan terburu-buru Sasya menusuk susu kotak Sellen menggunakan sedotan, lalu memberikannya pada Sellen.

Setelah itu Sellen berbicara. "Pacar apa sih? Gue gak punya pacar."

Sasya ingin membalas, tapi sesaat kemudian ia langsung mengatupkan kembali bibirnya saat melihat Raynand yang mendekat ke meja mereka. Oh bukan, meja Sellen maksudnya.

"Len, maaf ya. Gue yang tadi gak sengaja lempar bola ke arah lo." Raynand menggaruk tengkuknya, meringis karena merasa bersalah.

Sellen menggangguk. "It's ok. "

"Lo gak apa-apa, 'kan?" Sellen kembali mengangguk.

Sellen berdecak saat melihat Raynand yang masih saja berdiri di samping mejanya, padahal 'kan dirinya sudah menerima maaf dari lelaki itu.

"Mau sampai kapan lo berdiri di sini? Bu Sasmita udah datang tuh."

Raynand tersenyum kikuk, lalu berjalan menuju mejanya sendiri.

Raynand menyandarkan punggungnya pada sandaran kursi, ia menghela napasnya.

Semakin lama, lo makin susah buat gue gapai lagi, Len. Miss you so much, Sellen.



Halooo semua. Akhirnya bisa update lagi, fiuuhh /usap keringat/

Berkat comment-comment positif dari kalian para readers, saya jadi semangat buat menulis part ini. Dengan adanya komentar positif tersebut membuat saya lebih percaya diri lagi untuk mengembangkan karya-karya saya menjadi lebih baik.

Terimakasih:))

Luv,

San.

Soleil Noir [ END ] ✓Where stories live. Discover now