Chapter 9

1.3K 33 1
                                    

Hari ini adalah hari uang paling medebarkan karna hari ini chika melakukan operasi cangkok jantungnya.aku dan danu datang ke rumah sakit untuk memberinya semangat. Sesampai di rumah sakit kita langsung menemui chika sebelum dia di operasi.

Aku keluar setelah chuka ingin bicara empat mata dengan danu. Aku menunggunya di luar kamar rumah sakit. Tak lama pun danu keluar dan menyuruhku masuk ke kamar chika.

"Assalamualaikum" ucapku dengan senyuman.

"Waalaikumsalam" jawabnya seraya tersenyum kepadaku.

"Kenapa chika kamu mau ngomong apa" tanyaku.

Muka manisnya pun berubah menjadi sedih "fah".

"Ya apa ka" jawabku.

"Aku... Titip danu ya sama kamu" ujarnya seraya mengeluarkan air matanya.

"Emangnya kamu mau kemana ka" tanyaku dan air mataku berhasil lolos.

"Gak fah danu tuh gak suka sama aku" ujarnya masih dengan air mata yang sekarang semakin menjadi.

"Kata siapa chika danu tuh mencintai" ujarku seraya meyakinkannya.

"Gak fah danu tuh gak suka sama aku dia tuh udah bilang semuanya tadi barusan sama aku" jawabnya sambil menangis menahan sakit. Tapi bukan karna penyakitnya tapi karna patah hati.

"Maaf chika" jawabku.

"Kamu gak perlu minta maaf fah aku yang salah aku yang egois" ujarnya sambil menanggis.

Aku pun langsung memeluknya. Aku kelur kamar karna waktu operasi akan di mulai. Aku kelur dengan ke adaan emosi kepada danu. Karna pengakuannya yang teramat membuat chika patah hati.

Aku mengajak danu menjauh dari keluarga chika.

"Nu kamu kenapa bilang begitu ke chika" ujarku.

"Bilang apa" dia menanyakan balik kepadaku.

"Bilang kalo kamu gak suka sama dia" ujarku dengan nada tinggiku.

"Ya supaya dia tau dan suaya dia gak perlu berharap padaku lagi" jawabnya dengan nada datar.

"Tapikan gak harus nyakitin gitu jugakan kamu gak ngertiin perasaannya" masih dengan nada tinggiku.

"Jusru aku bilang kaya gini karna aku ngertiin perasaannya supaya dia gak terlalu berharap padanya" ujarku.

"Tapi kamu jahat banget nu.
Kenapa kamu gal pura pura aja suka sama dia. Emang kamu gak mau bikin dia bahagia" ujarku.

"Sekarang siapa yang jahat aku apa kamu?. Aku mau bohong sama chika soal perasaan itu gak akan bikin dia bahagia malah dia akan marah karna tau aku pura pura sayang sama dia itu karna kasian" ujarnya dengan nada yang sedikit mulai meninggi.

"Tapi..... Gak harys sekarang jugakan. Di saat dua butuh kamu" ujarku.

"Mau sampai kapan lagi aku bohong sama dia" ujarku.

"Tapi gak sekarang nu kamu harus ngertiin perasaannya dia dong" ujarku.

"Apa.. Kamu suruh aku ngertiin perasaannya, aku setiap hari ngertiin dia tapi apa dia ngertiin perasaan aku. Kamu juga, aku tuh sebenarnya sayang sama kamu. Tapi kamu apa lebih milih diam dan nurutin maunya chika. Dia tuh udah terlalu egois. Bukan kamu doang yang di bilang gak boleh deket sama aku tapi semua temen cewekku. Kalo dia sayang sama aku dia akan ngebiarin aku bahagia sama orang yang aku sayanggi. Sama kaya kamu ngebiarin aku sama chika. Ujarnya dengan nada tingginya.

Dan aku pun hanya bisa terdiam karna perkataannya yang membuatku bukam untuk bicara. Aku sangat sangat kaget dengan perkataaannya.
Tak ada pembicaraan du antara kita sedikit pun. Kita langsung terkejut karna kekuarga chika menyampaikan berita yang sangat mengejutkan bahwa operasi chika gagal dan dua sudah tiada. Danu pun langsung berlari menuju ruang operasi. Di situ tanggisan danu langsung pecah. Aku pun sama dengan danu sangat terpukul dengan ke pergian danu. Kita mengantarkan chika sampai ke tempat peristirahatan terakhirnya.

Setelah ke jadian itu danu tak kelihatan sampai beberapa hari. Mungkin ia masih sangat terpukul. Sampai hari ini danu tak kunjung datang. Aku mulai merindukannya. Ya aku tau seharusnya aku tak boleh mengatakan ini karna masih dalam keadaan duka. Hingga hari ini aku mau pulang dia tak datang juga. Tapi mengapa di saat di rumah dakit dia mengatakan perasaannya padaku untuk apa. Apa mungkin setelah ke pergian chika dia mulai mencintainya. Yah... Harusnya aku gak terlalu berharap. Tapi kenapa ayahku belum jemput aju juga yah biasaanya pagi pagi udah datang. Mungkin beliau lagi sibuk. Kemudian aku ingin masuk ke dalam tiba tiba terdengar suara motor mungkin itu ayah. Aku pun berbalik badan dan ternyata itu danu. Hatiku sangat senang hingga terukir senyuma manisku. Tapi aku binggung kenapa dia ada di sini dan berpakaian rapih gini. Apa dia mau pergi.

"Assalamualaikum fah" ujarnya.

"Waalaikumsalam nu" jawabku.

"Ayo siap siap" ujarnya.

"Kemanah?" ujarku sambil binggung.

"Pulang ke jakartalah" ujarnya datar.

"Oh jadi kamu mau anteri aku pulang"ujarku menggerti.

"Ya, udah buruan" ujarnya.

"Ya, tunngu ya" ujarku sambil tersenyum senang.

Dia hanya menganggukan kepalanya.

Aku dan danu pun langsung pamitan pada nenek dan kakekku. Kami jalan dan selama di perjalan kami hanya berdiam tak ada satu
Kata pun yang terucap darinya ataupun dariku. Tapi tiba danu menghentikan laju motornya di pinggir jalan. Tepatnya di penjual es tebu. Ya mungkin dia haus. Dia mengajakku untuk minum es tebu. Memang aku sydah lama sekali tak minum es tebu.

Sambil menunggung es tebu.

"Maaf ya fah" ujarnya sambil menatapku.

"Untuk apa?" ujarku binggung.

"Buat yang kemarin marin karna aku tak bisa menemaninmu selama di sini" ujarnya.

"Oh ya gak papa kok lagian juga aku ngerti kok kalo kamu masih keadaan duka" ujarku.

Dari situ dia hanya terdiam dan aku pun meingkutinya.

Tak lama dia pun berkata
"Fah yang aku katakan di rumah sakit soal perasaan aku itu semua..... benar".

Aku pun terkejut dengan perkatanya. Aku hanya bisa terdiam.

"Tapi aku mengungkapkan perasaan ini bukan untuk menjadikanmu pacarku" ujarnya.

Aku masih terdiam dan binggung kenapa dia tak ingin menjadikanku pacarnya lalu untuk apa dia mengungkapkan perasaannya padaku.

"Kenapa aku tak mau menjadikan mu pacarku" ujarnya sambil menatap mataku.

"Kenapa" ujarku.

"Karna aku mencintaimu dan tak ingin menjerumuskanmu pada dosa" ujarku.

"Lalu untuk apa kau ungkapkan perasaanmu padaku" Ujarku.

"Aku ingin kau menungguku 10 tahun lagi untuk aku melamarmu" ujarnya.

"10 tahun lagi itukan bukan waktu yang sangat sebentar" ujarnya.

"Ya aku tau, tapi kamu jangan khawatir toh kalo emang kita jodoh kita pasti akan bersama" ujarnya

Aku pun terdiam. Ia juga ya kenapa aku harus takut kehilangannya.

"Ya insya allah jika allah berkehendak aku dan kamu pasti berjodoh dan aku akan menunggumu semampu yang aku bisa" ujarku sambil tersenyum. Memang bagi yang lain ini tidak romantis tapi bagiku itu sangat berkesan dan sweet.

Cinta itu tak harus memiliki tak harus bersama cukup saling mendoakan satu sama lain karna dengan cara itulah aku mencintaimu.Dan di saat aku mulai merindukanmu aku berdoa untukmu karna doalah yang paling cepat sampai. Ya allah aku titip rinduku pada-MU untuknya yang jauh di sana.

*****

Tamat...
Yey alhamdullilah akhirnya selesai juga ceritanya. Makasih ya udah baca semoga critanya berkesan. 🙂

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Sep 24, 2017 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

cinta dalam istiqorohTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang