Aku masih menunggu komentar dari kalian :))
Aku sih bisa aja cepet upnya tapi aku liat kaliannya dulu pada semangat untuk baca cerita ini gak? Kalau kaliannya gak semangat untuk aku cepet upnya aku juga bakal lama upnya.
Jadi itu semua tergantung dari kalian ya guys :))
Dan kenapa yang ngeread sama yang ngevote itu bedanya jauh sangad :))
Plis lah jadi readers yang baik menghargai karya orang gak cuma numpang baca abis kelar tinggal :)
Mohon kebijakannya..
Yaudah cuap cuapnya segitu aja
Happy reading sayang :*
***
"Eh anak baru tunggu."
Aluna mendengar panggilan tersebut, tapi lebih memilih untuk tidak mengubris. Lagian ia punya nama.
Namun karena Aluna tidak menghentikan langkahnya. Akhirnya Verrel memutuskan untuk mengejarnya.
"Tunggu," dengan menarik pergelangan tangan Aluna.
"Apaan sih? Gak usah sok akrab deh." balas Aluna dengan ketus sambil berusaha melepas genggaman tangannya.
"Ikut gue sekarang!" dengan kembali menarik Aluna kearah lantai atas, rooftop.
"Ih lepas ga! Ngapain sih narik-narik."
"Bawel, ikut aja sih." balasnya dengan gemas.
Namun saat di pertengahan jalan, Verrel mendapatkan telpon masuk.
Sehingga mau tidak mau ia harus melepaskan genggaman tangan Aluna, yang di pergunakan Aluna untuk pergi tanpa menengok kebelakang kembali."Ck, apaan sih lu ganggu aja! Gue masih disekolah, iye ntar gue cabut. Iya anjing dah ye."
Setelah menyelesaikan panggilan yang ternyata dari salah satu sohibnya, Nathan.
Ia kembali berbalik mencari anak baru itu. Yang sudah tidak terlihat postur tubuhnya di sekitarnya.
...
Di lain tempat.
Aluna mulai melangkahkan kakinya menuju kantin sekolah, salah satu tempat favorit bagi siswa-siswi SMA Aluna Swasta Wijaya.
Ketika ia telah sampai, langsung saja ia menduduki salah satu bangku yang posisinya langsung menghadap kearah lapangan di sekolahnya.
Karena suasana kantin masih sepi memudahkan Aluna untuk memilih tempat dengan yang ia inginkan. Dimana masih berlangsung kegiatan pembelajaran.
"Bu. Dancow putih di blender satu sama roti bakarnya satu porsi aja rasa coklat" ucap Aluna memesan makanannya ketika sudah sampai tempat duduknya.
"Siap neng, ditunggu ya."
Aluna yang mendengar balasan dari ibu kantin tersebut hanya menganggukan kepala sambil memainkan ponselnya.
"Bu air berapa?"
"Lima rebu dek."
"Ini sepuluh ribu, kembaliannya ambil aja."
"Aduh dek perel udah ganteng baik pisan lagi, nuhun dek." balas ibu kantin dengan centil.
Aluna yang mendengar nama itu disebut seketika Aluna langsung menolehkan kepalanya.
Memperhatikan dimana asal suara itu berada. Namun karena Verrel merasa diperhatikan ia menoleh, seketika ia kesenangan karena berhasil menemukan target yang ia cari.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Posesif Brother - SKY
Non-FictionPunya kakak yang super duper posesif tuh rasanya ga enak banget. Coba kalian bayangin setiap hari mau main sama temen aja ditanyain "main sama siapa?" Dan ya, beberapa kali sudah ku coba buat berbohong tapi mereka tuh ibarat intel. Banyak mata-mata...