"Nik, kamu udah makan belum?" tanya Rahma.
"Belum."
"Makan yuk."
"Hayu, aku lapar nih." Sambil berjalan menuju dapur bersama Rahma.
Sistem makan siang di pondok Niki biasanya sudah diambil sama jadwal yang piket hari ini. Niki dan Rahma kebagian piket hari ini, makannya mereka yang mengambil jatah makan siang untuk teman kamarnya yang lain.
Makanan dipondok emang tidak seenak makanan masakan mamah atau makanan enak lainnya. Makanan dipondok Niki memang terdengar cukup sederhana. Dengan menu tempe, sayur, dan sambal. Kedengarannya memang biasa, tapi namanya makan bareng-bareng sama yang lain itu rasanya jauh lebih nikmat.°°°
"Niki! Jangan lupa ya nanti sore ngaji sama teh Siti." ucap teh Siti yang tiba-tiba mengagetkan dengan ekspresinya yang begitu dingin.
"Hmmm, iya teh." jawab Niki yang sebenarnya sedikit takut.
"Ajak juga temannya yang ngaji sama teh Siti."
"Iya teh."
"Jangan iya iya aja, ngaji!" nada membentak
"Oke teh."
Kedengarannya memang rada jutek, tapi sebenarnya engga ko. Teh siti baik, walaupun aku tidak terlalu kenal, tapi aku rasa dia orangnya asik tuh.
Kegiatan setiap harinya setelah jamaah ashar yaitu ngaji quran bersama mentor yang kemarin disebutin oleh teteh pengurus. Aku sudah mendapat amanat untuk mengaji sore ini bersama anggota temanku yang lainnya.
"Rahma, Eneng, Firda hayu kita ngaji ke teh Siti." ucapku sambil berjalan menghampiri mereka yang sedang duduk disamping masjid.
"Nik, aku mah takut loh ngaji sama teh Siti." kata Eneng.
"Takut kenapa? Emang teh Siti galak." jawabku.
"Dari cara ngomongnya aja udah jutek apalagi aslinya Nik?" menggerutu kesal
"Jangan menilai orang langsung dari omongannya, ga boleh negative thinking loh. Tapi aku rasa dia baik ko Neng." balas Niki meyakinkan temannya.
"Gimana kalo nyatanya dia ga sebaik kamu pikir Nik?"
"Udah intinya kita ga boleh nethink sama orang. Ga baik tau. Apalagi dia guru ngaji kita. Bisa-bisa ilmunya engga bermanfaat nantinya. Emang kamu mau?" nada Niki dengan menakut-nakutinya.
"Engga mau Nik."
"Yaudah sekarang kita ngaji, dan jangan beranggapan yang engga-engga oke." ajakan Niki kepada yang lainnya.
"Hayu." jawab Eneng, Rahma, Firda.°°°
Jam 5 sore seluruh santri memang sudah tidak ada kegiatan. Cuma makan sore saja, bedanya kalo santriawati makan sore kalo santriawan makan malam. Jadwal makan kita dengan santri laki-laki memang berbeda. Mungkin karena santri laki-laki sorenya bermain futsal jadi makannya dipindah ke malam.
Kebiasaan Niki dengan yang lainnya kalau jam segini itu diisi dengan melihat santri laki-laki yang sedang bermain futsal dilapangan. Tidak terlalu dekat karena ada batasan antara santri laki-laki dengan santri perempuan. Aku dan Rahma hanya melihat dari atas kelas saja. Karena takut dimarahi pengurus kalau melihat terlalu dekat.
"Ihhh Daus ganteng banget sihh." ucap salah satu santri perempuan yang takjub melihat kegantengan Daus.Daus memang sudah terkenal dikalangan santri perempuan karena wajahnya yang ganteng itu. Dia teman seangkatanku tapi jujur aku sama sekali belum mengenalnya. Mungkin karena aku dengan dia berbeda kelas. Atau mungkin karena akunya yang terlalu cuek sama santri laki-laki sampai aku tidak mengenalnya. Padahal hampir semua kelasanku mengenalnya. Tapi tidak denganku.
"Sa, gua takut kalau Daus suka sama Niki." kata Nurul.
"Kenapa memangnya, kamu takut kalau Niki akan merebut Daus?"
"Iyah sa. Niki kan cantik, gimana kalau Daus menyukainya atau bahkan Niki pun menyukai Daus."
"Gimana kalau kita cari tahu apakah Niki suka atau engga sama Daus."
"Caranya?"
"Tenang aku sudah punya rencananya, nanti kamu bakalan tau ko." jawab Salsa dengan senyum licik.
"Tapi apa rencana kamu?" tanya Nurul penasaran.
"Nanti juga kamu tau."
"Hmmm. Okelah, tapi jangan sampai gagal yah."
"Kita coba saja dulu, gagal suksesnya itu urusan belakang."
"Yaudah iyah oke sip."
Nurul dan Salsa memang sedang merencanakan sesuatu karena takut kalau ternyata Niki menyukai Daus ataupun sebaliknya. Mereka berdua sahabatan dari mereka masuk. Makannya mereka akrab. Termasuk tentang santri laki-laki juga. Mereka jauh lebih banyak mengetahuinya. Entah dari mana mereka bisa sedekat itu dengan santri laki-laki.
KAMU SEDANG MEMBACA
Open Your Eyes
Teen Fiction[HIATUS SEMENTARA] Aku pernah mencintai bahkan sangat mencintai seseorang, aku juga pernah percaya bahkan sangat percaya dengannya, aku pernah bangga bahkan sangat membanggakannya didepan semua orang. Tapi aku pun pernah jatuh hingga akhirnya sangat...