Chapter 4

360 20 0
                                        

Sebenarnya, jauh didalam lubuk hati Van Eych, dia tidak tega mengurung Amor, gadis yang ditaksirnya. Akan tetapi, malam itu Van Eych sangat kesal akan sikap dan perkataan Amor. Seorang Jendral besar seperti Van Eych tidak mungkin memperlihatkan belas kasihnya pada orang lain, so dia mengurung Amor agar tetap terlihat tegas didepan bawahannya.

Setiap tengah malam, Van Eych memerintahkan salah satu prajuritnya untuk turun ke bawah memastikan apakah Amor baik-baik saja. Hingga tepat pada malam ke-7 Amor dikurung, prajurit Van Eych menemukan Amor tergeletak didalam jeruji. Si prajurit itupun mencoba memastikan apakah Amor pingsan atau hanya tidur. Dia mencari sesuatu yang dapat ia lemparkan sampai ia menemukan batu kerikil lalu dilemparkannya kearah Amor.

"Bluk"

Tepat mengenai jidat Amor.

"Hey, kan je me horen?" teriak si prajurit.
"Hey, kau bisa mendengarku?"

Setelah terkena lemparan batu, Amor terlihat menggerakkan kepalanya. Artinya dia tidak pingsan. Dan saat ia menyadari bahwa ada orang disana ia langsung bangun mendekat ke jeruji.

"Help, I want to eat. The food you usually bring to me is a food that is not worth eating. So, I hardly ever eat it. Please, bring me some decent food, other wise I might not survive until tomorrow morning, please." Ucap Amor dengan wajah yang sangat pucat.
"Tolong, aku ingin makan. Makanan yang biasa kau bawakan untukku adalah makanan yang tidak layak untuk dimakan, jadi aku hampir tidak pernah memakannya. Tolong, bawakan aku makanan yang layak, kalau tidak aku mungkin tidak akan bertahan sampai besok pagi."

Ya, seseorang yang dikurung atau dipenjara dibawah tanah hanya diberi makan sehari sekali, itupun makanan yang diberikan adalah makanan yang sudah tidak layak konsumsi.

"Please, help me." Lanjut Amor.

Mendengar keluhan Amor, si prajurit itupun pergi menemui Van Eych dan memberitahukan keadaan Amor.

"De vrouw lag. Ze was hongering, ze vroeg me am haar een farsoenliijke maaltijd te brengen, anders kon ze waarsejinliijk niet not morgen overleven." Bisik si prajurit.
"Wanita itu tergeletak. Dia kelaparan, dia memintaku untuk membawakannya makanan yang layak, kalau tidak dia mungkin tidak akan bertahan sampai besok."

Mendengar itu, Van Eych langsung menyuruh prajuritnya untuk mengantarkan makanan yang enak pada Amor. Si prajurit itupun dengan sigapnya melaksanakan perintah sang Jendral.

Ia datang lagi ke penjara bawah tanah dengan membawa banyak makanan yang enak untuk Amor. Amor makan dengan lahapnya.

Orang-orang yang juga dipenjara dibawah tanah mengintip dari balik jeruji dan iri melihat Amor yang diberikan makanan yang enak dan banyak. Mereka bingung mengapa sang Jendral memenjarakan wanita cantik yang menengenakan gaun? padahal semua tahu bahwa wanita bergaun indah pasti milik sang Jendral. Mereka bertanya-tanya, mengapa sang Jendral memenjarakan wanitanya?

Selama Amor dipenjara, Van Eych gelisah. Ditambah lagi saat Van Eych mengetahui bahwa Amor menderita dibawah sana, ia langsung khawatir, kasian, dan merasa bersalah. Di saat itupula Van Eych menyadari bahwa perasaannya terhadap Amor bukan sekedar nafsu belaka, melainkan itu CINTA.

Seorang Jendral besar yang datang ke sebuah wilayah dengan niat untuk menyerang dan mendapatkan kekuasaan malah jatuh cinta pada gadis dari tempat yang ia serang. Mengapa? padahal ia baru sekali bertemu. Karena itulah cinta, datang tiba-tiba, tidak diundang, tidak dijemput, dan tidak disangka-sangka. Cinta datang dengan sendirinya.

***

_penamerah

Between Love & PowerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang