Jadi Baik atau Dianggap Baik?

18 0 0
                                    

Jangan ingin dianggap baik tapi jadilah orang baik.
Kalau ingin dianggap baik, yang dibangun cuma topeng.
Tapi kalau mau jadi orang baik, diri kita yang perbaiki dari dalam.

Kebenaran itu tidak selalu keluar dari mulut orang yang benar.
Kalaupun keluarnya dari orang yang tidak benar, tetap saja kebenaran tetaplah kebenaran.
Memangnya harus jadi sempurna dulu untuk menyampaikan sesuatu yang benar.
Coba saudara misal mau cari jodoh yang sempurna.
Tidak akan ada yang mau.
Memang anda sudah sempurna?

Kalau orang sibuk mengaca penampilan dari luar, itu hanya membangun topeng.
Tapi kalau orang sibuk mengaca diri di hadapan Allah, itu yang terbangun perbaikan mulai dari dalam.

Intinya tergantung target.
Kalau targetnya mau membersihkan diri, jika dikritik dan dikasih saran itu akan lapang dada, tidak akan marah-marah.

Jangan pura-pura baik.
Kan kita baik bukan karena biar orang suka ke kita.
Tapi baik supaya Allah suka ke kita.
Rasulullah aja yang sudah baik masih ada yang tidak suka.
Ada orang yang tak baik ke kita, ya sudah itu sih pilihan orang itu.
Yang penting kita sudah berbuat baik saja.
Makanya kalau orang yang diperlakukan tidak baik responnya marah, itu berarti dia tidak ikhlas berbuat baik pada orang lain.

Kalau kita berbuat sesuatu yang kata orang baik tapi Allah jadi tak suka ke kita.
Rugi.
Makanya kita tak usah berakting supaya disukai orang.

Carilah guru.
Supaya ada yang bisa membimbing.
Agar bisa mendeteksi "penyakit" dalam diri kita.

Manfaatkan orang yang tidak menyukai kita.
Dia siang malam memikirkan kita.
Mencari kelemahan dan kekurangan kita.
Supaya kita jadi bisa instropeksi diri.

Makanga yang bikin pedih itu kesombongan kita.
Merasa diri sudah benar dan baik, malah jadi ujub.
Sekalinya dapat kritik, marah.

Setiap bertemu siapapun tidak ada yang kebetulan.
Kita bertemu orang, itu informasi dari Allah.
Bertemu dengan orang yang sopan, kurang sopan, pelit, marah2 dll.
Apa itu semua kebetulan?
Tidak.
Bertemu dengan orang yang tawadhu, rasanya tenang jadi ingin ikut tawadhu.
Bertemu orang sensitif, mudah marah-marah, jadi pelajaran rasanya tidak enak kan dimarah-marahi, makanya belajar untuk tidak mudah marah ke orang lain.

(Kajian Tauhiid Aagym, 310316)

Summarized by : Yuree

Yuree CollectionWhere stories live. Discover now