apakah dia?

32 12 9
                                    

"Jadi apa bagian indah dari cinta mencintai dan sayang menyayangi jika benci membenci lebih baik untuk menghilangkan rasa sakit dan menyakiti"

» Aaron Blenda «

***

Celia kini duduk di atas jutaan bahkan ribuan pasir dengan beralaskan sehelai tikar, dan di apit diantara dua pria bersaudara, Aaron dan Arka.

Mereka dengan bersama dan seksama menatap langit yang dipadukan oleh banyak warna yang menjadi satu itu.

"Dermaga indah! Senja lebih indah! Wohoo" Celia mengangkat kedua tangannya ke udara.

Arka yang melihat tampak tersenyum dan semakin gemas terhadap Celia.
"Suka banget Cel sama sunset?" Tanya Arka sembari terus tersenyum ke arah Celia.

"Sukaaaa banget! Suka suka suka suka banget! " Celia tampak antusias.

"Sama gue juga, dari dulu malah, dulu banget sekitar umur sembilan tahunan lah." Arka kini memalingkan wajahnya melihat indahnya langit berwarna jingga merah biru dan warna lain yang dipadukan menjadi satu itu.

Kini Aaron mulai melirik ke arah Arka dengan tatapan yang tidak bisa diartikan. Tampak bingung, terkejut,dan sedikit marah entah ekspresi apa, yang pasti bukanlah wajah datar yang biasa ia tunjukkan.

Sementara itu Celia tampak heran, banyak yang ia pikirkan dengan ucapan Arka tadi, banyak pertanyaan kelut di pikirannya saat ini.

'Apa mungkin Arka orang yang ia tunggu tunggu?'

'Apa dia yang kini menjadi penyebab tidak bisa membuka hatinya untuk siapa pun yang ingin menetap dihatinya?'

'Apakah kamu ka? Yang ngajarin aku untuk menyukai senja?'

'Apa kamu juga yang mencuri first kiss nya?'

Ya, pertanyaan seperti itulah yang kini sedang memenuhi pikiran Celia.

Sementara Aaron mengepalkan tangannya wajahnya pun memerah. Seperti sedang menahan amarah.

Ia pergi tanpa alasan, Meninggalkan Celi dan Arka.
Terlihat Aaron menendang kaleng tak karuan yang ada disekitar nya sambil terus berjalan.

"Kenapa?" Tanya Celia bingung dengan sikap Aaron yang memang selalu membingungkan itu.

Arka hanya menaikan bahunya sembari tersenyum sinis.

"Bentar ya Cel gue cari dulu abang, takut ilang dia kan masih baru baru disini." Arka kini beranjak dari tempat duduknya. Menyusul abangnya menuju arah ke yang sama sama saat Aaron pergi tadi.

Celia hanya menatap bahu Arka dari belakang, yang kini mulai menjauh

"mungkin kamu, kemungkinan besar nya sih bukan" Celia hanya menatap bahu Arka dari belakang, sambil berbicara sendiri untuk meyakinkan diri.

"Maaf lama ya Cel, abang gue kaburnya jauh." Arka tersenyum seperti biasa kepada Celia.
Tanpa menjawab Arka, pandangan Celia malah tertuju ke arah Aaron. Mukanya masih memerah tangannya masih mengepal dan terlihat masih memendam amarah.

Namun ada yang berbeda, pergelangan tangan Aaron yang sebelumnya tampak baik baik saja kini justru dipenuhi oleh plester. Membuat Celia berpendapat bahwa Aaron tidak hanya 'aneh' tetapi juga sangat 'misterius'.

"Ini kenapa Ron? Lo abis ngapain sih? Sakit ga?" Celia spontan memegang pergelangan tangan yang dipenuhi plester itu.

Bukannya berterima kasih karna sudah diperhatikan, Aaron justru pergi meninggalkan Celi dan Arka tanpa sepatah kata untuk menuju ke mobil sport milik Arka itu.

"Mau pulang sekarang?" Celia kini mulai menatap Arka.

"Iya Cel, yuk pulang? Gue anter ke rumah lo." Celia Kini mengangguk pelan menyetujui.

Kini mereka hanya berdiam diri di dalam mobil. Arka sibuk menyetir, Aaron sedang menatap perih pergelangan tangannya dari tempat duduk di belakang sementara Celia menatap Jalanan dengan tidak karuan, pikirannya melayang layang mengingat kejadian di dermaga tadi, lebih tepatnya pernyataan Arka sangat mengganggu pikiran gadis itu.

"Cel kayanya tadi lo perhatian banget sama abang gue." Ucapan Arka membuyarkan keheningan juga menghentikan aktivitas Celia yang tak karuan itu.

Sementara Celia bingung, entah apa yang harus ia jawab karena Celia pun tidak tahu kenapa harus mengkhawatirkan lelaki yang justru tidak ada rasa simpati sedikit pun kepada dirinya.

"Bisa ga lo perhatiannya ke gue aja? Gue juga mau kali di perhatiin sama lo." Senyum sinis Arka kini mulai menghiasi bibir nya.

"Ngomong apa sih lo? Gaguna!" Aaron kini mulai bicara, matanya menatap Arka dari kaca spion yang ada di hadapan Arka sehingga Arka pun membalas tatapan Aaron.

"Gue perhatian bukan sama Aaron doang kok, sama yang lain juga gitu, sama aja." Celia mendelik ke arah Arka dengan perasaan kesal. Dan Arka lagi lagi hanya tersenyum sinis tanpa menatap ke arah Celia

***

Celia menatap ke arah langit langit merebahkan tubuhnya setelah tadi menghabiskan waktu dengan Aaron dan juga Arka.

Teringat kembali kejadian sore tadi, sangat membingungkan menurut Celia. Semuanya tampak abu-abu.

Dari mulai Aaron yang tiba-tiba marah, lalu ia pergi dan kembali lagi dengan luka di pergelangan tangan. Belum lagi saat percakapan di mobil, Arka seperti bukan Arka yang sesungguhnya, atau memang Celia saja yang belum mengenal Arka, lagi pun Celia dan Arka baru baru ini berkenalan.

"Aaron itu orangnya gimana ya?" Celetuk Celia ditengah lamunan.

"Terus tadi apa coba maksud Arka."

"Dua orang ini kenapa sih bisanya cuma bikin bingung melulu?" Celia menutup wajahnya dengan selimut berwarna jingga dan mengguling badan ke kiri dan kanan tidak karuan.

SenjakuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang