Chapter 8 (Pemilihan Ketua Kelas)

32 0 2
                                    

Pagi ini terlihat tampak biasa saja di Akademi Magical. Aktivitas rutin pun masih berjalan normal, khususnya di kelas 1-A ini. Saat ini di kelas kami sedang pelajaran Ilmu Olahraga dan Kesehatan oleh Sougo-sensei. Ini pertama kali sensei membawakan materi teori kepada kami. Sebelum sebelumnya kami lebih banyak mendapat praktek darinya. Bukan hanya itu, sensei hari ini mengajar lebih cepat dari biasanya.

"Hari ini kita sudahi dulu materi kali ini. Alasanku menyudahi materi ini lebih cepat, karena kita akan mengadakan pemilihan ketua kelas," ucap sensei dengan nada yang agak terlalu santai.

Mendadak suasana pun menjadi ramai membicarakan siapa yang akan menjadi ketua kelas kami.

"Ketua kelas ya? Kira kira siapa ya yang akan terpilih?" tanyaku kepada Kuruto.

"Ketua kelas ya hmm. Menurutku kaulah yang terpilih," seru Kuruto.

"Aku juga setuju dengannya. Ya anggap saja ini hasil dari usahamu menjadi ketua tim kemarin," seru Atsuko dengan tiba tiba.

"Tolong, jangan bawa bawa masalah kemarin itu donk," seruku dengan ekspresi lugu.

Sontak hampir sebagian besar teman temanku di kelas membicarakan tentanf diriku yang dianggap cocok sebagai ketua kelas. Ada juga yang sepertinya tak menanggapi hal ini, seperti Shisui yang daritadi hanya membaca buku saja.

"Ya ampun kalian ini. Jangan lupa kalau disini tak hanya Ikaru yang dirasa cocok jadi ketua kelas," ujar Ayane yang menghampiriku.

"Ah iya kalau tak salah Shisui juga cocok jadi ketua kelas, iya kan?" ujarku sambil melirik Shisui yang masih membaca buku.

"Maaf saja, tapi aku tak tertarik menjadi ketua kelas ini, apalagi harus mengatur kalian semua," ucapnya dengan nada dingin dan ekspresi cool yang membuat sebagian besar cewek mulai terpesona dengannya.

Belum sempat kami memilih ketua kelas, bel istirahat pun berbunyi.

Aku beri kalian waktu untuk memilih sampai bel masuk berbunyi. Setelah itu, kalian harus memutuskan saat masuk nanti," seru sensei sambil pergi meninggalkan kelas.

Kami pun mulai beranjak menuju kantin.  Seperti biasa, aku memesan ramen, lalu menempati tempat yang masih kosong dan mulai memakan ramen itu. Kebetulan aku makan disana bersama Kuruto, Atsuko, Ayane, dan Nanami.

"Sejujurnya, aku tak yakin untuk menjadi ketua kelas," ucapku sambil menyruput ramen.

"Lagipula Ayane juga memiliki kemampuan dalam hal memimpin suatu tim bukan?" lanjutku.

"Ada dua alasan kenapa aku tak ingin maju sebagai calon ketua kelas. Yang pertama, aku ingin menebus kesalahanku saat melawan kalian kemarin," ujar Ayane sambil memakan ramen.

"Kenapa jadi bawa bawa soal permainan kemarin sih?" Ucapku, Atsuko, dan Kuruto bersamaan dengan ekspresi lugu.

"Alasan kedua, karena aku ingin mempercayai posisi itu pada seseorang, bukankah begitu, Ikaru?" lanjut Ayane sambil menatapku dengan senyuman yang ia tampakkan pertama kali di hadapan kami.

Aku pun tak menyangka kalau Ayane yang memiliki sifat tsundere mempercayaiku dengan ekspresi seperti itu. Namun belum juga kami menyelesaikan makan, mendadak terjadi gempa yang disusul suara gemuruh. Hal ini membuat semua murid panik.

"Semuanya jangan panik. Sekarang semuanya pergilah menuju keluar gedung akademi untuk menghindari korban," ujar kepala sekolah Nezu melalui speaker.

Semuanya pun berlarian keluar gedung dengan serentak. Akibatnya kondisi di koridor pun sesak akibat berdesakan.

"Se-sesaknya," ucap Nanami yang tak kuat menahan desaknya koridor.

"Semuanya... Jangan panik," seruku mencoba teriak kepada yang lain, namun tak berhasil.

Aku yang sempat di ambang putus asa melihat ke atas. Seketika itupun otakku mulai menemukan suatu ide.

"Ayane, apa kau bisa menerbangkanku ke atas?" tanyaku sambil menunjuk langit langit.

"Aku mengerti," seruku sambil mulai menerbangkanku dengan elemen anginnya dengan ia ikut terbang juga.

"Sekarang buat aku terpental menuju tanda itu," seruku sambil menunjuk papan yang berada di atas pintu menuju tangga.

"Apa kau yakin, Ikaru?" ujar Ayane dengan ekspresi heran.

"Lakukan saja," seruku balik.

Akhirnya Ayane melancarkan pukulan dengan tekanan angin tinggi kepadaku. Hasilnya sesuai perkiraanku, aku pun terpental menuju papan tanda keluar tersebut, meski dengan agak keras. Setelah aku berhasil mencapai tanda keluar itu, aku mulai bertahan di papan itu.

"Semuanya tenang!!" teriakku kepada semua murid yang berada di koridor itu.

Sontak semua murid pun terdiam tenang dan melihatku di atas.

"Sekarang kita keluar ke taman akademi  dengan tenang!!" teriakku menenangkan situasi.

Akhirnya kami semua pun bisa keluar gedung akademi dengan tenang. Sesampainya di taman akademi, kami melihat ke gunung berapi yang rupanya sudah mulai aktif.

	"Bukankah i-ini aneh?" ujar Kanako-sensei dengan terbata bata

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Bukankah i-ini aneh?" ujar Kanako-sensei dengan terbata bata.

"Kau benar, para burung tak ada yang berterbangan menjauhi gunung berapi. Bahkan tanda peringatan pun dari pusat geologi disana tak berbunyi," ujar Sougo-sensei sambil menatap gunung berapi itu.

Untungnya hal itu berlangsung beberapa menit saja, meskipun tak ada konfirmasi dari pihak geologi terkait hal ini. Bel masuk pun berbunyi, dan Sougo-sensei pun masuk ke kelas.

"Baiklah, apakah sekarang kalian sudah menentukan siapa ketua kelasnya?" ucap sensei menanyakan kepada kami.

"Sepertinya kami sudah mulai menentukan siapa orangnya," jawab Shisui dengan nada santai.

"Kalau begitu sekarang kalian tunjuk siapa orangnya," seru sensei.

Satu kelas pun langsung menunjukku sebagai ketua kelas. Aku langsung kaget melihat semuanya menunjukku.

"A-aku?!!" seruku terkejut.

"Siapa lagi kalau bukan kau. Bahkan berkat kau, kami semua pun bisa berevakuasi dengan selamat," ujar Atsuko mewakili yang lain.

"Baiklah kalau begitu, sudah diputuskan. Ikaru menjadi ketua kelas kalian," uar sensei yang langsung memutuskan.

"Kalau itu keputusan kalian apa boleh buat. Mohon bantuannya ya semuanya," ujarku yang langsung berdiri di depan kelas dan membungkuk.

"Ano, apa sudah selesai, Sougo-kun?" ujar Kanako-sensei yang dari tadi sudah menunggu di depan kelas.

Sougo-sensei pun meninggalkan kelas disusul masuknya Kanako-sensei yang siap mengajar Ilmu Alam kepada kami. Namun pikiranku masih terngiang ngiang dengan satu hal. Yaitu gunung berapi yang berada di belakang akademi yang sempat meletus tadi. Disanalah awal dari keanehan yang akan terjadi ke depannya.

Past The HorizonTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang