Malam itu, dipinggiran syiah kuala, aku mengais sampah bersama api yg sudah membakar kayu begitu dalam.
hari itu bulan juni begitu gelap, aku menyasar pada banyak rekaan masa lalu tentang orang-orang yg begitu menyakitkan, entah mengapa, aku tidak pernah menemui jalan pulang, atau aku memang tidak memilikinya.
aku seperti orang sakit tak menemukan obat, teronggok bersama bongkahan batu dan "ie jok mameh" yg mulai bertransformasi layaknya muntah anjing, mual tetapi memaksa untuk dihabiskan.
orang sakit sepertiku seakan tidak mampu melihat kehidupan kedepan, merencanakan ribuan cara mati yg juga tidak menemukan jalan, entahlah orang sakit sepertiku memang tak akan jua menemukan kesembuhan, sebab lukaku sendiri seperti di abadikan berada dalam nelangsa.
beberapa lelaki itu menertawakanku dalam bahasa mereka sendiri, mereka pikir aku tidak tau apa yg mereka utarakan, tentang kebodohanku dan hal aneh lainnya yg kulakukan, mereka kira aku perduli, entahlah aku gelap, dan siap dilalap dalam kesedirianku.
aku sendiri kemudian berfikir, apa digdaya sebuah api untuk membakar tubuhku hidup dan jadi debu, tapi ku urungkan, terlalu lucu rasanya namaku ada di surat kabar favorite mahasiswa dikantin.
sesaat sebuah dering terdengar dari hpku, aku menjawab, sebuah suara membentakku dengan keras tapi di akhiri kelembutan, dengan kata "Kamu tidak sendirian" membuatku termenung dalam haru, menyudahi percakapan.
perempuan itu kemudian menutup telponku dan sebuah pesan singkat menutup ke akrabanku dengan api.
"Kamu bukan orang sakit, dunia akan merugi karena kehilangan kamu"
dan orang sakit ini kemudian berhasil menemukan obatnya.
* "Ie jok mameh" = Tuak dalam bahasa aceh
KAMU SEDANG MEMBACA
Distorsi Rasa " Hujan Bulan September"
SachbücherCerita tentang Menemukan dan Mengiklaskan yang saya alami selama periode 2011 - 2016 tentang kisah cinta, kebodohan, kebahagiaan, senda tawa, penghianatan dan berakhir pada pengiklasan pada hujan di bulan september tahun 2016. cerita terdiri dari il...