Bab 3

830 45 7
                                    

Senyum Davier tak henti-hentinya menatap layar ponselnya. Pasalnya, Ia baru saja mengirim pesan pada adik kelasnya yang bernama Rania itu.

"Lo alay, Dav kalau jatuh cinta. Anak dari yang punya sekolah? Apaan coba, ngarang banget," Roni menggelengkan kepalanya heran dengan sikap Davier yang belakangan ini aneh bin nyeleneh.

"Gue nggak jatuh cinta" ujar Davier, tatapannya tak terlepas dari layar ponselnya.

"Kelakuan lo kayak orang lagi jatuh cinta" sahut Aldo yang tengah mendrible bola basket.

Setiap sore, Davier dan teman-temannya memang mempunyai jadwal, yaitu bermain basket bersama.

"Ah sial nih" ujar Davier sambil sibuk dengan ponselnya.

"Kenapa sih lo? Tadi cengengesan kayak orang gila. Sekarang marah-marah kayak Lara yang lagi pms. Situ sehat?" Bara semakin yakin kalau Davier menyukai adik kelas yang bernama Devi itu. Namun Ia tak pernah menyangka, kalau cara pdkt Davier akan sealay ini.

Arka yang dijuluki sebagai pangeran tampan SMA Angkasa tengah sibuk memainkan bola basketnya bersama Aldo. Arka memang terkenal cuek, bahkan Ia tidak penasaran tentang perubahan sikap dari Davier. Menurutnya, Davier memang sudah aneh sejak berada dalam kandungan. Terkadang Arka penasaran, Caty, Mama Davier ngidam apa saat hamil anak pertamanya itu?

Aldo hampir sama dengan Arka. Namun, Aldo lebih normal. Buktinya Ia penasaran tentang apa yang sedang terjadi dengan sahabatnya itu.

Lain halnya dengan Roni dan Bara, kedua cowok itu memiliki tingkat kekepoan yang sangat tinggi. Mereka juga agak gila seperti Davier. Namun masih kalah telak dengan Davi. Pokoknya, Davier paling aneh diantara teman-temannya itu.

❄❄❄

Dua setengah jam mata Davier tetap fokus pada layar ponselnya. Ia bahkan rela memainkan ponselnya sambil di charger.

"Bales dong!" Davier menggerutu sendiri sejak tadi.

Rania Sadevi : gue tidur ya. Dah.

Davier hampir mengeluarkan kedua bola matanya karena kaget sekaligus senang mendapat balasan dari cewek yang belakangan ini diganggunya itu. Siapa saja yang melihat ini pasti akan mengira kalau Davier benar-benar tengah menyukai Rania. Namun sayangnya, tidak semudah itu. Ada alasan lain kenapa dirinya harus mendekati gadis itu.

Davier : masa baru bales langsung mau tidur sih? Boong lo, org masih jam 8.

Davier : P

🌈🌈🌈

Hari pertama praktik orlahraga membuat Rania kesal. Pasalnya, kelasnya dan kelas Davier digabung. Sungguh membuatnya ingin pura-pura pingsan lalu masuk UKS saat itu juga.

Davier tersenyum sumringah. Ia tidak bisa menyia-nyiakan momen ini berlalu begitu saja.

Basket.
Jenis olahraga yang sangat dibenci oleh Rania. Rania benci bola bakset, sejak kecil kepala Rania sering terkena bola basket hingga membuat cewek itu takut dengan benda bundar tersebut.

Baru saja dibahas, bola basket sudah mengenai kepala Rania. Membuat cewek itu meringis kesakitan, hingga akhirnya harus diantar menuju UKS.

Rupanya, doanya tadi terkabul.

Rania mengerjapkan matanya, menatap langit-langit UKS.

"Hai, Devi" sumpah demi siomay mang Aang yang belum Rania habiskan kemarin, Rania benci suara itu. Suara menjengkelkan yang baru saja memasuki pendengarannya membuat dirinya ingin pingsan lagi. Tolong.

"Caca, temen lo itu nggak bisa nemenin lo. Soalnya wajib ikut praktik. Tapi tenang, ada sahabat lo disini," Davier tersenyum manis. Mungkin siapa saja yang melihat senyumannya saat ini akan terpesona lalu tergila-gila padanya. Namun tidak dengan Rania, gadis itu ingin muntah saat ini juga.

Rania mengacak pelan rambutnya lalu bangkit dari tidurnya. Ia akhirnya memberanikan dirinya untuk menatap Davier.

"Lo lemah banget ya? Gitu aja pingsan. Makanya sarapan dulu sebelum berangkat sekolah," Davier mengomeli Rania layaknya seorang Ibu--ah, bukan. Pacar.

"Nih makan" Davier menyodorkan plastik berisi bubur ayam yang diberinya tadi sewaktu Rania belum sadarkan diri.

"Makan, apa perlu gue suapin?"

Rania memgangguk kikuk. Ia tidak pernah menyangka kalau sosok musuh bebuyutannya itu bisa seperhatian itu.

"Gue makin ganteng ya?" Rania tersedak mendengar kalimat menjijikan yang baru saja diucapkan oleh Davier.

Senyum Davier mengembang lalu cowok itu mengambil ponselnya dan memotret Rania tanpa disadari oleh gadis itu.

Ia mengirimkan foto itu pada salah satu kontak whatsappnya.

Davier : dia kan?

🌈🌈🌈

Kantin telah dipenuhi oleh manusia kelaparan. Mereka mengantre dengan cukup sabar untuk mengisi perut mereka yang terus berbunyi tak enak.

Rania pegal. Kaki cewek itu pegal karena lelah mengantre soto Bu Ami. Pasalnya, jajanan kantin di sekolah banyak yang tutup mengakibatkan kantin dipenuhi oleh antrean panjang.

"Duh, lo jangan ngantre kayak gini. Tadikan abis pingsan, biar gue aja yang ngantre lo duduk manis aja sana," Davier menghampiri Rania dengan raut wajahnya yang terlihat khawatir, membuat Rania menaikan alisnya bingung.

"Do, bawa Rania pergi" Davier memerintah Aldo dan Aldo pun menurutinya layaknya anak buah dari Davier.

Caca tidak ke kantin karena dirinya bawa bekal, oleh karena itu Rania jajan sendirian. Padahal Caca sudah memaksa agar dirinya ikut bersama Rania, namun Rania menolaknya.

Davier membawakan soto pesanan Rania dihadapan cewek itu.

"Makasih" ucap Rania lalu langsung melahap soto itu. Ia risih daritadi dirinya di perhatikan karena duduk bersama teman-temannya Davier itu.

Davier dan teman-temannya itu memang menjadi murid populer di sekolahnya, dikarenakan ketampanan, kepintaran, serta kertajiran mereka. Membuat perempuan mana saja minta dijadikan istri.

"Tenang, lo kan sahabat gue. Kalau ada yang ganggu lo, bilang gue," ujar Davier yang hanya dibalas oleh anggukan kecil milik Rania. Nada Davier tadi terdengar serius dan sangat mengkhawatirkan dirinya. Padahal sebelumnya sikap cowok itu seperti iblis. Namun kenapa tiba-tiba seperti malaikat?

Aneh.

🌈🌈🌈

TBC...

Dont forget to vote and comment!

Love,

Sheilabiila

Pelangi Di Langit SeptemberTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang