Santri Baru

248 154 100
                                    

Berjalan memasuki kamar

"Assalamualaikum." ucap Irfan yang baru saja datang dari tempat dimana ia mempelajari berbagai mata pelajaran selama kurang lebih 6 jam yang tidak lain adalah sekolah.

Walaupun di jam awal tidak ada guru.

Belum terhitung 6 jam hanya saja mendekati 6 jam. Tepatnya pukul 10.15 am saat semua santri keluar dari dalam kelas untuk segera menjumpai beberapa jajanan yang tengah menjadi incaran para santri.

Bukan termasuk hal asing dengan jam sekolah 6 jam yang mungkin terbilang cukup sebentar untuk kalangan anak pondok. Dalam pesantren tidak ada yang namanya istilah fullday seperti hal nya anak luaran. Dalam ruang lingkup pondok pesantren jelas bukan sekolah yang diutamakan, tentu mengaji yang jauh lebih banyak jamnya dibandingkan dengan sekolah.

"Waalaikumsalam." ucap Diki.

"Lu kan bareng ama gua ngapain lu yang jawab." dengan tatapan Irfan yang seketika berubah menjadi kesal.

"Abis gua kasian kaga ada yang jawab yaudah gua aja yang jawab." suara Diki dengan senyum khas nya.

Kamar Abu Bakar memang diisi oleh sebagian besar kelas 2 Mts. Bukan hanya Irfan dan Diki, masih banyak lagi yang tidak memungkinkan untuk disebutkan.

Diki lah teman dekat Irfan. Mereka memang sudah berteman baik sejak pertama mereka menginjakan kaki di pondok pesantren Al-Khusarany. Entah apa yang membuat dua orang ini bisa berteman begitu akrab layaknya sahabat sejati.

"Bau baunya ada yang baru jadian ni." Raka yang tiba tiba membuat satu kamar menjadi gempar dengan ucapannya barusan.

Di jam pertama yang kosong kebanyakan dari kelas lebih memilih untuk ke kamar. Kelas merupakan suatu tempat yang sangat suntuk untuk terus menerus berlama lama di dalamnya. Beralihlah mereka dari jam pertama hingga istirahat pun tiba untuk berada didalam kamar.

"Wah ni anak ko udah tau aja sih, belum juga gua gua kasih tau beritanya." balas Irfan dengan wajah melasnya karena teman temannya sudah mengetahuinya lebih dulu.

"Hahaha, yaiyalah. Sebelum gua sama anak-anak yang lain keluar dari kelas kan ga sengaja lihat lu sama Niki lagi ngobrol serius gitu. Eh taunya lagi nembak."

"Gua kira tau dari mana. Ternyata dari situ. Pantes aja udah tau duluan." Irfan sedikit menghela nafas lega.

"Eh tapi biasanya kalo ada yang jadian tuh langsung ngajak temen kamarnya jajan. Bener ga wey?" jawab Raka dengan mencoba mengajak kompromi teman temannya yang lain.

"Iya tuh Fan bener kata si Raka, ngajak temen kamarnya jajan soalnya baru jadian alias pj." timbal Asep yang juga mendukung Raka.

"Ah sialan lu pada. Yaudah malem gua beliin martabak satu loyang." dengan wajah pasrah akhirnya Irfan pun mengalah untuk mentraktir teman teman kamarnya satu loyang martabak.

"Asik, malem ini makan enak haha." ucap Raka.


°°°

Cuaca siang ini sangat panas, terik matahari serasa menusuk hingga ke tulang. Niki mengelap peluh keringat yang menetes dipelipisnya. Berjalan menuju kamar dengan langkah sedikit lebih santai.

"Panas banget ya hari ini." desah Rahma yang sedang mengipas dirinya dengan sebuah buku tipis karena memang sudah tidak terpakai lagi.

"Iyah nih, panas banget. Minjem dong kipasnya bentar." pinta Niki memohon agar Rahma segera memberikannya.

"Kamu pake kardus itu aja tuh, kamu sobek trus kamu jadiin kipas deh kaya aku." dengan menunjuk kardus yang berada tidak jauh dengan Niki.

"Hemmmm baiklah. Eh Ma kamu ga mau ke koperasi gitu, Emang ga laper?"

Open Your EyesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang