"Akan ada saatnya rasa yang bersembunyi akan saling menemukan."
"Eh Fan, lo dateng juga?" Begitu kami memasuki tempat resepsi pernikahan, seorang lelaki menghampiri Kak Fandy. Mungkin temannya? Entah, aku tak kenal. Iya lah gak kenal, orang ini dunianya Kak Fandy sebelum ketemu aku.
"Eh, bawa siapa ini? Imut bener," tanya pria itu kemudian sambil melirik ke arahku sementara aku hanya bisa tersipu karena pujiannya.
"Ini Sandy. Sandy, kenalin ini namanya Rio."
"Sandy." Aku pun menyalami pria bernama Rio itu.
"Baru, Fan?" tanyanya kemudian pada Kak Fandy. Aku menoleh ke arah Kak Fandy ingin tahu apa jawabannya tapi dia cuma ketawa-ketawa aja.
Kak Fandy lalu membawaku bertemu dengan teman-temannya yang lain. Aku pun bertemu dengan Kak Akmal yang merupakan teman futsal Mas Ares juga. Dia meledekku dan Kak Fandy habis-habisan. For your information, dia juga yang dulu meledek kemiripan nama kami.
"Wah, udah mulai show off nih ceritanya?" godanya sambil menaik-turunkan alisnya di depanku.
"Show apaan? Emangnya gue badut sirkus?" jawabku. Ganggu aku lagi makan aja deh ini orang.
"Yahilah, Sasa, padahal mah dalam hati senang tuh diajak Fandy," ledeknya lagi.
Ya iyalah senang, sudah jelas itu mah. "Rewel dah lu, Kak, kayak bayi abis imunisasi!" hardikku.
"Sa, ayo salaman dulu." Untunglah teguran dari Kak Fandy menghentikan aksi ledek-ledekanku dengan Kak Akmal. Kalau gak, aku sama Kak Akmal pasti udah menggelar pertunjukan lenong.
Aku pun mengikuti langkah Kak Fandy ke tempat pengantin dan mengantre untuk bersalaman. Sesaat sebelum giliran kami untuk menyalami pengantin tiba, aku mendengar seseorang di depan Kak Fandy berkata, "Jangan lupa bahagia di depan mantan, Fan." Aku tidak salah dengar kan? Tapi kulihat Kak Fandy hanya menyengir saja.
Saat tiba saatnya kami menyalami pengantin, aku juga tak melihat ada gerak-gerik aneh dari Kak Fandy. Kalau memang benar yang menikah ini mantannya, kenapa dia kayak gak ada nyesek-nyeseknya? Si pengantin wanita juga terlihat tulus tersenyum dan mengucapkan terimakasih pada kami. Aku jadi semakin bingung. Apa aku tadi salah denger ya?
Setelah keluar dari tempat resepsi, sambil menunggu Kak Fandy memakai sarung tangannya, mulutku tak bisa menahan rasa gatal untuk bertanya. Akhirnya, aku pun menyuarakan isi kepalaku itu. "Emm... Kak, ini pernikahan siapa sih sebenarnya?" tanyaku.
Kak Fandy melirik ke arahku kemudian tersenyum. "Teman sekolah Kakak dulu."
"Yang mana yang temennya Kakak?" tanyaku lagi.
"Dua-duanya."
"Oohh." Aku hanya bisa membulatkan mulutku. Mau bertanya lebih jauh tapi respon Kak Fandy singkat-singkat. Jadi mending gak usah aja deh.
"Kamu sebenarnya mau tahu tentang apa?" tanya Kak Fandy tiba-tiba dengan tangannya yang berada di atas kepalaku dan menarik sedikit kepalaku untuk menatapnya.
"Hmm? Oh, enggak ada kok."
Seolah tahu aku bohong, Kak Fandy menggelengkan kepalanya. "Bilang apa temen-temenku sama kamu? Ada yang bikin perasaan kamu gak enak?"
Aku memainkan ujung kebaya kutu baru yang kukenakan, bingung harus jawab apa. Sebenarnya perasaanku biasa saja sih, cuma yaa sedikit kesal saja kenapa Kak Fandy gak bilang dari awal kalau memang ini pernikahan mantan kekasihnya. "Gak bilang apa-apa, cuma tadi sempet dengar ada yang sebut mantan-mantan gitu."
"Iya, yang mempelai wanita memang mantan aku."
"Ya iyalah masa yang pria!" sahutku sebal.
"Terus apa masalahnya? Kamu gak suka aku ajak ke kondangan mantanku?"
"Ya bukan gitu. Seenggaknya bilang aja dari awal, kan aku jadi bisa ikut ledek-ledekan sama temen Kakak yang lain biar gak canggung-canggung amat. Lagipula aku juga gak bakal cemburu kok. Kan kalian gak jodoh, apa yang perlu dicemburuin?" Lagipula aku juga gak berhak, Kak, buat cemburu sama kamu, timpalku dalam hati.
Kak Fandy langsung tertawa begitu aku selesai bicara. "Kamu tuh ajaib ya, Sa?" tanyanya yang entah aku harus menjawabnya bagaimana.
"Kukira kamu marah karena takut aku manfaatin kamu buat menemani aku ke nikahan mantan."
"Ya gak lah. Jadi manusia memang harus berguna buat orang sekitar hehehe. Tapi, memangnya Kak Fandy manfaatin aku?"
Dia tersenyum. Aduh, nih orang misterius banget sih. Udah tiga bulan kupepet tetep saja belum ketemu celahnya.
"Gak tahu ya kamu anggap ini manfaatin atau nggak, tapi aku memang ingin mantanku tahu kalau sekarang aku punya gadis yang dekat sama aku. Bukannya mau buat dia cemburu, kami putus baik-baik, malah kadang dia suka gak yakin mau menikah lebih dulu sebelum aku. Katanya mau adain nikahan bareng sama aku dengan mempelai masing-masing. Konyol kan?"
"Bukan konyol, Kak, itu hemat. Biaya gedung jadi bisa bagi dua," jawabku.
Kak Fandy menjitak pelan kepalaku. "Dengar dulu," protesnya.
"Oh, hehe iya maaf. Lanjut bang!"
"Makanya aku mau dia ketemu kamu. Aku mau dia membina hubungan rumah tangga dengan tenang. Toh biar pun dia menikah duluan, hidupku tetap berjalan seperti biasa. Suatu saat nanti, aku juga pasti akan menikah."
"Kenapa Kakak mau dia ketemu aku?"
Kali ini raut wajah Kak Fandy langsung berubah cemberut. "Tau ah, kamu mah tumpul, Sa. Dasar tupai!"
Wah udah mulai ketularan Mas Ares nih orang ngatain aku seenak jidat. "Sembarangan!"
"Udah ah, yuk naik!"
Gak apa-apa, Kak Fandy. Aku tahu dia yang baru saja menikah itu mungkin adalah mantan terindahmu, tapi aku yang duduk di belakangmu saat ini akan jadi masa depan yang indah untukmu.
Ihiyy!
***
To be continue
KAMU SEDANG MEMBACA
CRUSH
Teen Fiction[Complete] Buat seorang Sandy, menyukai Fandy adalah rutinitasnya. Ya, Sandy terbiasa menyukai updatean statusnya, postingan instagramnya, sampai momment pathnya. Pokoknya Sandy menyukai apapun tentang Fandy. Bagi Sandy perbedaan nama mereka yang cu...