Part 5

104 4 0
                                    

Alvin
Pagi ini, seperti biasa setelah membersihkan tubuh, aku turun ke lantai bawah untuk sarapan. Disana sudah terlihat Ziya sedang menata nasi goreng mata sapi di meja makan.
"Pagi Alvin" ucapnya saat melihatku "Pagi Ziya" balasku. Aku tak begitu mengenal Ziya meskipun kami sudah hidup bersama tiga bulan lebih lamanya. Dia berasal dari keluarga yang berkecukupan bahkan sangat cukup, namun ia tak seperti perempuan perempuan yang sering kutemui seperti anak anak dari klienku, mereka senang menghabiskan uang uang mereka dengan cara yang menurutku boros, mereka membelanjakan uangnya untuk hal hal yang mungkin tidak sesuai kebutuhan mereka.
Perempuan perempuan itu senang menghamburkan uangnya untuk ke mall, salon, restoran mewah dan sebagainya.

Namun lain dengan Ziya. Dia perempuan yang sederhana. Contohnya saat kami pergi ke salah satu mall besar di Jakarta, dia memilih untuk membeli mainan anak anak, popok bayi, kain bedong bayi dan lainnya untuk anak anak. Awalnya aku bingung dan memilih diam. Ternyata keesokan harinya, dia meminta izinku untuk pergi ke sebuah panti asuhan untuk memberikan barang barang itu kepada yang membutuhkan. Sungguh mulia hati perempuan ini.

Kupikir, karena ia dari keluarga berkecukupan ia tak bisa mengurus keluarga, pekerjaan dan mengurus rumah. Ternyata aku salah besar. Ziya perempuan yang berbakat dalam hal bisnis dan perusahaan juga mengurus rumah dan mengurusku.

Ziya bisa memasak. Tidak. Bukan hanya bisa, mungkin mahir. Masakannya tak kalah dengan restoran bintang lima sekalipun. Saat aku pulang dari kantorpun rumah sudah bersih dan rapih.

Setelah memakan sarapanku Ziya membantuku memakai dasi. Ia berjinjit didepanku karena tingginya hanya sebatas dadaku. Kuperhatikan wajahnya, dia perempuan cantik, matanya menyiratkan keteduhan, matanya membuat siapapun yang menatapnya tenggelam dalam keteduhannya, wajahnya menunjukan ia adalah orang yang ramah.
"Vin udah selesai" suara lembut itu menyadarkanku. "Oh iya, aku berangkat dulu ya. Hati hati dirumah assalamualaikum"
"Waalaikumsalam hati hati" jawabnya.

Ziya
Hari hari kami selama ini hanya berjalan seperti itu saja. Tak ada yang spesial. Kami bangun lalu sarapan bersama lalu ia akan pergi kerja dan pulang larut malam dan tidur, lalu seperti itu kembali.
Hari ini aku berniat untuk mengunjungi sahabatku, sahabat terbaikku.

Namanya Tania. Dia yang terbaik. Dia sudah mengetahui semua kisah hidupku, dia sudah mengetahui semuanya tentangku.

Dia perempuan yang tangguh dan juga hebat. Dia sudah menikah satu tahun yang lalu, dan kau tahu? Suaminya adalah sahabat Alvin suamiku.

Sungguh sempit bukan dunia ini? tidak. Bukan dunia yang sempit, namun pergaulan lah yang luas.

Mengapa kubilang dia perempuan hebat dan tangguh? karena dia menikah dengan Aldi karena perjodohan. Bila suaminya seperti Alvin yang masih menganggapku ada, tidak pernah macam macam dengan perempuan lain, lain dengan Tania. Semenjak menikah dengan Tania, Aldi tak pernah menganggap Tania ada. Bahkan Aldi masih berpacaran dengan mantannya saat sudah menikah dengan Tania. Namun, Tania tetap berusaha memperbaiki hubungan mereka. Sampai akhirnya perjuangan Tania tak sia sia. Di empat bulan pernikahan mereka, Aldi menyadari bahwa ia telah mencintai Tania. Lalu mereka berubah menjadi pasangan penuh cinta.

Lalu, bagaimana denganku? Sudah akan memasuki empat bulan pernikahan namun tak ada yang berubah. Akankah pernikahanku berubah menjadi pernikahan yang sesungguhnya? Hanya waktu yang dapat menjawab.

Setelah bercerita tentang pernikahanku Tania berkata jangan menyerah untuk berusaha, tak akan ada yang sia sia.

Aku memikirkannya kembali. Aku tak pernah menyerah selama ini, aku selalu berjuang, aku selalu berusaha. Namun, Alvin seperti tak menghargaiku. Dia terus saja mengatakan bahwa ia tak akan pernah jatuh cinta padaku. Aku dihempaskan begitu saja oleh penantian yang tak ada ujungnya.

Aku sering berpikir untuk berhenti, namun setiap aku ingin melakukannya selalu seperti ada secercah harapan untukku.

Aku menyadari, aku mencintainnya.

"Cinta memang perlu diperjuangkan. Namun, jika perjuangan itu tidak dihargai, masihkah perlu cinta itu diperjuangkan?"




Kependekan ya? Vote dong biar semangat update nya. Sedih deh part sebelah gaada yang vote :(

Our MarriageTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang