Altair Garing Laksmono

33 0 0
                                    

Tik
Tok
Tik
Tok

Jam sudah menunjukkan hampir tengah hari. Dan sekarang matahari Jakarta menyengat menyergap sampai kepermukaan kulit dan kepala.

Kemacetan parah seperti tidak pernah lepas dari hiruk pikuk kehidupan di ibukota Indonesia ini.

"Akhh shit." Umpatku untuk kesekian kalinya pada diriku sendiri.

Flashback

"Kamu harus secepatnya kembali Al." Suara renta seorang wanita yang sangat aku sayangi ini memerintahkan ku untuk kembali.

"Oh come on grandma. What happen? Kenapa tiba-tiba oma menyuruh aku untuk kembali?" Tanyaku kepada oma.

"Ini tentang perusahaan peninggalan ayah mu Al."

"Ada apa dengan perusahaan ayah oma?" Tanyaku lagi kepada oma.

"Oma tidak bisa menjelaskannya lewat telpon nak. Oma sudah siapkan semua apa saja yang kamu butuhkan untuk perpindahanmu kesini. Tentang sekolah kamu jangan khawatir. Sekolah yang telah bertahun tahun dibantu oleh opa mu siap menerima kamu kapan saja kamu siap untuk belajar." Ujarnya panjang lebar.

"Tapi oma....."

"Tidak ada tapi-tapian Al. Semakin cepat kamu kembali. Maka semakin cepat pula masalah ini terselesaikan" Ujar oma lagi memotong perkataan ku.

Sungguh aku tidak bisa menentang permintaan wanita ini.

Flashback off

Ya wanita renta itu adalah oma ku. Wanita yang sangat aku sayangi. Wanita yang rela mengorbankan hidupnya untuk ku. Setelah orang tua ku dinyatakan hilang dalam sebuah kecelakaan pesawat beberapa tahun lalu, oma lah yang merawat dan membesarkanku.

Buat ku. Kembali kekota ini sama dengan membuka luka lama. Banyak sekali kenangan yang terlukis dikota ini bersama ayah dan bunda. Hampir setiap sudut kota, ada kenangan bersama mereka.

Tapi aku masih memiliki tanggung jawab akan perusahaan peninggalan ayah yang hampir kolaps.

Ya. Oma memberi tahu ku bahwa perusahan ayah mengalami masalah. Aku tidak tau jelas apa masalahnya. Oma hanya meminta ku untuk segera kembali kekota ini.

"Apa tidak ada alternatif jalan yang lain kelv?" Tanyaku pada pengawal pribadi yang telah diutus oma untuk menjemput lu.

"Tidak ada alternatif lain, Al. Seluruh jalan alternatif juga sama macetnya." Ujarnya menjawab keluhan ku.

Kelvin William. Selain seorang pengawal pribadi ia juga adalah sahabat ku. Ia adalah anak dari sahabat ayah ku. Dahulu kami selalu menghabiskan masa kecil bersama. Ia juga lebih tua 5 tahun dari ku dan sudah ku anggap seperti saudaraku sendiri. 

Makanya tidak heran apa bila pengawal pribadi ku ini bersikap kurang ajar kepadaku. Karna kami dibesarkan dilingkungan yang sama.

"Apa kamu mau menemui oma dulu, Al? Kalo mau, kita bisa kekantor dulu sebelum pulang." Tanyanya setelah beberapa saat hening menyergap.

"Kita langsung kerumah saja Kelv. Aku lelah. Perjalanan yang panjang untuk hari ini." Jawab ku sambil menutup mata.

"Baiklah kalau memang itu keinginan tuan muda." Ujarnya lagi sambil nyengir. Tapi sejurus kemudian jitakan yang sangat kuat mendarat didahinya hingga membuat Kelvin meringis kesakitan.

"Udah gue bilang jangan panggil gue dengan sebutan itu." Ucap ku kesal akan sebutan yang selalu ia pakai.

"Trus gue harus manggil lu apa? Baginda raja? Kaisar? Pangeran?" Ucapnya lagi yang langsung mendapat tatapan tajam dariku.

"Hehe... Iya iya gak lagi lagi gue manggil lu gitu." Sambungnya lagi. Tak berapa lama. Didetik berikutnya keheningan kembali menyergap.

Aku kembali terdiam.

Langit terang dan indah seolah mengejek serta menuntutku untuk berpikir lebih keras dengan kondisi yang menimpa ku saat ini. Aku masih memikirkan apa yang dibicarakan oma pada saat beliau menelfon ku kemarin.

'Apa yang harus aku lalukan? Usia ku masih 16 tahun. Jangankan untuk menjalankan sebuah perusahaan, mengurusi diriku setelah ditinggal ayah dan bunda saja aku masih belum becus. Lantas apa yang akan terjadi dengan perusahaan yang telah di dirikan ayah selama ini kalau aku yang memipmpin? Apakah semua klaien dan staf perusahaan ayah akan bisa mempercayai ku?' Pikiran ku masih berkutat tentang bagaimana dan apa yang harus aku lakukan dengan perusahaan.

"Lo mikirin apa lagi, Al?" Ditengah kegundahanku Kelvin bertanya.

"Gue cuma bingung apa yang harus gue lakukan untuk perusahaan ayah. Apa klaien dan para staf perusahaan bisa mempercayai gue menjadi pemimpin mereka. Lo tau, mengurusi diri gue sendiri aja masih belum becus. Lantas bagaimana dengan perusahaan?" Ujarku panjang lebar menjelaskan apa yang sedang aku pikirkan.

Mendengar penjelasan ku, Kelvin pun segera menurunkan laju kendaraan dan menepikan mobil yang tengah kami kendarai.

"Dengerin gue Al, karna gue tidak akan mengulanginya lagi dilain waktu. Apapun yang lo lakukan dan apapun keputusan yang akan lo ambil nantinya selalulah ingat untuk apa dan untuk siapa lo melakukan semua itu. Ketika lo telah berada di perusahaan nanti. Jangan pernah sekalipun lo tunjukkan kelemahan lo. Tunjukkan ketegasan dan jangan pernah ragu dengan apa yang lo pilih. Tunjukkan kepada semua orang bahwa lo mampu memimpin perusahaan menggantikan ayah lo. Dan jangan lupa selalu ikuti kata hati lo. Optimis lah." Seolah ia tau saat ini aku sedang benar-benar tidak percaya terhadap diriku sendiri ia berkata.

Aku hanya mengangguk lemah saat Kelvin berkata seperti itu. Sebenarnya aku masih belum benar-benar yakin aku mampu memimpin perusahaan ini. Resikonya terlalu besar. Aku belum siap menghadapinya.

"Pikirkan dan ingat itu baik-baik." Lanjut Kelvin dan kemuadian ia kembali mengemudikan mobil ke lajur semula.

Disisa perjalanan, suasana kembali hening. Kelvin masih fokus menyetir. Sedangkan Al masih memikirkan perkataan Kelvin tadi. Dan menegaskan kepada dirinya, ia mampu memimpin perusahaan.

"Lusa lo mulai bersekolah di sekolah yang didanai oleh opa lo. Oma gak mau lo mengabaikan sekolah lo hanya karna masalah ini." Kelvin berujar ditengah keheningan. Sebentar aku melirik padanya bingung.

"Lo bisa kekantor setelah sekolah. Selama lo disekolah gue yang akan menghandle pekerjaan lo sementara." Ujarnya lagi menjawab kebingungan ku.

"Baiklah." Jawabku singkat dan keheninganpun kembali menyergap.

Semua hal yang terjadi beberapa hari ini membuat ku cukup pusing. Entahlah, aku bahkan tidak bisa menerka apa yang akan terjadi selanjutnya.

Bersambung...

Cinta Miss KepoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang