Chapter 11

27 9 5
                                    

Mengingat kejadian kemarin, Arsen cukup merasa bersalah akibat tragedi yang menimpa Gea. Pasalnya, selepas keluar dari toilet, tangan, kaki dan wajah Gea dipenuhi dengan totol berwarna merah. Gea alergi dan ia tidak tahu karena sebelumnya pacarnya itu hanya bilang kalau tidak suka dengan ikan. Walau tidak terlalu parah, namun kulit putih Gea pastinya tidak bisa menutupi dengan jelas bintik merah yang mulai membengkak saat gadis itu menggaruknya.

Kemarin Gea hampir menangis untuk kedua kali akibat ulah isengnya. Padahal, niat awal Arsen hanyalah ingin mengerjai Gea yang terlihat begitu membenci ikan. Dan akibat ulahnya juga, hari ini Gea absen sekolah untuk pertama kalinya dengan keterangan sakit.

"Tumben bos, si nyonya kemana?" tanya Zean kepada Arsen karena tidak biasanya kekantin sendirian sejak menyandang status berpacaran dengan Ganisnya Starla.

"Lagi sakit."

"Uwahhh, gue kira penyakit pada takut sama ibu bos." ujar Chiko berdecak kagum.

"Bisa sakit juga tuh anak?" tanya Zean lagi.

Bima menjawab, "Ya iyalah bisa, Gea juga manusia kali."

Chiko terkekeh pelan, "Gak ada manusia yang galaknya kaya Gea, menurut gue dia itu semacam..."

"Semacam apa?"

"Singa betina, sekali lo ganggu kelar idup lo." Chiko tertawa kecil.

Dan disini terlihat seperti forum yang sedang membicarakan Gea itu sejenis makhluk apa. Padahal, semua itu adalah topik diskusi yang sangat tidak berguna. Jelas-jelas Gea itu manusia, hanya saja dia sedikit berbeda dari gadis kebanyakan.

"Emang dia sakit apa, Sen?" hanya Bima yang memanggil Arsen tanpa embel-embel boss.

"Alergi gara-gara kemaren gue suruh makan ikan." ucap Arsen mencoba mengingat kejadian kemarin.

"Hah?" Zean dan Chiko menyahut dengan serempak.

⚫⚫⚫

"Arsen! Semua ini gara-gara lo!" teriak Gea yang baru saja keluar dari toilet membuat mereka menjadi pusat perhatian di restoran.

Saat itu Gea benar-benar kesal, bahkan dia juga malu dengan wajah penuh ruam. Mata merahnya terlihat ingin menangis membuat Arsen yang tadinya tertawa kini meringis begitu menyadari bahwa kejahilannya sudah keterlaluan. Apalagi tatapan heran serta bisikan kecil dari pengunjung lainnya yang membuat Gea menunduk malu.

"Kakak kenapa?" Kiara juga tak kalah kaget saat melihat keadaan Gea.

"Lo kenapa?" tanya Arsen panik.

"Anterin gue pulang!!" mata Gea berkaca-kaca, namun masih sangat jelas jika manik cokelat itu memancarkan kemarahan yang nyata.

"Lo gak pa-pa 'kan?"

"Gak pa-pa? Lo gak bisa liat? Ini gatel banget Arsen!" sinis Gea marah.

"Kakak alergi?" sekali lagi Kiara bertanya.

Gea berdecak, "Masih tanya lagi."

Padahal Kiara hanya mencoba sedikit berbaik hati. Ya sudahlah.

"Biasa aja, sih, padahal aku cuma nanya."

"Gak usah sok simpatik."

Kiara mendengus kesal. Pacar kakaknya itu memang tidak bisa diajak bicara baik-baik.

"Yaudah kita pulang!" ajak Arsen.

"Tapi makanan aku belum abis Kak." rengek Kiara yang bahkan masih belum menyelesaikan makannya.

Serendipity Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang