"Mercy"

107 9 1
                                    


"Love who's catched by hate is the most beauty felling. 'Cause for the ending, you'll find endless love for the rest of your life."




***



EPILOG

Detik itu menjadi saksi bisu sakralnya ke dua insan dengan ikatan baru yang akan menjadi awal masa depan mereka. Corak putih memenuhi ruangan luas nan elegan ditambah bunga-bunga mawar putih menambah suasana manis sekitarnya.

Di sisi lain terpampang mempelai wanita dengan balutan longdress putih, rambutnya diikat menggulung hingga menampilkan leher jenjangnya. Senyuman simpul terbentuk pada bibir mungilnya yang berwarna merah muda.

Sedangkan mempelai pria menggunakan jas hitam dengan kaus putih di dalamnya menampakkan betapa gagahnya makhluk satu ini. Berbeda dengan mempelai wanita, ekspresinya datar, dingin, dan tidak tergurat sedikit pun senyum dalam bibirnya yang terbilang sensual. Entah apa yang sedang ada dalam fikirannya saat ini.

Tamu-tamu terus berdatangan untuk sekedar bersalaman dan memberikan selamat pada pengantin baru satu ini. Rasa lelah tampak jelas dari gambaran wajah mereka yang terlihat sesekali menyeka keringat pada wajah mereka. Memang acara diadakan sampai malam hari sejak jam 8 pagi. Hal itu sengaja dilakukan oleh pihak keluarga karena banyaknya rekan, kerabat dan saudara yang diundang.

"Kamu ngga makan? Dari tadi pagi kamu belum makan." Bisik wanita yang menjadi pengantin bernama Keysha pada suaminya. Tanpa jawaban, Keysha diacuhkan oleh Reno yang catatannya kini adalah suaminya.

"Kak? Mau aku ambilin makan?" tanya Keysha sekali lagi melirik Reno yang masih sibuk mengedarkan pandangannya ke penjuru ruangan.

"Ngga laper." jawab Reno datar. Keysha menghela nafas singkat, lalu ia menyunggingkan senyuman manisnya.

"Aku laper, Kak." Keysha memasang wajah manjanya dan direspon tatapan dingin Reno.

"Kamu bukan anak kecil, bisa makan sendiri, kan? Ngga liat apa orang lagi kecapean." Keysha kecewa dengan jawaban yang diberikan oleh Reno.

Hatinya sedikit terasa mencelos namun dengan cepat ia menghalau semua perasaan buruknya itu. Ia terdiam sambil menikmati irama perutnya yang terus memaksa untuk diisi karena memang pada kenyataannya Keysha sendiri belum memakan apa pun dari pagi. Satu jam berlalu, Keysha memejamkan matanya pelan, keringat dingin mengaliri tubuhnya. Ia berusaha sekuat mungkin untuk menahan keseimbangan tubuhnya yang kini mulai runtuh.

"Kak.. Kak Reno.." lirih-lirih Keysha memanggil nama Reno sebelum akhirnya tubuh mungil itu jatuh tak sadarkan diri. Reno panik dan segera menopang tubuh Keysha hingga orang-orang berdatangan dan mengerumuni mereka berdua. Semua terlihat panik tak terkecuali Reno yang menggendong tubuh Keysha menuju kamarnya, lebih tepat kamar mereka berdua. Sungguh malam pertama yang tidak terlalu baik untuk ke dua pengantin baru tersebut.

'Bikin susah aja cewe satu ini.' Gerutu Reno dalam hati kecilnya menidurkan Keysha pada ranjang berukuran cukup besar dan lebar.

Ditariknya selimut menutupi tubuh mungil Keysha sampai ke dada. Reno menatap Keysha cukup lama. Tersirat sedikit rasa bersalah pada wajah Reno. Sejak tadi mereka berdua ditawari untuk makan tapi Reno selalu menolak dengan alasan masih kenyang sedangkan Keysha setia menanti Reno lapar agar mereka dapat makan berdua.

Reno mengenduskan nafas gusar. Ia beranjak dari tempat tidur dan merebahkan tubuh di sofa yang ada di dekat ranjang. Matanya terpejam erat. Reno masih kalut dengan perasaannya.

Ah tidak!


Ini bukanlah pernikahan yang ia inginkan. Ia hanya ingin menikah dengan gadis yang selama ini ia cintai bukan dengan gadis polos yang tengah berbaring di ranjang itu. Namun apa daya, cincin pernikahan sudah melekat manis pada jari manisnya. Menjadi saksi bisu bahwa kini impiannya itu telah hangus terbakar oleh perjodohan yang tidak sedikit pun ia inginkan. Reno membenci semua ini. Termasuk gadis itu. Keysha Aninda Obrelia.

MercyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang