Part 6

81 3 1
                                    

Ziya
Hari ini hari sabtu, itu artinya Alvin libur hari ini dan akan bersama denganku satu hari penuh dirumah. Hidup selama empat bulan bersamanya, aku mulai mengerti kebiasaan kebiasaannya.

Saat ini tepat pukul sepuluh pagi aku sedang berada di depan tv menonton film kesukaanku.
"Zii kamu dimana". Seketika aku tersadar dari lamunanku setelah mendengar suara suamiku. Lucu rasanya memanggil Alvin dengan sebutan suamiku.
"Disini Vin di ruang tv ada apa" jawabku sambil berteriak.

Setelah itu ia menyusulku dan ikut duduk tepat disampingku. "Mama minta kita makan malam dirumahnya hari ini katanya ada yang mau diomongin. Sebenernya aku capek banget baru pulang dari Jepang kemarin, karena urusan perusahaan tapi rasanya gaenak kalau tolak ajakan
mama lagi".

Memang dari dua minggu yang lalu mama mertuaku selalu mengajak kami makan malam bersama namun karena kesibukan Alvin, kami selalu tidak dapat hadir. "Yasudah nanti malam kita kerumah mama, nanti aku siapin baju kamu. Sekarang kamu istirahat aja aku mau ke supermarket dulu beli buah tangan untuk mama sekalian belanja bulanan"

"Mau aku antar?" Tawar Alvin. "Enggak gaperlu, kamu istirahat aja, aku bisa pergi sama supir". Jawabku sambil tersenyum. Saat aku ingin beranjak dari dudukku tiba tiba Alvin menarik tanganku. "Kamu kenapa selalu perhatiin aku sampai segitunya? Padahal aku gapernah sama sekali perhatiin kamu".

Aku benar benar kaget mendengar kata katanya.
"Udahlah Vin gak apa apa, semuanya ngalir begitu aja. Udah kewajiban aku sebagai istri kamu untuk perhatiin kamu. Aku menjawab seadanya.
"Tapi aku gak pernah jalanin kewajiban aku sebagai suami kamu ziy". Alvin kembali berbicara.

"Kata siapa Vin kamu gak jalanin kewajiban kamu, selama ini kamu nafkahin aku kok itukan termasuk kewajiban seorang suami. Jawab ku lagi sambil tersenyum lebar.

"Iya aku tau. Tapi cuma itu yang aku lakuin untuk pernikahan kita. Maaf Ziy aku belum bisa perhatiin kamu dan belum bisa jadi suami yang baik untuk kamu.

Ya tuhan aku benar benar tak tahu ingin menjawab seperti apa. Ini terlalu tiba tiba Alvin membicarakan pernikahan kami. Akhirnya aku hanya tersenyum dan pergi meninggalkannya untuk bersiap siap pergi.

Sekarang jam lima sore. Tak terasa waktu begitu cepat saat aku berbelanja. Setibanya ku dirumah, aku melihat Alvin di sofa dengan iPad di tangannya sudah rapih dengan baju yang telah kusiapkan tadi pagi untuk pergi kerumah mama.

"Kok lama banget Ziy belanjanya?" Tanya Alvin saat aku menata belanjaan yang kubeli tadi. "Iya ternyata keperluan rumah kita banyak jadi lama. Maaf ya" jawabku. "Yasudah sekarang kamu siap siap sana kita berangkat jam 6 ya"

Sekarang kami berada diperjalanan menuju rumah mama. Aku benar benar kesal dengan Alvin. Kau tahu? Saat aku sedang mandi telingaku dipenuhi oleh teriakan teriakan Alvin dari luar kamar mandi.

"Ziyy apel nya boleh dimakan gak"
Kujawab dengan kata boleh. Satu menit kemudian

"Ziyy kalo jeruknya boleh dimakan gak"
Kujawab dengan kata boleh kembali.

"Ziyy kok jeruknya asem"
disini aku mulai terganggu dan baru ingat bahwa jeruk yang kubeli ada dua macam yaitu jeruk buah dan jeruk peras.

"Kamu makannya jangan yang ijo itu jeruk peras bukan jeruk buah, kalau mau makan yang kulitnya warna kuning" akhirnya kujawab seperti itu. Dan ingat aku masih dalam keadaan sedang mandi.
"Ohh pantesan asem"
Tak kujawab lagi dan melanjutkan mandiku yang terganggu. Dua menit kemudian teriakan suamiku itu memenuhi telingaku kembali

"Ziyy kalo roti sama pudding nya boleh dimakan gak"
Oke kali ini aku benar benar kesal. Dan akhirnya kujawab dengan teriakan dari kamar mandi

"Terserah kamu Alvin semua yang aku beli tadi boleh kamu makan asal jangan obat nyamuk kamu makan.
Akhirnya setelah itu dia tidak mengganggu ganggu mandiku kembali.

"Yaampun Ziyy udahan dong marahnya masa ada cogan disini daritadi kamu diemin aja" daritadi hanya suara Alvin lah yang memenuhi mobil hening ini.

"Iya iya udahan lagian kamu sih rese banget gangguin orang mandi" akhirnya ku jawab seperti itu karena aku tak tega.
"Nah gitu dong hehe ayo turun udah sampe" tak terasa ternyata kami sudah sampai dirumah mama.

Setelah bercepika cepiki dan acara kangen kangenan dengan mama mertuaku kami makan malam bersama.
"Ziya kamu sudah isi belum" tiba tiba mama berkata seperti itu.

Setelah mengerti apa maksud omongan mama, aku seperti tersambar petir. Seketika tubuhku menegang, saat kulihat kearah suamiku bermaksud mengode untuk menanyakan jawaban apa yang harus ku katakan, namun ia malah bersikap biasa saja.

"Iya ma sabar dong, kan aku dan Ziya baru menikah empat bulan" aku lega setelah Alvin menjawab seperti itu. "Iya tapi jangan lama lama ya mama udah gak sabar mau gendong cucu temen temen mama udah pada gendong cucu semua Vin mama juga mau" kata mama lagi.

Setelah pulang dari rumah mama, aku dan Alvin bersiap siap untuk tidur. Entah mengapa mataku tak bisa diajak bekerja sama dengan tubuhku. Tubuhku lelah, namun mataku seperti tak ingin menutup dan beristirahat.

"Ziy sudah tidur belum?" Tanya Alvin. Kukira ia sudah tidur namun ternyata sama seperti ku ia belum terlelap.
"Belum" jawabku.

"Kayanya punya anak seru deh ziy" tiba tiba ia berkata seperti itu dan mengganti posisi tidurnya menghadap kearahku. Belum reda rasa kagetku setelah ia berkata seperti itu, aku di kagetkan kembali dengan kata kata selanjutnya

"Bikin anak yuk Ziy"



Hai hai apa kabar?
Aku memutuskan untuk melanjutkan cerita ini walupun aku gatau masih ada yang baca atau engga hehe
Penasaran gak selanjutnya bakal kayak gimana?
Aku minta 3 vote ya buat update? Boleh kan? Biar semangat ngelanjutinnya hehe

Our MarriageTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang