Terlihat gadis berambut kecoklatan dikuncir seperti ekor kuda sedang duduk di bangku taman bersama seorang pria berbadan seperti atlit renang disampingnya. Mereka hanya saling diam tanpa mengeluarkan suara, beberapa menit kemudian gadis itu yang bersuara.
"Kamu ngapain ngajak aku kesini?" kata gadis itu sambil melihat kearah pria itu. Pria itu tetap memandang lurus danau yang ada di depannya tanpa melihat gadis itu. Tapi terlihat ada sedikit kegelisahan dimatanya.
Gadis itu bingung tidak biasanya pria yang ada disampingnya menjadi seorang yang pendiam, biasanya dia akan berbicara panjang lebar jika bersamanya.
Pria itu mengepal tangannya dan menundukkan kepalanya, ia menarik nafas panjang dan tetap melihat danau di depannya tanpa melihat ke arah Gadis disebelahnya. Gadis itu merasa bingung ada apa dengan pria ini?
"Kamu kenapa? Kamu ada masalah? Tumben-tumbennya kamu diam begini, biasanya kamu bakalan ngoceh panjang lebar kalau lagi jalan sama aku" tanya gadis itu sedikit khawatir sambil memegang lengan pria itu.
Pria itu memutar posisinya menjadi menghadap gadis itu dan menatap mata indah yang gadis itu punya. Dia menggenggam erat tangan gadis tersebut sambil menghembuskan nafas. Pria itu pun akhirnya membuka mulutnya.
"Aku mau jujur sama kamu. Cepat atau lambat kamu harus tau ini. Walaupun nantinya kamu akan membenciku atau sebaliknya" kata pria itu dengan tatapan serius.
Gadis itu sempat terkejut kejujuran apa yang akan diutarakannya? Selama ini pria itu selalu jujur kepadanya, tetapi karena penasaran dia diam dan mendengar kejujuran yang pria itu utarakan.
"Selama ini yang mendekati kamu dan sekarang yang menjadi pacar kamu bukanlah Arvian melainkan Alvian. Aku adalah Alvian. Kami bertukar posisi. Ada sesuatu hal yang mengharuskan kami bertukar posisi" kata Alvian dengan raut wajah sendu menatap gadis itu walau tak sanggup menatapnya. Gadis itu sangat terkejut, saking terkejutnya dia tidak bisa berkata apa-apa dengan mata berkaca-kaca.
"Maafkan aku, aku tidak berbicara padamu dari awal tentang semua ini. Maafkan aku, Ariel" maaf Alvian. Ketika ingin memegang tangan Ariel, ia menepis tangan Alvian dan berdiri dari duduknya sambil menggelengkan kepala tak percaya.
"Jadi.. selama ini, yang selalu didekat aku dan jadi pacar aku bukan Arvian melainkan saudara kembarnya. Kenapa kalian ngelakuin ini? KENAPA?!!" kata Ariel menangis histeris sambil terduduk direrumputan.
Alvian langsung mendekatinya dan memeluknya tetapi Ariel meronta-ronta dan memukulinya. Alvian tidak peduli dengan perlakuan Ariel. Yang terpenting Ariel bisa tenang dalam pelukannya.
"Maafkan aku, Riel. Aku ngelakuin ini demi Arvian" kata Alvian dalam hati.
Alvian meneteskan air matanya karena kesalahannya, salah satu orang yang ia cintai terluka dan sekarang mungkin membencinya.
"Lepasin!! Lepasin gue!!!" kata Ariel mendorong badan Alvian dan berlari sambil menangis.
Alvian tidak mengejar Ariel. Dia tahu, Ariel sekarang dalam kondisi emosi yang tak terkendali dan pasti dia butuh waktu sendiri untuk menenangkan hati dan pikirannya. Alvian kembali duduk dibangku taman itu.
"Sial!!" umpat Alvian sambil mengacak-ngacak rambutnya sendiri.
KAMU SEDANG MEMBACA
DIFFERENT
Novela Juvenil"Ketika Perbedaan Mengubah Segalanya" -Ariel Mempunyai perasaan terhadap seorang ketua Osis disekolah memang cukup berat bagi Ariel, apalagi bersifat dingin dan cuek bagaikan es batu cukup susah untuknya mengambil hati ketosnya tersebut. Arvian lah...