Part 08

2.3K 127 4
                                    

*****
Hari-hari berikutnya, Ify terus dikejutkan dengan surat teror yang tidak diketahui siapa pengirimnya.

Masih ngotot aja ya lo? Waspada aja, karena saat gue kembali nama lo dihapus bersih oleh dia.

Surat itu lagi. Ify menghela nafas untuk kesekian kalinya. Gadis ini memasukkan surat tersebut dalam tasnya. Dalam seminggu ini, ia terus mendapat surat yang membingungkan.

Surat yang tidak jelas dari siapa pengirimnya, dan menyuruhnya untuk menjauh dari Rio. Memangnya dia siapa? Apa haknya melarang Ify dekat dengan Rio? Toh juga Ify adalah kekasih Rio.

"Fy." ucap Sivia saat melihat Ify sedang melamun, lagi.

"Hah? Iya Vi, kenapa? "tanya Ify saat sudah kembali ke alam sadar.

"Gue perhatiin akhir-akhir ini lo sering banget melamun. Dan gue juga sering lihat tiap pagi lo masukkin sesuatu semacam surat dalam tas lo. Ada apa, sih? Rio seromantis itu sampe terus-terusan kasih lo surat cinta? "tanya Sivia yang tidak dapat menahan rasa penasarannya.

Ify tampak gelagapan, namun ia tetap berusaha memasang wajah tenang agar Sivia tidak curiga terhadapnya.

"Gue gapapa, lo enggak usah khawatir. Gue sering melamun karena banyak tugas aja." jawab Ify, namun bagi Sivia itu adalah jawaban klasik.

"Hah? Lo gak lagi ngigau kan, Fy? Lo itu bukan tipe orang yang suka mikirin tugas numpuk. Lo itu orangnya enjoy banget malah. Ifyna Keshya, stop untuk bohongin gue. Gue minta sekarang lo jujur sama gue." desak Sivia.

Ify menghela nafas. Dia memang tidak bisa berbohong dengan sahabatnya ini. Sivia adalah orang yang benar-benar perhatian, dan dia selalu memerinci setiap kegiatan yang Ify lakukan.

"Gue emang lagi mikirin sesuatu, Vi. Seminggu ini, gue selalu dapetin surat di loker gue. Surat yang gue enggak tau siapa pengirimnya, namun isi suratnya selalu mengancam gue deket sama Rio. Sorry ya Vi, gue selama ini bohong sama lo. Gue cuman enggak mau lo khawatir." aku Ify pada akhirnya.

"Fy, gue emang enggak pernah minta sama lo untuk selalu ceritain semua masalah lo ke gue. Tapi gue ini sahabat lo, dan tugas seorang sahabat adalah menghibur dan membantu sahabatnya. Malah kalau lo ceritain masalah ini di akhir, gue semakin khawatir." ujar Sivia.

Ify hanya menunduk, ia tau ia sangat bersalah. Benar-benar bersalah pada sahabatnya ini. Ia seharusnya tau sejak awal bahwa Sivia tidak suka dibohongi. Dan sudah berapa fakta ia tutupi pada Sivia?

"Sorry, gue tau kalau gue salah. Seharusnya dari awal gue cerita sama lo. Tapi gimana? Gue terlanjur takut, gue enggak tau apa yang akan terjadi nanti. Siapa pengirim surat itu? "ucap Ify, matanya mulai berkaca-kaca.

"Lo gak usah khawatir. Kalau Rio beneran sayang dan cinta sama lo, apapun keadaannya dia enggak akan berpaling. Lo harus percaya itu, Fy." tutur Sivia dengan bijak.

Ify mengangguk, walaupun dalam hati masih ada rasa cemas.

*****
Keesokan harinya, murid-murid di sekolah tidak seperti biasanya. Pagi ini, mereka berkerumun dan berbisik-bisik yang Ify tidak tau mengenai hal apa.

"Nay, ada apaan sih? Kok daritadi heboh banget? Enggak  biasanya anak yang lain gosip gitu. Sampe berkerumun lagi." tanya Ify pada Nayla, salah satu teman sekelasnya.

"Oh, lo belum tau ya? Ada anak baru cewek. Cantik pula. Makanya banyak yang gosipin dia, terutama kaum adam."jawab Nayla.

Ify hanya manggut-manggut saja. Sivia belum datang, jadi Ify merasa bosan di kelas. Murid yang lain sedang bergosip tentang anak baru, dan Ify sama sekali bukan tipe orang yang suka bergosip.

He Is The Troublemaker ✔ [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang