Rintik Senja Dikerinduan
Fajar menjelang tak ada bulan
Petang menjelang tak ada matahari
Awan menyatu bersama langit
Dalam dingin yang menusukBerbagai retorika terlukis
Dikesejukan menyakitkan
Saat itulah angkasa raya
Menumpahkan tangisannyaMemejam mata dengan eksklusif
Menikmati tiap-tiap percikan
Dengan petrikor indah dan mendamaikan
Menjalar ke seluruh tubuh lemah iniSetiap tetes yang turun
Terangkatlah ribuan doa
Kabut tebal pun datang
Disaat itulah kau pergiMeninggalkan jejak-jejak
Setelah hujan bertamu
Yang disusul pelangi cantik
Menginterval jiwa terbesar kitaDikala bulan dan matahari tak nampak
Kau pergi tanpa seucap bait perpisahan
Melangkah meninggalkan diri ini
Yang menikmati bulir keberkahan sendiri
Di bawah kolong langitDikala kedua sinar malam dan siang tak nampak,
Akankah bayanganmu terlihat di dalam kabut?
Kembalikah engkau padaku dengan sekeping jiwa yang baru?Sepenuh jiwa aku sangat merindukan hujan seperti merindukanmu
Menginginkan hujan memutar balikkan keadaan
Di saat sebelum kau pergi ketika rintik jatuhWaktu pagi hari
Mojokerto, 18 Oktober 2017
Didedikasikan untuk hujan dan dia
KAMU SEDANG MEMBACA
Bait Jiwaku
PoetryAntologi Cerpen Potongan Benang telah terbit. Silakan WA ke 0856-0405-4255 untuk pemesanan. Hadir dengan 52 bab di mana 23 bagian diambil dari kisah di sini, 5 slot dari Bait Jiwaku dan tambahan cerita baru lainnya. Kelanjutan dari "Sajak Kehidupan"...