My Heart Can't Turn You Down

1.6K 164 104
                                    

Bangun di pagi hari dan langsung disambut oleh wajah yang baru kemarin ia temui. Ia pandang lama wajah itu. Wajah yang begitu menawan kala menutup matanya. Ia teliti wajah itu, mulai dari atas alis yang berisikan tanda lahir berupa titik kecil namun begitu indah, perlahan ia angkat tangannya dan meletakkannya di alis pemuda yang lebih mungil. Ia bawa menelusuri alis mata kemudian mata pemuda itu. Sedikit terusik memang dan Sehun langsung menghentikan geraknya kala melihat Luhan sedikit bergerak. Saat dirasa Luhan mulai lelap kembali, ia bawa kembali tangannya menyentuh hidung bangir si pemuda yang ada di hadapannya dan selesai di hidung, kini tangannya berhenti di bibir pemuda itu. Menaruh jemarinya lama di sana. Entah apa yang merasukinya hingga ia begitu menikmati kegiatannya. Bahkan saat ini ia sudah tersenyum melihat lelapnya pemuda itu walau sudah ia usik sedari tadi.

"Luhan hmm..." sedikit berbisik di depan wajah Luhan.

Ia yang awalnya tak begitu menerima kedatangan Luhan dan benar-benar tidak setuju jika Luhan tidur bersamanya hingga membuatnya berteriak tak jelas pada Luhan, namun nyatanya semua kata-katanya seolah berbalik menyerangnya. Seolah menegurnya bahwa ia kalah akan kata-kata penolakannya sendiri.

"Kau begitu manis" masih berbisik dan kini tangannya ia bawa ke rambut madu milik Luhan. Begitu lembut dan tangannya tak henti-hentinya memainkan ujung rambut Luhan.

"Apakah aku terkena karma?" Berucap dan detik berikutnya ia hanya bisa terkekeh ringan kala melihat Luhan semakin meringsuk ke arahnya. Membuat rambut yang semula dimainkan olehnya menjadi bergesekan dengan dadanya yang masih dibalut kaos tipis.

"Sungguh aku tak tahu dirimu, tapi hati ini seolah tak menolak keberadaanmu" tersenyum kecil dan kini dengan beraninya ia mendaratkan kecupan ringan di dahi Luhan hingga membuat Luhan tersenyum dalam tidurnya.

"Sebaiknya aku pergi ke sekolah sekarang..jika tidak, akan ada yang memarahiku..." menjeda ucapannya saat berdiri dari ranjangnya. Berpikir sejenak dalam diam.

"Tapi siapa?"

"Sehun..." merasa namanya dipanggil, Sehun pun menoleh ke arah Luhan yang masih mengusap matanya perlahan.

'Astaga..kenapa dia seperti anak kecil, manis sekali' jerit Sehun dalam hati, namun ia berusaha tak terlalu menunjukkan ekspresinya itu dan ia tutupi dengan ekspresi andalannya yaitu datar.

"Cepat bangun dasar pemalas" selanjutnya ia pun melenggang pergi meniggalkan Luhan yang sudah cemberut sambil sedikit menggerutu.

"Dasar wajah datar!" Mencibir ke arah Sehun yang sudah berlalu sedari tadi. Namun detik berikutnya wajahnya berubah menjadi sendu.

"Dia rupanya memang tak mengingatku" berekspresi sendu sambil turun dari kasur. Mengikuti ke mana arah Sehun melangkah dan sampailah dia di dapur milik Sehun.

"Kau memasak?" Bertanya tiba-tiba dan sedikit membuat Sehun terkejut karenanya. Namun tanpa menoleh sedikitpun dan tanpa menyahut.

Sehun memang belakangan ini memasak untuk dirinya sendiri. Entah mengapa, ia selalu merasa ada yang janggal di kesehariannya belakangan ini. Mulai dari bangun pagi yang terasa hampa dan sarapan sendiri yang terasa sepi. Namun hari ini, bangun paginya tak sehampa yang kemarin, hari ini ia merasa senang entah apa yang membawanya seperti itu.

Luhan yang tahu jika dirinya tak akan pernah dianggap sampai Sehun mengingatnya pun hanya bisa berdiam diri di belakang Sehun sambil menatap punggung tegap pemuda yang lebih muda darinya. Ia sangat suka menatap punggung kokoh itu. Melihat punggung itu mengingatkannya tentang keseharian mereka dulu saat dirinya selalu memasakkan Sehun untuk sarapan.

Luhan hanya bisa tersenyum mengingat itu semua, tersenyum miris kala itu hanya sebuah kenangan belaka yang hanya dirinya seorang yang mengingatnya. Sempat berpikir, untuk apa semua kenangan itu ada namun yang mengingatnya hanya satu pihak dan hanya membuat sakit di dada?

You're My Key [HunHan] | ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang