Chapter 9

41 14 4
                                    

Bel pulang baru saja berbunyi. Kelas yang tadinya hening mendadak riuh dengan desahan napas lega para penghuninya. Rasa lelah bahkan tidak sedikitpun mengurangi antusiasme kegembiraan mereka saat menyambut bunyi nyaring yang dianggap beberapa siswa sebagai hal yang keramat itu.

Berbeda dengan mayoritas seluruh populasi XII IPS 2 yang berebut ingin segera pulang. Justru dibangku pojok belakang terkesan damai, masih belum bergeming sama sekali.

Guncangan halus membuat tubuh Gea sedikit bergeser. Matanya yang sudah beberapa jam terpejam itu, kini perlahan terbuka. Tubuhnya mengeliat, mencoba merenggangkan ototnya yang serasa kaku. Gea menoleh, iris hitam itu mengedarkan pandangannya ke segala penjuru kelas yang sudah terlihat sepi. Hanya tinggal beberapa siswa, termasuk juga dirinya dan Fella.

"Pulang woi." Fella memutar bola mata malas. Kebiasaan buruk sahabatnya sejak dulu memang belum bisa berubah. Tangannya terus menepuk pipi Gea dengan cukup keras, berharap gadis itu akan segera tersadar agar tidak terus tertidur.

"Hoam!!" Gea hanya menguap dengan kepala yang berat masih menempel pada tas yang semenjak tadi berperan sebagai penganti bantal untuk tidur dikelas.

"Kebo dasar! Bangun lo, udah pulang."

"Ngantuk." Ucap Gea serak.

"Etdah, ni bocah emang beneran kebo." Fella berdecak kesal karena Gea yang tak kunjung bangun.

Gea kembali mengerjap. "Udah pulang, ya?"

Fella memutar bola mata malas. "Udah dari tadi, keleus."

"Pulang yuk."

Fella menghela napas panjang, mencoba bersabar. "Iya, Ge pulang. Makanya bangun."

Mengangguk mengerti, kini Gea mau mengusap wajahnya dengan kasar berusaha menghalau rasa kantuk yang masih menyerangnya. Gea beringsut dari duduknya dengan tas warna merah yang sudah melekat dengan manis di punggungnya.

Fella mengekor di belakang Gea yang terlihat berjalan sempoyongan. Hampir saja gadis itu menabrak tempat sampah jika saja Fella tidak memekik keras tadi. Dasar! Gea itu benar-benar ceroboh.

"Mending lo cuci muka dulu, deh, Ge." cetus Fella nampak terganggu dengan Gea yang terus saja linglung. Perkataannya tadi hanya dibalas dengan anggukan setuju oleh gadis berambut acak-acakan itu.

Sesuai dengan usulan sang sahabat, sekarang Gea berada di toilet untuk membasuh wajahnya yang agar kembali segar. Netra gelap yang nampak sayu itu memandang sosok dirinya dicermin. Penampilannya yang biasa terkesan rapi, tampak begitu berantakan sekarang. Apalagi dengan muka bantal dan rambut sedikit berantakan cukup bisa menjelaskan bahwa Gea benar-benar menikmati tidur siangnya didalam kelas hari ini.

Sedikit menghembuskan napas panjang. Gea mulai membasuh wajahnya dengan menggunakan air yang mengalir dari kran toilet itu. Rasa dingin menjalar semakin menyelinap dibalik pori-pori wajahnya. Gea merasa lebih segar di bandingkan saat pertama kali di bangunkan dengan paksa oleh Fella. Sedikit merapikan rambutnya, kini gadis berambut cokelat panjang itu keluar dari toilet.

Fella menunggu diluar, bahunya yang lelah ia sandarkan di dinding sembari menunggu Gea keluar. Matanya mengerjap lelah, setelah aksi kejamnya bersama Gea beberapa jam yang lalu, dia masih tertawa saat mengingatnya. Walaupun Gea terkesan kejam, sebenarnya dia hanya akan melakukan hal itu pada saat-saat tertentu saja. Sebagai partner yang baik, tentu saja Fella harus ikut ambil bagian didalamnya. Dan itu menyenangkan.

Serendipity Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang