Chapter 4

29 16 0
                                    

"Beliin gue minum." Titah Arsen pada Gea. Dan karena ucapannya tadi, gadis itu kini menatapnya dengan pandangan tidak terima.

Kabar tentang hubungan Arsen dan Gea sudah tersebar luas seantero sekolah. Semua itu bahkan belum melewati kurun waktu dua puluh empat jam untuk bisa menjadi topik hangat di Bluemoon High. Berita seputar kasus penjambakan sadis Arsen saat menembak Gea. Cara yang anti mainstream, namun mengerikan.

Banyak orang tidak habis pikir dengan cara keji Arsen untuk mengungkapkan perasaannya. Dan sekarang kedua iblis Bluemoon bersatu, entah apa julukan yang pantas untuk mengambarkan pasangan sok berkuasa itu?

"Hah?" Sahut Gea lemah.

Saat ini Gea terjebak bersama Arsen di kantin. Padahal, sejak awal bel istirahat pertama berbunyi, Gea enggan keluar kelas pergi demi terhindar dari Arsen. Namun, nasib baik memang tidak selalu berpihak padanya.

Tadi, tiba-tiba saja Arsen menghampirinya dikelas. Melempar senyum memuakkan dan tanpa perasaan menyeretnya menuju kantin hingga tangan yang menjadi korban kekejaman cowok itu memerah. Dan setelah semua itu dia masih menyiksanya seperti ini. Pacar yang enggan diakuinya itu terus saja menyuruh ini dan itu hingga membuatnya lelah. Menyebalkan sekali.

"Cepetan. Haus nih." Rengek Arsen dan sekali lagi Gea hanya menatapnya malas.

"Lo nyuruh gue lagi? Gue bukan babu lo." Gea menggeram menahan agar kuku panjangnya tidak mencakar wajah menyebalkan itu.

Arsen menatapnya tajam. "Gue gak suka dibantah." Peringatnya.

"Setau gue , katanya gue itu pacar lo, bukan pembokat lo." Ucap Gea sarkastik, mencoba mengingatkan pada Arsen bahwa dirinya berstatus sebagai pacarnya. Bukan seorang budak yang bisa dia suruh seenak jidat untuk menuruti semua kemauannya.

"Jadi lo udah ngakuin kalo gue itu pacar lo?"

Eh?

"ENGGAK! MIMPI AJA LO SAMPE MATI!" Teriak Gea membuat penghuni kantin menatap mereka dengan aneh.

Arsen tersenyum mengejek, "Duh pacar gue kenapa gemesin banget, ya?!"

Gea memutar mata malas. Jika mereka tidak sedang berada ditempat umum, mungkin garpu bakso Gea sudah menancap di mata Arsen sejak tadi.

"Apasih!"

"Lo gak takut pacar lo dehidrasi?!"

"Bodo."

"Jangan bilang gue musti pake kekerasan!"

"Terserah." Gea menatap pacarnya sekilas kemudian memainkan ponselnya.

Cewek keras kepala. Setidaknya Arsen sudah mengingatkan.

"Yakin?" Arsen masih bersikeras. Sifatnya memang sangat kekanak-kanakan.

"Lo 'kan bisa jalan, beli aja sendiri. Lo yang haus kenapa harus gue yang repot." Gea muak, rasanya ingin sekali berteriak didepan muka Arsen dan memakinya.

"Emang tiga pengawal lo itu pada kemana, sih? Biasanya 'kan, mereka nempelin lo terus kaya bakteri. GUE TUH CAPEK DARI TADI LO SURUH-SURUH MULU, BEGO!" Ujarnya dengan kesal. Kelereng hitamnya mengedarkan pandangan, mencari-cari dimana keberadaan tiga kunyuk yang biasa menempeli Arsen.

"Gue maunya dibeliin pacar gue."

"Pacar? Bahkan gue sama sekali gak nganggep kalo lo itu pacar gue." Gea semakin kesal.

Arsen pura-pura terkejut, "Loh, bukannya tadi lo yang bilang kalo lo itu pacar gue. Yayang suka lupaan, deh." Cengirnya.

Gea menghela napas, ini benar-benar ujian kesabaran dari Tuhan, "Astaga!"

Serendipity Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang