Semua Tentang Kita

13.2K 224 7
                                    

Cerpen pertama, maafkan kalau tidak bagus .. hehehe

.

.

.

Namaku Prilly Angelina, aku pernah mencintai seseorang dengan sangat tulus, tapi... semua ketulusan cintaku padanya berakhir sia - sia.

"Prilly, senyum dong. Jangan sedih mulu, mana Prilly yang ceria, mana Prilly yang selalu heboh kesana-kemari."kata Nayla sahabatku.

"Gue nggak bisa Nay, Ali putusin gue. Lo tau kan gue udah sayang banget sama Ali. Dan sekarang Ali putusin gue tanpa kejelasan. Apa Ali udah nggak sayang sama gue lagi? apa Ali suka sama cewek lain." ucapku dengan air mata yang tak bisa ditahan lagi hingga membasahi pipi chubbyku.

Aliandra Refaldo, dia adalah pria yang aku tangisi sejak tadi malam. Dulu dia pacarku, tapi sekarang dia menjadi mantanku. Dulu Ali selalu mengisi hari-hariku dengan penuh canda dan tawa, bahkan hampir tidak pernah dia membuatku mengeluarkan air mata kecuali air mata kebahagiaan. Kurang lebih 3 tahun kita bersama, namun tadi malam tepat pukul 20.15 WIB, Ali memutuskan hubungan kita dan lebih parahnya dia memutuskan lewat telephone. Saat aku bertanya kenapa dia memutuskan hubungan kita secara tiba-tiba dia hanya menjawab "Aku akan pindah ke Singapura, dan aku akan melanjutkan study di sana. Orang tuaku yang meminta, mohon mengertilah."

"Prill udah dong jangan nangis terus, nanti kalau lo nangis terus lo jadi jelek, wajah lo keriput kaya nenek - nenek terus nggak ada cowok yang mau sama lo gara-gara lo keriput, jelek lagi gimana ?." ucap Nayla membuatku semakin kesal.

"Ih Nay, lo itu jangan bikin gue kesel deh. Lo tau kan gue lagi sedih, sedih tingkat dewa tau!"Prilly mengusap lender yang keluar dari lubang hidungnya, membuat Nayla menatap jijik."Lo sedih sih boleh, kesel juga boleh tapi alay jangan deh." ucap Nayla yang membuatku makin kesel.

"Aghhh gue kesel sama Ali, dan kesel juga sama Naylong." teriakku dengan suara cemprengku.

"Woy, jangan teriak - teriak berisik tau." Nayla memarahiku sambil menutup telinganya. Suaraku memang terkesan keras dan cempreng walaupun aku selalu berbicara dengan nada rendah.

"Hiks... hiks... hiks..." tangisku semakin menjadi - jadi, air mata yang tadi mongering mulai turun lagi membasahi pipi.

Nayla memegang kedua pundakku,"Prill, lo harus bisa hidup tanpa Ali, lo harus kuat, lo harus buktiin kalau lo bisa tanpa Ali."

"Lo bener Nay, gue harus bisa tanpa Ali." ucapku mantap sambil mengusap air mataku.

***

Sudah hampir 5 hari aku hidup tanpa Ali. Hidupku terasa sangat sepi. Tak ada yang menjahiliku, bahkan tak ada lagi yang menyapaku dengan sebutan"Mungil", kini hidupku benar - benar hambar. Kalau kata pepatah " bagaikan sayur tanpa garam ". Aku masih tidak percaya kalau Ali akan memutuskan hubungan itu dengan sepihak dan pergi meninggalkanku tanpa member pertemuan perpisahan. Dulu aku pernah berfikir jika suatu saat nanti aku dan Ali akan hidup bahagia bersama sampai maut memisahkan kita. Tapi, kini yang aku harapkan sirna dan tak mungkin bisa terjadi. Setiap kali aku melupakannya, air mata ku selalu jatuh tanpa kuminta. Semakin aku melupakannya pula semakin aku ingat kenangan - kenangan manis bersamanya.

Kini aku sedang duduk di kantin, di depanku ada segelas jus alpukat yang sedari tadi aku aduk - aduk, mungkin jika jus itu bisa berbicara jus itu akan berteriak memintaku untuk terus mengaduknya. Ragaku memang disini namun pikiranku melayang kemana - mana . Sekarang otakku sedang memikirkan Ali, kira-kira apa yang sedang dia lakukan di sana sekarang.

"Woy..." ada seseorang yang mengagetkanku dari belakang, dengan malas aku menengok kebelakang dan mendapati Nayla dengan senyum sok manisnya.

"Ihhh lo ya Nay, kalau gue jantungan gimana ?"aku mulai memarahi Nayla, bukannya merasa bersalah Nayla malah tersenyum mengejekku.

Short Story AliilyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang