Part 04

3.5K 165 6
                                    

*****
Ify pulang ke rumah dengan keadaan hati yang tidak dapat dikondisikan. Di kamar, ia menutup pintu rapat-rapat, kemudian berbaring di tempat tidur.

"Gue cuman minta kedekatan kita selama seminggu. Kalau lo yakin sama gue, lo bisa terima gue. Tapi kalau sebaliknya, lo bisa tolak gue, dan gue akan pergi dari kehidupan lo."

Kata kata Rio beberapa jam yang lalu masih terekam jelas dalam benak Ify. Hati Ify menjadi tidak karuan, entah apa penyebabnya.

"Ifyna Keshya, ayolah. Masa lo galau cuman gara gara dia? Malahan harusnya lo seneng dong, kalau si Rio itu menjauh dari kehidupan lo. Gak akan ada lagi yang ngusik hidup lo." ucap Ify pada diri sendiri.

Namun pada kenyataannya, perkataan tidak sesuai dengan hati dan pikiran. Ify berkata seperti itu untuk menutupi bahwa sesungguhnya ia meminta Rio untuk tetap stay.

"Tau, ah. Kenapa gue jadi gini, sih? Mendingan gue tidur." ucap Ify pada akhirnya, kemudian menarik selimut dan segera tidur.

*****
Cowok yang sedang berdiri dan menatap pemandangan melalui balkon teringat akan kejadian beberapa saat yang lalu.

Dia senang, saat tau bahwa gadis nya perhatian pada dirinya walaupun sedikit saja. Kedatangannya telah menyembuhkan Rio secara total.

"Gue akan berusaha, Fy. Seminggu itu adalah kesempatan terbesar gue untuk deketin lo dan buat lo nyaman. Tapi kalau lo emang tetep nolak, gue memang harus pergi dari jalur kehidupan lo." gumam cowok yang tak lain adalah Rio.

*****
Ify menyisir rambutnya yang panjang, kemudian tersenyum puas saat menatap dirinya di depan cermin.

"Ify, ayo turun nak. Kamu harus sarapan." ucap Vera, mama Ify, dengan sedikit berteriak.

"Iya, ma. Ify udah selesai." sahut Ify, kemudian menyandang tas miliknya, setelah itu turun.

Dengan langkah lebar, Ify menuju meja makan dan menikmati roti bakar buatan mama nya.

"Ify, temen kamu nunggu di luar. Cepetan gih, udah lama dia nunggu." lapor Gery, papa Ify.

Ify mengerutkan kening, dalam hati bertanya-tanya. Siapa orang yang datang kerumahnya pagi-pagi? Biasanya tidak pernah. Sivia? Jika ingin menyontek PR biasanya selalu di sekolah.

Dengan sedikit bergegas, Ify menghabiskan roti bakar kemudian meneguk susu sampai habis. Setelah itu, ia menyalam kedua orangtuanya.

"Morning, Fy." suara yang sudah tidak asing di telinga Ify.

Ify terkejut saat mendapati Rio sudah menunggu nya di teras rumah dengan cengiran lebar.

"Ngapain lo disini? Tumben pagi-pagi udah mau berangkat, biasanya juga telat." sindir Ify.

"Mau jemput lo lah. Salah mulu gue kayaknya. Gak telat salah, telat apalagi. Kan gue mau berubah demi neng Ify yang cantik." jawab Rio menggombal.

Ify memutar bola matanya, kemudian memakai helm yang disodorkan Rio.

Tak dapat dipungkiri, hati Ify merasa senang saat Rio menjemputnya. Walau Ify berusaha untuk menutupi perasaannya, namun semuanya tidak dapat dipungkiri.

*****
Rio dan Ify sampai di sekolah. Semua mata tertuju pada mereka berdua, kemudian bisik-bisik mulai terdengar.

"Lho, Rio sama Ify jadian ya? Kok gue baru tau?"

"Mereka jadian? Gak biasanya dateng ke sekolah barengan."

"Setau gue, Ify orangnya jutek banget sama orang kayak Rio. Ini kok malah deket banget?"

He Is The Troublemaker ✔ [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang