"Kenapa kau bisa kesini bersama Mark?" Tanya Alice. Kami bertiga sedang duduk di ruang keluarga. Aku biarkan Alice duduk bersanding dengan Mark. Sedangkan aku duduk di kursi lain. Ayah dan Ibu Mark sedang perjalan pulang, katanya mereka ada keperluan. Joey ada di Spanyol, liburan bersama temannya.Sesaat sebelum aku menjawab pertanyaan Alice. Mark memintanya untuk membuatkan minum. Dengan senang hati dia beranjak pergi. Seakaan merasa dunia milik berdua dia menampilkan senyum termanisnya untuk Mark. Wah, benar-benar.
Jika sekilas dilihat, siapapun pasti suka dengan Alice. Dia sangat cantik, aku benci mengakui tapi dia terlihat wanita yang baik. Mungkin karena aku merasa disingkirkan aku jadi sedikit sebal dengan Alice. Tapi, ah kami hanya akan memberitahukan Ayah dan Ibu Mark dulu sebelum mempublikasikannya. Setidaknya keluarga dan orang penting saja yang cukup tahu tentang semua ini. Bukan cinta pertama. Hah, menyebalkan.
Mark kemudian duduk di sebelahku. Dia terlihat cemberut. Aku menatapnya malas dan menaikkan alis. Tidak pernah kusangka aku bisa bertingkah seperti ini, sebal dan jengel didepan Mark Tuan.
"Kau marah ya?" Tanyanya memegang tanganku. Aku hanya mendengus kesal menatap gambar pigura di ruang keluarga. Bahkan disana ada Mark. Aku sebal.
"Tidak, sudah sana. Kau masih temu kangen dengan Cinta pertamamu 'kan?" Ya, aku cemburu.
"Alice memang begitu orangnya. Suka bercanda" jawabnya meyakinkan. Yang benar saja.
Aku hanya memalingkan muka. Ah, rasanya aku sangat sebal sampai aku bisa mematahkan sebalok kayu. Jelas-jelas dia juga menikmati afeksi dari Alice. Jika aku masih berada di posisi fans, aku pasti sudah ganti bias. Walaupun akhirnya aku pasti kembali kepada Mark.
"Hannah, lihat aku" aku menoleh kearah Mark. Sebelum dia bicara aku membuka mulut dulu.
"Dengar, kita sudah membahas ini. Kau pasti bertanya kenapa aku bilang bahwa kita berteman. Mark, aku ingin hubungan kita ini direstui dulu oleh orangtuamu. Nah, sekarang izinkan aku pergi" aku kemudian menatap Mark iba dan beranjak keluar.
"Hannah tunggu, sayang" Mark mencoba menahanku. Aku masih mentapnya iba. Iya, aku marah. Aku adalah tipe orang yang akan mengamuk sejadi-jadinya ketika orang yang aku kasihi mengagumi orang lain, daripada aku marah tidak jelas disini lebih baik aku pergi. Aku gadis yang menyebalkan, aku tahu itu.
"Hannah, kau ingin kemana?" Alice datang dengan 2 gelas ditanganya. Sudah kuduga, dia hanya membuatkan 2 minuman, aku pasti akan menjadi obat nyamuk.
"Hannah, aku tidak bercanda jangan pergi" Mark masih saja menahanku menuju pintu depan. Kulihat Alice mengikuti kami sampai depan. "Kau ingin aku mati, hah?"
Deg. Pertanyaan itu membuatku membeku. Aku kemudian membalikkan badan dan memeluk Mark.
"Mark.." tak terasa air mataku sudah keluar. Ketakutan yang dulu saat aku bertemu wanita itu kembali terasa. Aku tidak ingin Mark mat--. Sungguh aku tidak berniat membuat Mark sampai memikirkan hal itu. Kuperdalam pelukanku dan menyembunyikan wajahnya didadanya, mencoba meredam tangisanku yang makin keras.
Mark menarik wajahku sehingga aku menatap matanya. Dia melihatku, mata kami masih menatap satu sama lain. Air mataku masih keluar. Sungguh aku tidak akan membiarkan Mark berpikir itu lagi.
"Aku mencintaimu Hannah" bibirnya menemukan bibirku dan mulai memejamkan mata. Aku mulai tenang dengan perlakuan Mark. Air mataku membasahi tautan bibir kami. Tangannya mendekap tengkukku dan semakin memperdalam ciumannya. Aku mulai kehabisan napas. Mark masih saja menciumku tak membiarkanku lepas. Aku tak sengaja membuka mulut untuk mencari napas. Mark dengan cepat mencumbuku lagi. Perasaan aneh menjalar di seluruh tubuhku. Kurasakan dia mulai bergerak cepat melumat bibirku. Desahan entah apa keluar dari bibirku. Oh Tuhan, aku masih polos.
Kami kemudian melepas tautan kami. Bibirku rasanya bengkak. Napas kami masih terdengar berat. Pipiku bersemu merah. Apa yang telah terjadi?
Kulihat Alice sudah tidak ada di tempatnya dia berdiri. Setelah itu seseorang terdengar masuk ke dalam rumah.
"Mark, anakku. Oh, kau ada teman wanita ya?" Ayah Mark, atau biasa dipanggil Papa Tuan datang bersama istrinya, Dorine Tuan. "Sepertinya kita datang disaat yang kurang tepat. Kalian boleh melanjutkan 'hal-itu', jika kalian tidak capek setelah jetlag" Ayah Mark kemudian duduk dengan ekspresi wajah yang tidak bisa aku jelaskan.
"Oh, Ray kau seharusnya tidak menggoda mereka seperti itu. Oh ya Alice mana?" Tanya ibu Mark yang berjalan masuk menuju dapur. Rasanya aku malu sekali dilihat seperti itu oleh kedua orang Mark.
Lalu mark menarikku masuk ke dalam lagi diikuti Ayah Mark. Aku tidak bisa menampakkan mukaku sekarang. Sungguh aku malu luar biasa. Kami kemudian duduk di depan meja makan. Mark masih menggandengku. Jantungku rasanya berdetak sangat keras sampai suaranya bisa memekakkan telinga.
"Jadi Mark, kau tahu 'kan kenapa kau harus pulang?" Tanya Ayah Mark. Dia nampak serius menatap Mark. Aku semakin deg-degan. Mark hanya mengangguk. "Kami berdua minta maaf tidak menyambutmu dirumah. Kami ada urusan mendadak" lanjutnya.
"Tak apa, aku paham Yah" Mark menjawab pertanyaan Ayahnya. Aku mulai tegang lagi.
"Ayah, Ibu. Kami ingin memberi tahu sesuatu" Mark memulai pembicaraan. Ayah Mark tidak merubah ekspresinya. Ibu mark juga sudah berhenti memasak di dapur. Pandangan semua orang sekarang melihat Mark.
"Aku sudah menikah. Hannah dan aku adalah suami istri"
Napasku rasanya hilang, jantungku rasanya sudah tidak berdetak lagi. Tuhan, berikan keajaiban-Mu. Kumohon.
-----
Wah, gimana ini udah ngomong ke keluarga Tuan .Vote dan komen yuk, nanti aku semangat nulisnya, 😆.
Lanjut atau udah?

KAMU SEDANG MEMBACA
Sweet Attraction // m.t
Fanfiction(Bahasa Indonesia) Apa yang akan kalian lakukan ketika mendapati pria impianmu berada di sampingmu dan tersenyum manis kearahmu, ditambah lagi diatas RANJANG?!? --- Some part might be mature with sex scene, (few chaps, so don't worry fluffiest). B...