Suasana pagi ini di kota penuh dengan kerumunan orang-orang yang berangkat kerja maupun sekolah. Hal itu sudah biasa terjadi di kota Adamantio, bahkan pukul 05.00 saja sudah banyak orang yang beraaktivitas. Sama halnya denganku, yang saat ini sedang menunggu bus menuju akademi. Aku hari ini sangat bersemangat, karena aku bisa menjadi siswa di akademi yang sangat terkenal di kota, apalagi ini adalah hari pertamaku bisa memakai seragam khasnya. Akhirnya bus yang yang aku tunggu sudah tiba tepat pukul 05.30. Aku pun langsung menaiki yang baru datang itu.
Saat aku di dalam bus, sebagian besar penumpang melihatku dengan tatapan tak suka. Maklum saja, mereka masih masih belum bisa mengakuiku, lagipula aku sudah terbiasa dengan situasi seperti itu. Aku langsung duduk di bangku bus yang masih kosong, tepatnya di sebelah seorang pemuda berkacamata. Setelah aku duduk di sebelahnya, pemuda itu langsung menyapaku.
"Perkenalkan namaku Maito Kuruto," sapa Kuruto dengan penuh semangat.
"Kalau namaku Hamano Ikaru. Salam kenal ya Kuruto," balasku menyapa kuruto dengan senyuman santai.
Setelah saling menyapa, Kuruto mulai memperhatikanku dengan sangat detail. Aku pun bingung mengapa ia memperhatikanku sedetail itu.
"Ternyata kau tidak seburuk yang penduduk kota bicarakan ya," ujar Kuruto.
"Hahaha... Kau memang benar, tapi mau bagaimana lagi," ujarku sambil tertawa pelan.
"Baiklah ayo kita berjuang dengan semangat masa muda," ujar Kuruto dengan mata yang membara karena saking semangatnya.
"Baik... Aku juga akan berjuang," ujarku tak mau kalah dengannya.
Akhirnya bus yang kami tumpangi sampai di akademi. Beberapa siswa di bus itu mulai beranjak, termasuk aku dan Kuruto. Namun sebelum itu kami harus membayar tarif bus itu dengan menggunakan kartu elektrik. Untungnya kami sebagai siswa akademi mendapat potongan harga tarif bus. Hal itu dikarenakan kami mendapat kartu elektrik serbaguna dari pemerintah. Setelah kami membayar tarif bus, kami langsung turun dan memasuki gerbang akademi.
"Whoaa... Jadi inikah arena dimana kita akan menunjukkan talenta kita?" ujar Kuruto dengan tatapan berbinar.
"Itu benar. Inilah arena untuk mengasah talenta kita, " jawabku dengan semangat.
Kami pun memasuki kelas yang kami dapat saat pelantikan kemarin. Kebetulan aku mendapat kelas A.
"Oh iya Kuruto, kau dapat kelas apa?" tanyaku kepadanya.
"Aku mendapat kelas A. Kalau kau Ikaru?" tanyanya balik kepadaku.
"Heeh... Aku juga di kelas A," ujarku dengan agak kaget karena aku sekelas dengan Kuruto.
"Whoaa... Kalau begitu kita kali ini akan berjuang di kelas yang sama Ikaru," ujarnya dengan tatapan membara. Aku hanya bisa tertawa dan mengangguk.
Ketika kami berdua memasuki kelas, seperti biasa siswa yang lain menatapku dengan Tatapan tak suka. Tapi aku tak menanggapi tatapan itu dan langsung duduk di kursi baris pertama di kolom tengah, dan Kuruto duduk di sebelah kananku. Saat aku duduk, seorang siswa perempuan yang duduk di sebelah kiriku mendekatiku dengan malu malu.
"Perkenalkan... Namaku... Minamoto Nanami... Salam kenal..." ujarnya sambil membungkuk kepadaku.
"Namaku Hamano Ikaru dan temanku ini namanya Maito Kuruto. Salam kenal ya Nanami," ujarku sambik menunjuk Kuruto.
"Hai... Salam kenal ya," lanjut Kuruto sambil melambaikan tangannya kepada Nanami.
Tiba-tiba seseorang memasuki kelasku, dan ternyata ia adalah seorang guru. Kami pun duduk dengan teratur. Guru itu tampangnya agak tampan tapi bengis.
"Perkenalkan... Namaku Okita Sougo. Mulai hari ini aku adalah wali kelas kalian. Aku sudah mengetahui semua tentang kalian, karena itu aku tak akan meminta kalian untuk memperkenalkan diri. Sebagai gantinya, aku akan mengadakan tes untuk mengetahui apakah kalian layak di kelas ini atau tidak. Bagi siswa yang berada 2 peringkat paling bawah maka siswa itu akan dikeluarkan dari kelas ini. Kalau kalian sudah paham maka kalian harus bersiap-siap untuk ke lapangan.
"Aku tak akan menyerah. Ayo Ikaru kita berjuang," ujar Kuruto.
"Aku juga tak akan kalah darimu Kuruto," balasku tak mau kalah darinya.
Nanami diam-diam memperhatikan aku dan Kuruto lalu tertunduk.
"Aku juga tidak ingin tertinggal dari yang lain. Aku harus berjuang," gumam Nanami.
Dan disinilah babak pertama kami dimulai.
KAMU SEDANG MEMBACA
Past The Horizon
FantasyDi suatu kota bernama Adamantio, hiduplah seorang anak bernama Hamano Ikaru. Ia adalah anggota klan Hamano yang terakhir karena ketika klan Hamano dibantai oleh pria bertopeng misterius, Ikaru diselamatkan oleh kedua orang tuanya. Akibatnya Ikaru ha...