Cintai aku satu detik saja dan aku akan merubah itu menjadi satu abad
-Lyana Ara Lavea-Sometimes you make me smile. You make me sad once in a while. But you make me feel in love most of the time
-Oo-
-Others-
Pagi hari di sekolah.
Seperti biasa Lyan berangkat pagi buta demi mengantarkan pesan kotak kopi susunya pada Calvin. Namun, sepertinya takdir tak sejalan dengan apa yang dipikir.Ditengah perjalananya menuju kelas Calvin, tiba-tiba saja seseorang menubruknya dan otomatis kotak kopi susu di genggamannya terlempar dan melayang begitu saja.
Bruk!
"Aduh!" Lyan mengaduh setelah pantatnya menghantam ke lantai.
Ia meringis kesakitan."Aduh, maaf-maaf, mbak ngga papa?" Orang itu berusaha membatu Lyan untuk berdiri setelah ia sendiri baru bangkit dari posisi jatuhnya.
"Loh, kopi susu gue, dimana kopi susu gue?" Bukan menanggapi pertanyaan orang itu, Lyan malah panik mencari kopi susunya. Ia bahkan membungkuk menelusuri jalan di sekitar tempatnya jatuh.
Tak lama, ia menemukan kotak kopi susu itu tergeletak di atas tanah dengan kondisi yang cukup mengenaskan. Isinya tececer membasahi rumput.
"Ah, hati gue!!" Lyan memekik histeris melihat itu.
"kenapa mbak? Apanya yang sakit? Hati? Aduh, maaf mbak tadi saya ngga sengaja, mbaknya juga sih di tengah jalan," ujar orang itu yang membuat Lyan makin kesal.
Lyan menoleh ke arah orang itu, lantas ia sedikit terkejut setelah melihat wajah orang itu, wajah yang tak asing baginya. Wajah laki-laki yang berhasil membuatnya muak.
"Lo!" Bentak Lyan pada laki-laki itu.
"Iya mbak?" Laki-laki itu masih menampilkan wajah innocent-nya.
Lyan makin geram melihat ekspresi tak bersalah dari cowok berkacamata itu, yang jujur saja ia baru tahu namanya detik lalu saat melihat name tag yang terpampang di baju putihnya.
Origho Viga Aro.
"Nama yang aneh, pantesan orangnya aneh." Senyuman miring tercetak di bibirnya. Sisi buruknya mulai muncul.
Namun, Lyan segera menampik batinnya tadi, " Eh, Lyan lo ngga boleh ngatain nama orang gitu, nama itu doa. Dosa lo, baru tau rasa! "
Melihat Lyan terdiam, cowok yang bernama Ori itu menepuk bahu Lyan.
"Eh-" Lyan tersadar. Lantas melanjutkan apa yang ingin dikatakannya tadi, "Lo lagi, kenapa sih lo selalu ketemu di saat yang ngga tepat? Hah?" Entah apa yang dimaksud perkataan Lyan. Namun, intinya setiap kali bertemu cowok itu bawaanya ingin naik pitam.
Cowok itu, Orighano Vigo Aro, seorang cowok yang hobi banget mojok di perpus, tidak heran jika ia berkacamata tebal, penampilannya yang bisa dikatakan seperti Betty Lavea versinya cowok itu, membuat Lyan seringkali ilfeel melihatnya, bukan hanya masalah penampilan tapi masalah style cowok itu yang aneh.
Berkacamata biru , berseragam putih abu-abu lengkap dengan dasi dan ikat pinggang yang naik diatas lingkar pinggang, dan terakhir sepatu kuning-ungu yang mencolok. Membuat siapa saja yang memandang silau karenanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Others
Подростковая литератураI want to love you. But, i don't need you! *** " Bermainlah bersamaku dengan sebuah permainan yang disebut Cinta" Kau tak perlu takut, begini peraturannya aku mencintaimu dan kau tak boleh mencintainya, sederhana bukan? Dengan begitu, kita berdua...