1.Permisi

195 35 31
                                    


Langkah pertama,

Mengawali itu mudah . Tapi, bagaimana proses sebelum itu yang sulit. Dan awal bukanlah sesuatu yang salah.-W-

Salken nama gue… –Nevan Arel Lazuardi

-Others-

“Permisi…’’ suara lirih itu terdengar dari mulut cewek yang  tengah bersesakan untuk melewati kerumunan siswa di sebuah Aula sekolah yang mayoritas adalah siswa cewek. Apalagi kalau bukan karena Calvin Rio Arhamsyah, cowok paling populer di sekolah. Saat ini dia tengah mengadakan mini konser bersama bandnya yang anggotanya juga tak kalah popular dari Calvin, tentunya punya tampang rupawan bak pangeran turun dari khayangan. Uh.

“Eh, kalo di fikir-fikir nih ya,  kenapa sih cowok ganteng, popular nan tajir jadi idola kaum cewe kayak kita? Nah anehnya lagi ya Na, perasaan kenapa coba cowok populer kayaknya udah biasa jadi langganan di cerita anak-anak sekolahan. Aelah… jadi mainstream gini. Yuks minggat!” ujar cewek disamping Lyana, setelah mereka berhasil mengambil tempat dekat dengan panggung. Namanya Mariana Zoya Purbowarini, teman sebangku Lyan.

“Ah lo Mar, baru aja nyampe, capek tau!” gerutu Lyan, tanpa mengalihkan pandanganya barang secenti saja dari pangeran tampan di depannya yang sedang melantunkan lagu kesukaannya, Calvin.

“Ayolah Na!’” Maria menarik lengan baju Lyan, ia mulai tak sabar setelah berdiri setengah jam di tempat itu . Sebenarnya dia malas datang di acara ‘ngga penting’ seperti itu, kalau bukan karena Lyan mengiming-iming dengan traktiran di café baru dekat sekolah, yang sedang hits belakangan ini.

Lantas, karena Maria sudah berada  di puncak kejenuhanya, ia menarik tangan Lyan dan mengajaknya pergi dari tempat itu.

“Eh, Mar mau kemana? Itukan belum selesai.” Lyan seperti tak rela meninggalkan tempat itu, ia  berusaha melepaskan tangannya, tapi tidak berhasil, bibirnya mengerucut.

-Others-

“Masih ngambek Na?” Tanya Maria pada Lyan setelah mereka sampai di café baru itu. Karena jenuh Maria sengaja mengajak Lyan menuju café, ia tau kalo temanya itu bakalan ngambek seperti ini.

“Iyalah, masa iya gue lagi asyik lihat ciptaan Tuhan paling indah lo malah narik gue kesini, kesal kan gue!“ gerutu Lyan sambil memasang wajah cemberut.

“Yaudah, terusin!” bukannya merayu, Maria malah meledek Lyan, seraya menjulurkan lidahnya.

“Maria!!!” Tanpa menunggu hitungan, satu jitakan melayang pada kepala Maria.

“Sakit tau!” Maria mengaduh.

“Bodo amat!” ujar Lyan ketus lalu menyeruput machiatto ice yang tadi dipesannya.

“Yuks balik!”

“Ah, lo kok plin-plan ya Mar, tadi ngajak kesini sekarang ngajak balik. Ogah gue, entar aja mumpung wi-fi lancar nih. Plis jangan ganggu ketenangan gue!”

“Leon, Leon , emang ya Leon singa lagi PMS, tadi aja muring-muring ngga jelas, giliran ada wi-fi lo anteng kayak bayi dikasih permen.Dasar labil!”

Lyan bergeming, ia sedang asyik dengan benda kotak putih canggih ditangannya, lagi update instastory.

Sebenarnya mereka sedang ‘kabur’ dari sekolah. Saat ini di sekolah sudah tidak ada kegiatan belajar mengajar karena memang sudah selesai ujian akhir semester, tetapi mereka masih diwajibkan untuk mengikuti acara pasca semester semacam classmeet dan boleh mengenakan pakaian bebas, jadi itu yang membuat Lyan dan Maria dengan leluasa minggat dari sekolah tanpa ketahuan.

OthersTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang