22. Tak Lekang Oleh Waktu

15.9K 951 92
                                    

"Its hurt when we love each other, but we can't live together."

"Fandy kecelakaan, Sa!"

Kalimat yang diucapkan Mas Ares itu langsung memporak-porandakan hatiku. Otakku terasa kosong. Aku benar-benar menjadi linglung, tak tahu harus berbuat apa.

Butuh waktu cukup lama bagiku untuk dapat berdiri meraih handle pintu dan membukanya. Begitu melihatku yang linglung, Mas Ares langsung memelukku.

"Lu bilang apa, Mas, tadi?" Aku bisa merasakan betul suaraku yang bergetar. Sebenarnya aku tak ingin mendengarnya lagi, tapi sungguh di dasar hatiku aku sangat berharap kalau Mas Ares cuma bercanda.

"Mas, jawab!" bentakku. Mas Ares mengeratkan pelukannya.

Aku mendorong tubuh Mas Ares dengan kasar hingga pelukannya terlepas. "Kak Fandy dirawat di mana?" tanyaku lagi.

Lama Mas Ares hanya diam sambil memandangiku sebelum akhirnya kepalanya menggeleng. "Maafin, Mas, Sa."

"Aku tanya Kak Fandy dirawat di mana, kenapa Mas malah minta maaf?" Sungguh perasaanku sangat tidak enak, ditambah mimpi itu aku semakin berfirasat buruk.

Aku memegang kedua lengan Mas Ares, mencengkramnya cukup kencang. "Kak Fandy baik-baik aja kan, Mas?!" tanyaku menuntut.

"Fandy udah gak ada, Sa," katanya dengan sangat pelan. Benar-benar pelan sampai aku nyaris tidak percaya.

"Bercanda lu keterlaluan tau gak?! Jawab yang benar, Mas! Kak Fandy dimana?!"

Mas Ares tetap bergeming.

Aku sudah tak tahan lagi. Isak tangis langsung lolos dari bibirku. Sekarang aku tahu, Mas Ares tidak sedang bercanda.

Aku memukul dadanya dengan brutal, "Kenapa lu gak jawab di mana Kak Fandy, Mas?! Kenapa?!"

"Kendaliin diri lo, Sa." Aku tidak memberikan respon apapun selain menjerit dalam tangisku.

"Ikhlas, Sa, ikhlas. Istighfar." Berkali-kali Mas Ares membisikkan itu di telingaku saat aku mengamuk dalam pelukannya.

Perlahan aku melepaskan pelukan Mas Ares lalu kembali masuk ke kamarku. Mas Ares tidak mengikutiku namun ia tetap berdiri di depan pintu kamarku.

Aku duduk di tepi kasur, mengambil ponselku lalu membuka chatroom dengan Kak Fandy. Dengan gemetar aku menekan tanda play pada folder pesan suara yang dikirimkan Kak Fandy.

Suara petikan gitar langsung terdengar. Pipiku yang belum kering kembali basah lagi oleh air mata saat mendengar suara Kak Fandy mengalun merdu berpadu dengan petikan gitar.

Saat ku tenggelam dalam sendu
Waktupun enggan untuk berlalu
Kuberjanji tuk menutup pintu hatiku
Entah untuk siapapun itu

Semakin kulihat masa lalu
semakin hatiku tak menentu
Tetapi satu sinar terangi jiwaku
Saat kumelihat senyummu

Dan kau hadir merubah segalanya 
Menjadi lebih indah
Kau bawa cintaku setinggi angkasa
Membuatku merasa sempurna
Dan membuatku utuh tuk menjalani hidup
Berdua denganmu selama-lamanya
Kaulah yang terbaik untukku

Kini kuingin hentikan waktu
Bila kau berada di dekatku
Bunga cinta bermekaran dalam jiwaku
Kan kupetik satu untukmu

Kaulah yang terbaik untukku

Kupercayakan seluruh hatiku padamu
Kasihku satu janjiku kaulah yang terakhir bagiku

CRUSH Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang