OSIS baru saja keluar dari ruang kelas Rania setelah mempromosikan berbagai jenis ekstrakulikuler yang terdapat di SMA Angkasa.
"Kenapa lo pilih karate, Ran?" Tanya Caca, teman baru sekaligus teman sebangku Rania.
"Biar gue bisa nangkep penjahat yang beraninya sama cewek doang!" Ucap Rania, ada aura seram yang terpancar dari sana.
"Serem banget lo" Caca bergidik ngeri, lalu mengalihkan pandangannya ke depan, karena para OSIS masuk kembali.
"Mau apa lagi sih mereka" gumam Rania
"Yang namanya Devi mana?" Mata Davier bergulir ke seluruh penghujung kelas, Ia mencari Rania.
"Saya kak" seorang gadis berkacamata dan berbehel berdiri dengan malu-malu berlebihan.
Davi melongo, matanya tidak berkedip selama beberapa saat, "bukan Devi macem lo maksud gue," Davi kembali mengalihkan pandangannya hingga matanya bertemu dengan sosok yang Ia cari dari tadi
"Rania sadevi" ucap Davier dengan lantang, dan membuat dahi Rania berkerut seketika.
"Nanti istirahat ketemu gue ya, di kelas 11 IPA 1" Davier tersenyum memperlihatkan lesun pipitnya dan barisan gigi putihnya yang tertata rapi. Mirip deh sama idol-idol Korea gitu.
Davier melenggang pergi begitu saja, dan para siswa di kelas Rania bersorak dan membuat siulan-siulan yang membuat Rania geram.
"Sumpah, Ran! Lo baru aja di gebet sama cogan. Gila, gila, baru selesai MOS lo langsung populer gini ya," Caca heboh sendiri sambil menatap Rania dengan senyum yang mengembang.
"Yang ada gue sial Ca! Kenapa sih dia itu? Nama gue itu Rania bukan Devi!" Rania berdecak kesal lalu menatap seisi kelasnya dengan tajam.
"Lo nggak peka banget sih Ran, dia itu bikin panggilan spesial buat lo, itu tuh tanda-tanda cowok mau pdkt tau nggak," sahut Andre yang tempat duduknya di belakang Rania.
"Pak Doni! Pak Doni!" Seorang cowok botak yang bernama Asep memberi arahan kepada anak-anak dikelasnya agar diam.
"Selamat siang, anak-anak" ucap Doni, atau lebih tepatnya wali kelas 10 IPA 1
🌈🌈🌈
Bel istirahat berbunyi nyaring. Para siswa mulai berhamburan keluar dari kelas mereka. Rania buru-buru memasukkan buku dan alat tulisnya ke dalam tas, karena kalau dibiarkan di meja, gadis itu yakin pasti pulpennya akan hilang begitu saja. Sepertinya copet pulpen itu memang lagi jaman ya?
"Ayo ke kantin, gue ngidam martabak" Rania mendorong pelan tubuh Caca yang berada di depannya.
"Nggak usah dorong-dorong dong Ran, emang kita lagi main kereta api apa?" Caca berbalik kearah Rania
"Iya iya, dasar jones. Maunya di rangkul mulu," Rania tersenyum jahil lalu merangkul bahu Caca dengan mesra--eits!nggak sampe mesra juga, sih.
"Lo kelamaan gila ya Ran?" Caca tak habis pikir dengan kelakuan Rania yang 'aneh' padahal pertemanan mereka baru menginjak satu minggu.
Rania mendesah pasrah ketika Davier menghampirinya dengan cengengesan sok ganteng! Tapi emang ganteng sih.
"Ih apaan sih gue" Rania menggeleng lalu menepuk-nepuk pipinya
"Ran, lo jangan sinting didepan cogan. Mau jomblo selamanya apa?" Caca berbisik dan menarik lengan Rania agar berhenti menepuki pipinya.
"Hai, Devi" Davier tersenyum sumringah, sedangkan Rania sudah memasang tampang garang.
"Lo kok nggak ke kelas gue sih?"
"Lo siapa ya?" Rania langsung memasang tampang datarnya lalu menggaruk dahinya yang tidak gatal sama sekali.
"Gue, Lee min ho" ucap Davier sambil mengulurkan lengannya pada Rania. Rania mendengkus kasar, Ia kehabisan kata-kata untuk merutuki cowok super nyebelin dihadapannya ini.
"Mau lo apa sih?"
"Gue suka pertanyaan lo yang to the point gitu,"
"Gue mau lo jadi sahabat gue" lanjut Davier
"Hah?" Caca sama melongonya dengan Rania saat itu juga. Dahi mereka berkerut dan menatap Davier dengan super bingung.
"Maksud lo? Sahabat?" Rania sungguh heran dengan permintaan dari cowok kuker dihadapannya ini. Kalau di novel-novel yang sering Ia baca, biasanya saat seperti itu cowok akan memintanya menjadi kekasihnya, namun ini? Sahabat? Realita memang berbeda dengan ekspetasi. Namun Rania sedikit bernafas lega, karena cowok itu bukan memintanya untuk menjadi pacar.
"Iya, itu permintaan pertama gue." Ucap Davier tersenyum tenang
"Maksud lo, masih ada permintaan lainnya?"
"Ada tiga permintaan. Tapi gue kasih tau satu dulu"
"Kenapa? Kenapa juga gue harus nurutin kemuan lo?" Rania bertanya dengan heran. Ia hanya tidak mengerti dengan permainan yang dibuat cowok bernama Davi itu.
"Pas MOS gue udah nolongin lo. Bayangin kalau nggak ada gue, lo pasti dihukum suruh lari lima puluh kali keliling lapangan," Davier lalu merogoh ponselnya dari dalam sakunya dan memberikan ponsel itu pada Rania.
"Ketik nomor lo. Lo cuma harus nurutin tiga permintaan gue, kalau masa sekolah lo nggak mau hancur"
"Hancur? Lo siapa? Lo pikir gue takut sama anceman kayak gitu?" Secara tak sadar Rania mulai meninggikan suaranya, Ia benar-benar kesal dengan tingkah manusia iblis di hadapannya ini.
"Lo kudet ya? Gue anak dari yang punya sekolah ini. Jadi turutin aja, kalau lo mau masa sekolah lo tenang,"
Rania memang sangat teramat ingin masa SMA-nya berjalan dengan sangat tenang, lancar dan mulus seperti kaki Yoona SNSD. Namun, kehadiran Davier mengacaukan segalanya. Masa SMA-nya sudah kacau semenjak dirinya telat dan bertemu dengan Davier.
"Udah, Ran kasih aja nomor lo. Daripada panjang, gue laper tau" ucap Caca. Perut caca memang sudah berbunyi beberapa kali, bahkan Rania bisa mendengarnya.
Rania membuang nafasnya kasar lalu mulai mengetikkan nomornya pada ponsel Davier.
"Jadi, lo mau kan jadi sahabat gue?" Tanya Davier setelah Rania mengembalikan ponsel miliknya.
"Y" jawab Rania ketus lalu pergi dari hadapan Davier, dan Caca segera mengekori Rania.
"Gue baru tau lo segitunya naksir orang, Dav" Aldo terkekeh pelan sambil menghampiri Davier dan menepuk pundak cowok itu
"Gue nggak naksir" ucap Davi
"Lah, terus?"
Davier terdiam sesaat. Ia merasa bukan saat yang tepat untuk menceritakan apa yang sedang di rencanakannya saat ini.
"Nanti gue kasih tau kalau udah saatnya." Ucap Davier pada Aldo yang merupakan teman dekatnya sekaligus teman sebangkunya.
"Sok rahasia lo, najis"
"Dimana yang lain?" Tanya Davier, Ia mencari keberadaan ketiga sahabatnya yang lain, yaitu Arka, Roni, dan Bara.
"Kantin"
----
TBC...
Dont forget to vote and comment!
Silahkan baca ulang description dan prolognya, terimakasih.
Love,
Sheilabiila
KAMU SEDANG MEMBACA
Pelangi Di Langit September
Teen FictionDavier Adrian. Iblis dengan perawakan tampan ala boyband Korea yang membuat siapa saja langsung terpana dibuatnya. Namun itu semua tidak berlaku bagi Rania Sadevi, ketampanan Davier lenyap begitu saja ketika cowok itu mulai menganggu kehidupan Rania...