Chapter 4 (Awal Sebuah Persaingan)

10 0 0
                                    

Pagi ini alarmku berbunyi lebih awal, yakni jam 5.00 pagi. Aku terbangun setengah sadar dan mematikan alarm, kemudian aku pergi ke kamar mandi. Saat aku mulai membasahi tubuhku dengan air, aku langsung terbangun sepenuhnya karena airnya dingin banget.

"Aaaaaa!! Dingin!!" teriakku dengan sangat keras.

Selesai mandi, aku memakai seragam lalu membuat teh manis dan meminumnya dengan kondisi tubuh menggigil kedinginan. Saat aku minum teh, mendadak di hpku muncul notif email. Aku langsung membuka email tersebut dan ternyata email itu berisikan file daftar peringkat tes kemarin. Sontak aku unduh file itu dan melihatnya. Ternyata namaku ada di peringkat ke tiga setelah seorang murid yang bernama Shisui di peringkat pertama dan Kuruto di peringkat kedua. Aku juga sempat melihat dua nama di peringkat terbawah. Entah kenapa aku merasa khawatir kalau dua nama itu menjadi frustasi dan memilih jalan yang salah.

Selesai sarapan, aku langsung bersiap memakai sepatu dan tas. Setelah itu aku langsung berangkat ke akademi dengan menaiki bus. Sesampainya di akademi aku langsung menuju kelasku. Sampai di kelas aku masuk dan melihat kelas masih sepi.

"Sepertinya aku hari ini datang terlalu awal ya," kataku sambil melihat lihat kelas. Seketika pandanganku tertuju pada seorang murid cowok yang duduk dengan santainya. Seketika aku menaruh tasku di tempatku dan menghampiri murid tersebut.

"Halo... Kenalkan namaku Hamano Ikaru, panggil saja Ikaru," kataku sambil mengulurkan tanganku ke murid itu.

"Namaku Judou Shisui. Aku tak punya nama panggilan, jadi silahkan kau memanggilku apa," ujarnya dengan mengabaikan uluran salamku.

"Dan satu lagi, aku tak butuh salam tak berguna seperti itu," lanjut dengan santainya.

"Wah jadi kau Shisui. Kau hebat juga bisa lulus tes kemarin dengan peringkat pertama," ujarku.

"Hh.. Aku tak tertarik dengan peringkat. Dan keberuntunganmu lumayan juga bisa mencapai peringkat ketiga," ujarnya dengan nada dingin.

"Apa kau bilang! Asal kau tahu saja ya, aku bisa seperti itu karena hasil dari usahaku sendiri kau harus tahu itu!" kataku dengan kesal mendengar hal seperti itu.

Namun iya hanya duduk santai dan tak menggubris omonganku.

"Hah... Ya sudahlah kalau kau tak mendengarku. Oh iya mau membantuku beres beres kelas ini? Biar kita nyaman belajarnya," ujarku mengajaknya.

"Aku saat ini sedang tak ingin melakukan hal payah semacam itu," ujarnya dengan nada santai.

"Hah.. Baiklah kalau begitu biar aku saja yang melakukannya," ujarku dengan agak kesal.

Akhirnya aku melakukan piket sendiri, walaupun aku agak kesal dengan ucapannya tapi aku tidak menganggap ia buruk. Malahan ia terus memperhatikanku yang sedang piket.

"Hei.. Ada yang ingin kutanyakan padamu," ujarnya yang sedang memperhatikanku itu.

"Silahkan saja," jawabku sambil piket.

"Apa kau punya ambisi atau semacamnya?" tanyanya padaku itu.

"Tidak... Tapi aku punya impian, yakni menjadi seorang Kishige -julukan bagi pemimpin- yang diakui oleh penduduk kota," jawabku itu. "Bagaimana denganmu?" tanyaku kepadanya.

"Aku tidak menyebut ini sebagai impian, tapi aku memiliki ambisi ingin membunuh seseorang yang sudah menghabisi nyawa keluargaku" ujarnya dengan nada dingin.

Aku hanya bisa terdiam mendengarnya sambil meneruskan piketku. Tiba tiba Shisui bangkit dari tempat duduknya dan mulai membantuku piket. Aku pun sedikit senang dengan bantuannya, walaupun dia itu agak ngeselin. Setelah 30 menit, akhirnya kelas kami sudah bersih dan rapi.

"Fyuh... Akhirnya. Terima kasih sudah membantuku Shisui," ujarku berterima kasih kepadanya.

"Jangan salah paham dulu. Aku ini biarpun tak suka melakukan hal seperti ini tapi aku paling tak suka kalau kelas ini tak terurus" ujarnya berusaha mengalihkan pembicaraan.

Aku pun kembali mengulurkan tanganku kepadanya. Awalnya ia ragu untuk membalas salamku, namun saat ia mau membalas salamku, mendadak murid murid cewek yang baru memasuk kelas mulai menghampiri Shisui. Bahkan aku pun didodrong hingga menubruk tembok kelas. Itu karena para murid disini mengidolakan Shisui karena kehebatannya, dan juga ketampanannya. Dan disaat yang bersamaan Sougo-sensei pun masuk ke kelas. Sensei sempat melihat lihat kelas yang sudah bersih dan rapi.

"Siapa yang sudah membuat kelas ini bersih?" tanyanya.

"Pasti kamu kan yang piket disini? Iya kan iya kan?" ujar beberapa orang cewek di kelas. Suasana pun bertambah ricuh, ditambah lagi cowok cowoknya mulai masuk kelas. Akhirnya sensei mencoba menenangkan kami.

"Semua diam! Ikaru... Apa kau tahu siapa yang barusan piket disini?" tanyanya kepadaku.

Dalam hati aku ingin menangkat tangan, namun aku sengaja menunjuk Shisui.

"Dia yang barusan piket, sensei," ujarku sambil menunjuk Shisui.

"Tunggu... Bukankah kau yang... " ujarnya yang belum sempat dilanjutkan, sensei sudah memotong kata katanya.

"Teruskan perbuatanmu ini Shisui. Dan kau Ikaru, sebaiknya kau mencontohi Shisui," ujar sensei dengan dingin.

Aku pun mengangguk dan menuju tempat dudukku.

"Semua duduk ke tempat masing masing. Kelas sudah dimulai," ujar sensei memulai kelas hari.

Aku sempat menoleh menatap Shisui dan mengulurkan kepalan tanganku di depannya, lalu aku menyengir. Shisui yang melihat hal itu tak bisa berkata apa apa.

Past The HorizonTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang