" Aku sangat pandai menyimpan rasa sayangku juga sangat cerdas menutupi rasa cintaku, saking pandai nya aku juara dalam hal memendam rasa."
»Adrianne Celline«
Deg deg deg
jantung Celia kini mulai berdegup kencang ditambah lagi dengan rona merah alami di pipinya. Tapi tidak, tidak hanya Celia yang jantungnya mulai tidak normal, tetapi juga dia Aaron, degup jantung Aaron pun bertambah cepat.
***
Senja kini berada diantara mereka Celi dan Aaron. Dengan ber-padukan dari beberapa warna sehingga tercipta langit senja yang dipenuhi jingga. Sangat indah sama seperti sebelum dan sesudah.
Ditengah lamunan, mereka menatap lekat senja yang ada di hadapannya.
Celia mengalihkan pandangannya kepada pria yang menatap langit dengan sedikit senyuman tipis, dengan menggenggam ice cream berbentuk corong dengan rasa coklat di dalamnya,gadis itu kini mulai bertanya.
"Suka ice cream juga?"
"Gue lebih suka lo kayanya" pria datar itu kini masih tetap konsisten memandang lurus tanpa menoleh sedikitpun.
Celia yang sedang memakan ice cream juga kini mulai sedikit terbatuk - batuk. Gadis cantik itu kembali menatap pria datar yang ada pinggirnya.
Pria datar itu kini mulai menoleh ke arah gadis yang sedari tadi menatap dirinya.
"Kenapa?"
"Aneh lu Ron" Gadis cantik itu mengalihkan pandangan karena Aaron mulai menatap ke arah Celia.
"Lu kayak bukan lu yang biasanya hari ini."
"Terserah" Pria itu memalingkan pandangan dari gadis cantik itu, dan kembali menatap indahnya senja yang dipenuhi warna jingga.
Suasana Dermaga kini sedikit berbeda menurut Celia, bedanya ada seseorang menemani yang menurutnya partner penikmat senja terbaiknya, suasana juga sedikit berbeda menurut orang - orang yang kini berada di dermaga dan diantara senja, suasana hari ini tidak sehangat biasanya dengan sedikit angin yang menguatkan cuaca dermaga terasa semakin dingin.
Celia menggosok pelan telapak tangannya bertujuan agar tubuh nya lebih hangat, karena kini gadis itu hanya memakai seragam sekolah berlengan pendek dan juga rok kotak-kotak yang juga cukup pendek.
Pria datar itu melirik ke arah Celia, tanpa basa basi ia melepaskan jaket army yang dia pakai dan memakai-kan pada bahu Celia dari arah belakang.
Pria datar itu menarik bahu Celia agar gadis itu lebih menghadap ke arahnya, sambil tersenyum gadis itu kini menghadap ke arah pria datar itu.
Aaron mulai merapihkan jaket army nya menarik ujung jaket bagian atas agar lebih menutupi bagian depan badan Celia.
Selesai merapihkan jaket nya pria itu menatap Celia lekat - lekat. Dan mereka saling bertatapan tanpa ada satu kata pun dari keduanya.
Celia tersenyum ke arah Aaron, sementara pria itu hanya memandang datar gadis yang ada di hadapannya.
Tak lama senja kini mulai memudar, digantikan dengan langit yang mulai menghitam menunjukan akan datang nya sang rembulan. Mereka masih saling berpandangan masih tanpa kata dan salah satunya tetap berwajah datar.
Tanpa disadari sepasang mata diantara dua insan itu kini mulai mengeluarkan butiran- butirannya. Butiran itu keluar saat mulut tak mampu mengatakan hal-hal menyakitkan dan menyedihkan dan butiran itu adalah air mata.
Namun bukan gadis yang tengah tersenyum yang saat ini sedang mengeluarkan air mata melainkan dia si pria datar yang mulai berkaca-kaca.
Senyum gadis cantik itu kini mulai memudar digantikan oleh kecemasan, saat ia melihat lawan bicaranya yang kini bola matanya mulai mengartikan bahwa pria itu sedang menahan rasa sedihnya, bahkan masih terlihat oleh Celia saat langit menuju gelap.
"Ron?Kenapa nangis?" Cemas Celia yang sedari tadi menatap bola mata yang kini berair itu.
Bukan menjawab, pria itu malah menutup kedua mata Celia dengan telapak tangannya, mulai terdengar sedikit isakan tangis dari arah pria datar itu.
"Maafin gue Cel" pria itu kini semakin terisak.
Celia meronta dari tangan yang sedari tadi menutupi kedua matanya, namun jelas saja tenaga pria itu lebih besar.
"Gue mohon, biar tetep gue tutup mata lo buat beberapa menit Cel"
"gue ga mau lo liat gue yang sekarang keliatan lemah kaya gini" sambung pria itu masih terisak.
Celia mulai menitikan air matanya seperti merasakan hal yang sama atau entah semacamnya, yang jelas Celia tahu bahwa ada sesuatu yang tak bisa diungkapkan dari pria itu.
Celia melepaskan tangan Aaron menatap beberapa detik pria yang terlihat sangat menyedihkan itu dan menarik bahu Aaron membuat keduanya hangat dalam pelukan, namun Aaron masih saja terisak, terisak di pelukan Celia, terisak dari arah belakang bahu Celia, sembari mempererat pelukan hangat itu.
"maafin gue Cel" ucap pria itu getir.
"Kenapa harus minta maaf? Lo ga salah apa apa kok Ron"
Mendengar ucapan Celia, pria itu merasakan pedih yang teramat sangat di dalam hatinya, ia tahu ketidaktahuan Celia adalah karena kesalahannya.
Kedua insan itu kini melepaskan pelukannya, Aaron hanya menunduk menatap pasir sedangkan Celia menatap kepala Aaron yang terlihat sangat menyedihkan itu.
"Lo kenapa Ron?"
Pria itu kini menegakkan kepalanya menatap lurus ke arah bola mata gadis yang ada di hadapannya.
"Jangan benci gue, gue mohon" ucapnya lirih.
Mendengar kata itu, Celia tersenyum seperti mengerti namun nyatanya tidak, hatinya mengatakan mengerti namun pikirannya sungguh tidak mengerti apa maksud pria datar yang ada di hadapannya saat ini.
"Ga akan, gue janji"
Aaron menyondorkan kelingking nya "janji?" Tanya nya.
"Janji!" Celia membalas kelingking itu dan mengaitkan kelingking nya satu sama lain.
Celia tersenyum Aaron pun begitu, pertama kali untuk Celia melihat senyum Aaron yang se-tulus dan se-ramah itu.
Hello readers please voment ya, kasih kritik saran juga pasti sangat membantu.
Thanks!
KAMU SEDANG MEMBACA
Senjaku
Teen Fictionadrianne callie terpisah dari 'senja nya'. Ada sebuah tragedi yang terjadi diantara keduannya sehingga mereka berjauhan satu sama lain. karena begitu pedih perpisahan antar keduanya salah satu dari mereka menyiksa dirinya sendiri, bahkan sifatnya...