05. Lari pagi

82 5 9
                                    

" Lo tau,gue benci dengan sikap lo yang ini yang berpura pura seolah semua baik baik saja, padahal lo terlukakan "

Adistia As Syifa.

~~~

Semenjak  kejadian semalam, Asyilla tidak berkomunikasi dengan Angga. Angga pun juga tidak menanyakan kabarnya apalagi mengirim pesan. Dan hal itu tentu saja membuat Asyilla sedih dan kecewa.

Hari ini Asyilla dan Adistia berniat untuk melakukan lari pagi bersama. Memang setiap hari minggu sudah jadi rutinitas mereka berdua untuk lari pagi bersama ke taman kota yang ada di Banjarmasin. Dan hari ini giliran Adis lah yang akan menjemput Syilla.

"Syilla itu Adis udah nungguin." Ucap Sarla Bundanya Syilla.

"Iya bundaa, tunggu bentar." Teriak Syilla dengan suara toa nya.

"Dilakasi, tuh Adis nya kasihan mahadangi." Ucap Sarla dengan nada dan bahasa khas orang Banjar.

"Inggih, bunda." Ucap Asyilla dengan gaya bahasa banjar nya juga.

"Yaudah, yaa Dis Acil tinggal dulu lah handak ka dapur, hadangi ha satumat." Ucap Sarla (bundanya Syilla) dengan bahasa banjarnya. Memang bundanya Syilla asli orang banjarmasin, jadi akan sulit untuk mengubah gaya bicara dan logat bahasanya.

" Inggih Cil ai." Ucap Adis membalas ucapan Sarla dengan logat banjarnya.

Setelah menunggu sekitar 15 menit, akhirnya Syilla muncul juga.

"Yaudah yuk kita jogging" Ucap Syilla sambil menarik tangannya Adis.

"Ish jangan pegang pegang tangan gue, tangan gue masih suci. " Ucap Adis sambil melepas pegangan tangannya dari Syilla sambil meniup niup tangan yang tadi di pegang oleh Syilla dengan ekspresi jijiknya.

"Alay banget sih lo, main tiup tiup segala tuh tangan emang bervirus apa tangan gue. Asal lo tau yaa tangan gue higenis bersih." Ucap Syilla dengan nada kesal, karna perbuatan sahabatnya ini.

"Iya iya terserah lo deh, jadi gimana jadi gak acara lari paginya." Tanya Adis melerai pertengkaran kecil mereka.

"Iya jadi. Bentar gue pamit dulu sama bunda." Ucap Syilla.

"Bunda Syilla pergi dulu yaa, asalamualaikum." Ucap Syilla berpamitan.

*****

Kini mereka telah sampai di taman. Sudah banyak orang yang ada di taman ini, sama seperti halnya Asyilla dan Adistia mereka juga lari pagi di taman.

Asyilla dan Adistia saat inibsedang lari kecil mengilingi taman.

Diputaran kedua, tiba tiba saja Asyilla berhenti, sedetik setelah itu Asyilla diam terpatung dengan tatapan kosong. Adis yang belum menyadarinya itu pun hanya berlari. Hingga di putaran ketiga barulah Adis menyadari akan perubahan sikap sahbatnya itu.

"Syilla, lo kenapa?" Tanya Adis sambil menepuk pundaknya Syilla. Yang di tanya tidak memberikan respon, dia masih diam dengan tatapan kosong. Adis yang bingung pun mencoba mencari apa yang dilihat oleh sahbatnya itu.

Adis menelusuri setiap sudut taman. Hingga mata nya terkunci pada seseorang yang ia kenali.

"Itu Angga kan" Ucap Adis.

Syilla yang mendengar nama itu langsung terduduk di kursi taman yang ada di sampingnya, sambil menahan air mata. Adis yang melihat pun langsung menghampirinya dan memeluk sahabatnya itu.

"Apaan sih lo peluk peluk gue gak papa kok." Ucap Syilla dengan pelan sambil melepas pelukan tadi.

" lo tau gue benci dengan sikap lo yang ini, yang berpura pura seolah baik baik saja padahal lo terlukakan. " Ucap Adis ke Syilla dengan sedikit emosi.

"Gue emang gak papa Adis, lagian juga kan kita gak tau apa hubungan Angga dengan cewek itu bisa aja kan cewek itu kerabat jauhnya. Kita kalo liat orang jangan sekilas aja, Dis. Bisa jadi apa yang kita lihat itu salah, iyakan." Ucap Syilla sambil tersenyum ke arah Adis.

"Gue sahabat lo Syill, lo jangan boong, gue tau lo lagi terluka kan, ngeliat Angga jalan sama cewek lain. Udah jangan sembunyiin air mata lo dari gue Syill, kalo lo mau nangis, nangis aja gak papa. Gue tau apa yang lo rasain." Ucap Adis sambil memeluk Syilla. Syilla pun langsung menangis dipelukan Adis, hancur sudah benteng pertahanannya agar tidak menangis,dia tak peduli banyak pasang mata yang melihatnya.

" Jadi keputusan lo apa, melepaskan atau mempertahankan ?" Tanya Adis, ketika tangis Asyilla sudah hilang.

" Gue akan pertahanin, gue akan pertahanin dan berjuang sampai hati gue lelah mengejar dirinya. Biarkan waktu yang menjawab semuanya Dis." Ucap Syilla dengan tatapan lurus kedepan. Membuat Adis merasa sakit dan iba melihatnya.

" Gue heran kenapa sih lo pertahanin cinta seperti ini, udah dua kali loh dia ngecewain lo, tapi kenapa lo masih mau aja sih. " Tanya Adis heran ke Syilla. Padahal jelas jelas dikhianati kenapa masih mau aja.

" karna aku tulus mencintainya, Dis. " Jawab Syilla. Sambil tersenyum menatap Adis.

"Rasa cinta tulus lo udah bikin buta hati lo Syill. Gue gak ngerti dengan jalan pikiran lo. Tapi gue harap ini keputusan yang tepat lo ambil." Ucap Adis dan Syilla pun hanya tersenyum menanggapi itu semua.

" Lo harus janji sama gue, kalo lo kenapa napa lo akan cerita ke gue, lo jangan pendem sendiri yaa Syill." Tanya Adis.

"Iya Adis."

" Janji" ucap Adis

" Janji"

" Kita kan sahabat." Ucap mereka berdua bersamaan smbil menyatukan jari kelengking mereka.

"Balik yuk" Ucap Syilla.

"Yaudah ayoo, Jangan sedih lagi yaa" Ucap Adis sembari berjalan.

"Apaan sih lo, gue gak sedih kok, kan gue kuat." Ucap Syilla dengan senyum seakan tak ada masalah.

"Iya iya gue percaya."

Terkadang senyum adalah salah satu cara kita untuk menutupi rasa sedih dan kekecewaan kita terhadap seseorang.

*****

Hai, vote sama komentarnya jangan lupa yaa. Aku masih butuh saran dan dukungan dari kalian semua.

Maaf, ya kalo ada pembaca di luar kalimantan. Jadi nya gak tau deh apa arti yang diucapin sama bundanya Syilla. Maka dari itu aku akan mengartikan arti yang diucapkan oleh Bundannya Syilla tadi.

"Dilakasi, tuh Adis nya kasihan mahadangi."
Artinya : Cepetan, Adis nya kan kesian nungguin.

Inggih : Itu sebenarnya kata sopan untuk jawaban iya. Biasanya diucapkan kepada orang yang lebih tua dari kita.

"Yaudah ya Dis, Acil tinggal dulu lah handak ka dapur, hadangi ha satumat."
Artinya : Yasudah ya Dis, tante tinggal dulu, tante mau ke dapur, tunggu aja bentar.

Acil = Tante.

Ok See You

TERLAMBATTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang