UM - 34

53K 5K 170
                                    

You hurt me more than i deserve because i loved you more than what you deserve.

Aby melihat kearah lantai rumah sakit dengan tatapan kosong, pikirannya masih terhadap Wulan yang sudah pergi meninggalkannya. Pergi untuk mendapatkan kebahagiaan yang kekal.

Lalu ia merasa bahunya ditepuk, Aby melihat kearah sebelahnya dan melihat maminya yang sudah menangis dan memeluknya. Ia kembali menangis bersama maminya itu. Tidak ada kata yang terucap tetapi mereka tau perasaan mereka sama.

Aya merasa sedih, ketika mendengar Wulan meninggal. Aya sangat menyayangi Wulan seperti anaknya sendiri. Kepedihan Aya sudah tidak bisa dibendung lagi. Ia menangis memeluk putranya.

"Wulan mi." Ucap Aby dengan terbata.

"Mami tau sayang, sekarang dimana Wulan?"

"Lagi dimandikan, om Seno mau menguburnya hari ini juga."

Aya mengangguk, ia kembali memeluk tubuh putranya. Ia tidak tau bagaimana berbicara pada Aby jika Kimmy juga berada di rumah sakit ini dan berada di UGD.

Tiba-tiba saja seorang perawat menghampiri mereka.

"Ibu tolong tanda tangani surat untuk operasi ya bu. Kondisi ibu Kimmyra sudah sangat membahayakan dirinya dan kita harus mengangkat janinnya karena janinnya sudah meninggal satu jam yang lalu." Ucap perawat itu.

Aby menegang. Apa? Kimmyra isterinya? Janin?

Ia melihat maminya menandatangani surat itu dan kembali memeluk dirinya.

"Kimmy tadi pagi ditemukan pingsan di kamarnya dengan darah yang membasahinya. Sepertinya ia jatuh ketika di kamar mandi dan ia keguguran, By."

Aby diam tidak menangis. Ia bahkan sudah tidak bisa mencerna apapun yang dikatakan oleh ibunya. Kimmy hamil dan keguguran? Kenapa wanita itu tidak memberitahu dirinya jika ia hamil?

Kenapa ia harus kehilangan dua orang disaat waktu yang sama. Adilkah ini? Apa dosa dan kesalahannya sehingga ia mendapatkan cobaan seperti ini? Kenapa harus ia yang menanggung semuanya? Terlalu banyak kenapa yang ada diotaknya.

Ia berjalan gontai menuju ruang operasi. Ia diam menatap pintu itu dan menunggunya terbuka. Menunggu dokter membawa calon anaknya yang bahkan ia tidak tau keberadaanya. Mengapa semua keadaan seperti sedang melawannya dan tidak berpihak kepadanya.

Ia duduk menyender di dinding tatapannya tidak lepas dari pintu itu. Lalu tiba-tiba seorang suster keluar dengan tergesa-gesa pergi menuju seuatu tempat dan kembali dengan dua kantung darah.

Tidak lama lagi, seorang suster keluar dengan tergesa-gesa.

"Keluarga Kimmyra?" tanya suster itu.

Sontak saja membuat Aby, mami, si kembar, mama dan papa Kimmy ikut bangkit mendekati suster itu.

"Begini, kondisi Ibu Kimmyra kritis. Ia kehilangan banyak darah sedangkan kami hanya memiliki dua kantung tersisa. Bisakah kalian dari keluarga mendonorkan darahnya?" ucap suster itu tergesa-gesa tetapi jelas.

Aby dan mami langsung melihat kearah papa dan mama Kimmy. Jelas saja rawut tegang dan cemas tercetak disana. Ia tau apa yang dipikirkan oleh mereka. Mereka tidak bisa mendonorkan darahnya karena mereka bukan orangtua kandung Kimmy.

"Bisa kalian beli dari PMI atau rumah sakit lain?" ucap Aby.

"PMI sedang kehabisan, tadi pagi pihak rumah sakit sudah menelpon untuk menanyakannya."

"Saya akan usahakan dok. Lakukan yang terbaik untuk putri saya dok." Ucap papa Kimmy tegas dan penuh harap.

Lalu ia meninggalkan rumah sakit dengan mama yang menangis berpelukan dengan mami.

Aby berdoa meminta keselamatan Kimmy. Jangan lagi, jangan biarkan Kimmy pergi meninggalkannya. Aby tidak akan sanggup menerima kenyataan itu.

Dua jam berlalu, papa datang dengan wajah cemasnya.

"Gimana mas?" tanya mama pada papa.

"Dia sedang mendonorkan darahnya. Kita doakan saja ya ma."

Lalu mama jatuh ke dalam pelukan papa, ia tau semua perasaan yang berada di lorong ini tidak menentu. Dirinya bahkan sudah tidak bisa lagi mengeluarkan air mata.

Sudah pasrah dengan yang namanya keadaan, ia yakin Tuhan tidak akan memberikan cobaan yang bertubi-tubi padanya.

Setelah beberapa lama, lampu operasi meredup dan dokter keluar dari ruang operasi. Semua orang berjalan menuju dokter tersebut.

Aby melihat dokter itu membuka masker ia takut untuk mendengar apa yang dikatakan dokter tersebut. Kurang dari 6 jam, ia melihat tindakan itu dua kali dan mampu membuatnya trauma.

Ia takut untuk mendengar kata-kata yang sama keluar dari mulut dokter. Ia benci itu.

"Ibu Kimmy berhasil kami selamatkan, operasinya lancar. Tetapi ia masih lemah. Kami akan memindahkannya ke ruangan. Mohon untuk tidak menemuinya dahulu sampai keadaannya benar-benar stabil." Ucap dokter itu.

Aby mendengus lega. Setidaknya Kimmy selamat. Ia berjalan menuju suster dan memintanya untuk melihat bayinya.

Suster itu membawa Aby dan Aby melihat bayinya. Bayinya yang masih berukuran jari tetapi sudah memiliki tangan dan kaki yang sangat kecil. Bahkan bayinya hanya sebesar dua jarinya. Begitu rapuh.

Ia menangis, melihat bayinya yang sudah tidak bernyawa.

Maafin papi nak. Papi lalai jaga kamu, bahkan papi nggak tau kalau kamu ada. Papi lalai jaga mami dan kamu. Papi minta maaf. Jangan marah sama papi, suatu saat nanti kita akan berkumpul disana. Sekarang kamu dijagain sama bunda Wulan dulu ya disana.

Wulan, aku punya anak dan sekarang aku yakin kamu bisa bertemu dengannya. Aku titip anak aku padamu ya. Tolong jaga dia, jaga dia dengan baik jangan seperti aku yang lalai menjaganya. Baby, jaga bunda juga disana ya. Menggantikan papi yang lalai juga menjaga bunda.

Aby pergi meminta ijin untuk menguburkan anaknya beserta Wulan pada mami, mama dan papa.

Ia lega setidaknya Kimmy sudah selamat dan tidak akan meninggalkan dia. Sekarang waktunya ia memberi jalan pada Wulan ke tempat peristirahatannya yang terakhir. Ia ingin menguburkan Wulan di samping anaknya itu.

Aby melihat tanah yang basah di kiri dan kanannya. Ia menangis dan merasa menjadi laki-laki terbodoh dan tidak berguna. Bagaimana bisa ia lalai menjaga orang-orang yang ia sayang. Ia merasa seperti pecundang. Karena kehilangan orang yang ia sayang dalam waktu bersamaan. Bagi Aby takdir sedang bermain dengannya, bagaimana mungkin semua terjadi dalam waktu kurang dari 24 jam.

Aby berteriak di tengah makam anaknya dan Wulan merasa tidak adil. Ia tidak tau apa yang harus ia lakukan kedepannya. Ia terpuruk sampai kedasar. Tetapi ia masih punya Kimmy yang membutuhkannya. Ia masih punya wanita yang harus ia lindungi, ia tidak boleh lenggah dan membiarkan wanita itu pergi meninggalkannya. Jangan sampai Kimmy pergi meninggalkannya.

Papi pergi dulu ya sayang, nanti papi akan kesini sama mami. Maafin papi sekali lagi ya sayang, papi sayang kamu nak.

Wulan, aku pergi dulu. Kamu sudah tidak merasakan sakit kan? Kamu sudah memiliki rambut yang indah lagi kan? Jangan selalu menangis dan merasa kamu lemah karena sesungguhnya kamu wanita yang kuat. Aku minta maaf sama kamu dan aku sayang kamu.

Setelah itu Aby pergi menuju rumah sakit lagi, menenangkan dirinya sendiri dan mencoba menjadi kuat agar Kimmypun bisa kuat menerima semuanya.

Uncontrolable MarriageTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang