Prolog

1.4K 83 20
                                    


Pelangi.

pelangi itu indah, namun juga membuat resah.

datang tanpa aba-aba,
dan pergi secara tiba-tiba.

Pelangi.

dapat muncul sesuka hati,
dan hilang tak diketahui.

Hanya sempat bersinggah namun tak pernah memilih untuk menetap.

🌈🌈🌈

Hujan di pagi hari membuat Rania Sadevi berdecak sebal di hari pertama MOS-nya. Hujan membuat jalanan macat dimana-dimana, dan itu membuat kaki putihnya harus terkena cipratan air dari mobil yang melaluinya.

Motor yang ia kenakan pun juga jadi imbasnya, membuat gadis itu berdecak lagi karena harus membersihkan motornya nanti.

Rania bukanlah gadis yang suka hujan seperti sebagian orang, bukan juga gadis pembenci hujan seperti sebagian lainnya. Ia hanya tidak peduli tentang hujan.

"WOY! MAJU DONG! CANTIK-CANTIK KOK OON!" Rania tersadarkan dengan suara dari pemilik motor yang ada dibelakangnya, Ia pun mulai melajukan motornya tanpa membalas ucapan sang pengendara tadi.

"Cantik apanya? Kayak lo liat aja." Gumamnya pelan

Hujan mulai reda ketika Rania baru saja memasuki sekolah barunya, yaitu SMA Angkasa. Sekolah yang sama sekali tidak masuk kedalam list keinginannya. Gadis dikuncir kuda itu memimpikan dirinya dapat masuk ke salah satu SMA favorit di jakarta. Namun apalah daya, SMA Negri pun Ia tidak masuk.

Setelah memarkirkan motor scoopy-nya, Ia melangkahkan kakinya menuju kerumunan anggota OSIS yang sedang berjaga. Dan sialnya Ia tidak melihat ada siswa lain yang senasib dengannya, kenapa dirinya satu-satunya yang terlambat?

"Halo ka" Sapa Rania pada beberapa anggota OSIS. Seorang cowok menoleh melihat Rania dari ujung kepala sampai ujung kaki. Rania memanglah cantik. Walaupun tubuhnya mungil, Ia tetap cantik dengan rambutnya yang lurus panjang dan diponi membuatnya terlihat seperti girlband ala Korea itu. Tak lupa dengan lesung pipinya, jika tersenyum membuatnya sangat manis. Sayangnya, Rania bukanlah tipe gadis ceria yang akan mengumbar senyum kapan pun dan dimana pun.

"Telat?" Tanya Sesil salah satu anggota OSIS yang sedang memegang kertas. Rania yakin sekali kalau itu kertas absensi.

"Iya, maaf ya ka soalnya hujan jadinya jalanan macet banget." Jelas Rania

"Emangnya kita mau denger curhatan lo? Kalau udah dikasih tau suruh masuk jam setengah tujuh, ya masuk jam segitu. Ini apaan coba? Udah jam setengah delapan. Kita gaterima lo alasan segala macem." Jawab Sesil yang membuat nyali Rania menciut.

"Maaf ka" Rania memainkan jarinya gelisah.

"Lo ikut gue" ucap cowok yang tadi memperhatikan Rania.

"Mau lo bawa kemana Dav? Ini anak harus dihukum dulu" ujar Sesil lalu melempar pandangannya pada Rania yang tidak berani menatapnya.

"Gue yang hukum"

***

Rania terselamatkan oleh kakak kelas yang langsung membawanya masuk ke dalam kelas. Dan ternyata kakak kelas itu adalah kakak pembimbingnya.

"Selamat pagi semuanya, gue Rico Syahputra panggil aja Rico. Gue menjabat sebagai Ketua OSIS." Rico lalu mengarahkan pandangannya pada anggota OSIS yang lain.

"Gue Davier Adrian. Panggil aja Davi, gue anggota OSIS." Ujar cowok yang tadi menyelamatkan Rania. Davier memang tampan, Kulit putih, hidung mancung, dan tatapan matanya yang membuat siapa saja terpesona. Termasuk para gadis di kelas itu yang mulai berbisik-bisik. Tidak dengan Rania, jika dia saja tidak peduli tentang hujan, bagaimana Ia bisa peduli dengan pria? Bahkan dirinya tidak memikirkan jika akan merasakan cinta di masa putih abu-abu. Ia tidak peduli dengan semua itu, Ia hanya ingin lulus dengan nilai yang bagus dan setelah itu dapat masuk ke perguruan tinggi impiannya.

"Sekarang, perkenalkan diri kalian dari mulai nama, asal sekolah, dan cita-cita. Gue yakin kalian disini pada udah gapunya cita-cita" ujar Sisi setelah para OSIS sudah menyelesaikan perkenalan diri mereka.

"Nama gue Aji Saputra, gue dari SMP Uranus. Cita-cita gue adalah untuk bertahan hidup" ujar Aji lalu tersenyum layaknya orang idiot.

Sisi menggelengkan kepalanya pelan, semakin yakin kalau para siswa disini tidak memiliki cita-cita.

"Selanjutnya"

"Nama saya Rania Sadevi, asal sekolah SMPN 1, cita-cita saya Dokter." Ujar Rania

"Rania Sadevi, panggilannya Rania atau Devi?" Tanya Davier

"Rania, Kak"

"Oke. Gue panggil lo Devi ya?"

"Kan tadi saya udah bilang, nama panggilan saya Rania, kak." Jawab Rania

"Ya gue maunya manggil lo Devi."

-----TBC---

Maaf ya gaje. Baru prolog kok!
Jangan sider ya, hargai penulis dengan memberikan feed back pada tulisannya.

Silabiila

Pelangi Di Langit SeptemberTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang