Menghilang

11 1 0
                                    

Setelah June keluar aku segera lari ke kamar mandi, terlihat jelas pipiku memerah, lalu aku melihat ke bibirku dan menyentuhnya lembut. Aku mencoba mengingat kejadian yang barusan terjadi. Kejadian barusan membuat jantungku serasa melayang diudara.

Bunga-bunga bertaburan disekelilingku, serasa dunia ini hanya ada kebahagiaan saja....

Namun....

Hari ini adalah hari ketiga setelah insiden dirumahku itu. Tapi.....

"Sendy, lu ngeliat senior gak sih akhir-akhir ini, kok perasaan gua, dia gak keliatan? " tanyaku ke Sendy.

"emm gak tau tuh, tumben lu nyariin. Lu ada apa sama senior ?! " ledek Sendy.

"Ngomong apaan sih lu Sen, gua tuh pengen terima kasih udah ngebawa gue ke rumah sakit waktu itu... " sangkal ku.
"Ohh kirain...." jawab Sendy dengan agak tertawa.
"Coba aja tanya ke temennya yang waktu itu " usul Sendy

Setelah mendengar apa kata Sendy aku menanyakan kabar June dari temannya.
Namun yang aku dapat nihil. Semua teman senior juga tidak tahu apa yang terjadi dengan June.

Satu minggu...

Sudah satu minggu namun senior belum ada kabar juga. Semua yang dilakukan June membuatku seolah aku ini wanita murahan, dia menghilang begitu saja bagai asap.

"Perasaan apa ini kenapa aku merasa sakit, setelah apa yang dia lalukan, dia menghilang begitu saja hahahah!!!?!!!!!!!? " tanyaku dalam hati.

Waktu berlalu aku mulai menyimpulkan bahwa June hanya main-main saja kepadaku selama ini. Semua sifat baiknya selama ini kepadaku hanya kedoknya sebagai panutan di kampus.

Hari ini aku pulang agak terlambat dari biasanya, tugas kelompok hari ini sangatlah susah hingga aku pulang larut malam. Hari ini terasa lebih dingin dari malam sebelumnya.

"Wahh angin musim gugur." gerutuku dalam hati.

Rumahku terasa jauh sekali hari ini, entah perasaanku atau memang selalu sejauh ini. Perjalanan yang melelahkan akhirnya selesai. Aku sampai di depan gang ke dalam rumah,seketika ku hentikan langkahku. Memang benar isu belakangkan bahwa banyak orang misterius yang berkeliaran di daerah ini.

Aku mundur perlahan, namun bayangan yang aku perhatikan tadi bergerak perlahan mendekat. Tubuhku gemetar, keringat mulai bercucuran, walaupun malam ini sangat dingin tubuhku serasa sangat panas.

Dia sangat dekat dan tiba-tiba dia memalingkan wajahnya kepadaku yang membuatku terkejut dan berteriak.

"Mina~~" Suara yang tak asing di telingaku. Wajah itu mulai terlihat secara perlahan.
"Senior... " rintihku.

Tubuhku merespon lebih cepat daripada otakku, aku tersungkur di tanah, kaki ku tak berdaya untuk tetap berdiri. June terkejut.

"Kau tidak apa-apa? " tanya June. Aku tidak bisa menjawab pertanyaan sesederhana itu, aku menangis. Tak disangka, June memelukku dan mengusap kepalaku.

June tidak lagi bertanya, dia membiarkanku berada di pelukannya.
Entah mengapa aku merasa sangat nyaman berada dipelukannya.

"Senior...." aku memulai pembicaraan.
"Emmm" jawan June singkat.

"Kakiku kram." eluhku pelan. June hanya tersenyum kecil, lalu mecubit pipiku.
"Kau ini lucu sekali, mirip kucing." ledek June. June membantuku berdiri, "Apa kau bisa berjalan?" tanya June. Aku hanya menggelengkan kepala, tanpa bertanya lagi June mengangkat tubuh berat ini.

"Senior...?" tanyaku pelan. June tidak menjawab dia hanya tersenyum. Aku diangkat hingga ke depan pintu. Dia menurunkanku didepan pintu.

"Terima kasih senior. Tapi senior kau sedang apa disini?." jawabku.

"Senior emmm, selama ini kau kemana saja?" lanjut ku.

June tak menjawab hanya memperhatikan kaki ku.

"Kenapa, kok gak dijawab? " tanya ku.
"Aku......, emm kaki mu tidak apa-apa kan? tidak terkilir atau kenapa kan?" jawab nya.

"Oh hiya tidak apa-apa kok, tapi kenapa senior tak menjawab pertanyaanku?" tegasku.

Setelah aku berkata seperti itu June tidak memberi respon. Namun......

"hi hi hi"
Aku mendengar suara tawa.
Aku cukup yakin jika itu adalah suara tawa June.
"Senior!!!...... " teriakku sambil memukul punggungnya.
"Ah sakit... Hi hi hi hi... " jawab June sambil tertawa.

Namun tak lama tawa itu sirna, bersama dengan datangnya angin malam yang dingin aku merasa hangat.
June memelukku dengan erat tidak seperti sebelumnya. Kini dia menempelkan kepalanya di pundakku.

Aku bisa merasakannya, kehangatan yang belum pernah aku rasakan, ketulusan yang sangat aku inginkan, rasa nyaman yang tiada tara. Aku belum pernah merasakannya, ini membuatku merasa sangat sempurna dan bahagia.

Pelukan itu dilepaskan oleh June. Dia menatapku dengan sangat dalam, semua perasaannya terlihat jelas dimata indah dan polos itu. Semakin aku menatap matanya semakin aku bisa merasakannya. Dia menatapku cukup lama, suasana sunyi hanya terdengar suara dahan ditipu angin.

Mata itu terus menatapku seolah ingin mencari sesuatu dalam diriku........... Seketika aku tersadar akan sesuatu, ku alihkan muka ku ke arah lain.

"Kenapa Mina ada apa?" tanya June. Aku hanya terdiam, aku tak ingin merespon pertanyaanya. Hati ku sudah terlalu sakit, setelah apa yang dilakukan June kepadaku.

Setelah cukup lama....
"Mina~~~"
Panggil June yang tetap menatap mataku.
"ohh senior... " jawabku singkat.
Jawabanku tak direspon oleh June, ia terus melihat kedalam mataku, entah apa yang sedang ia cari.
"Mina~~" ucap June.

"Senior sepertinya ini sudah malam? Tak enak jika dilihat orang lain." Tanyaku. June sepertinya mengerti dengan apa yang aku ucapkan, dia mundur perlahan

"Emm oke kalau begitu Mina~~, aku akan pergi sekarang." Jawabnya dia memalingkan badannya menlangkah dengan perasaan yang berat dan kecewa. Namun setelah beberapa langkah dia berhenti.

"Mina!!! Apa kau siap untuk jatuh hati padauk?" tanya June tiba-tiba. Aku terjengang dengan pertanyaan yang dilontarkan oleh June.
"Senior apa yang kau katakana?" tanyaku polos. June hanya tersenyum kecil

"Sebaiknya kau persiapkan dirimu, aku akan benar-benar membuatumu menjadi milikku!" tanpa memberikan penjelasan June pergi dengan langakh yang lebih ringan, aura Bahagia mengelilinginya.

LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang