Tiga

332 7 0
                                    

"Hai, bagaimana kabarmu di sana?

Kuharap semuanya berjalan sesuai dengan apa yang kauinginkan. Kau tau? Hari ini hujan turun dengan derasnya, yaahhh itu cukup membuatku menjadi merindukanmu. Kau menyukai hujan bukan? Aku ingat bagaimana semangatnya kau berjalan ditengah-tengah hujan hanya untuk datang menemuiku. Bahkan lenganmu yang basah karna tetesan-tetesan kecil dari atas payung tetap membuatmu 'hangat' walau tanpa dibalut pakaian tebal.

Kau sedang apa di sana?

Apakah dinginnya masih terasa sampai menusuk tulang seperti yang biasanya kau keluhkan kepadaku? Jangan di luar terlalu lama, nanti kau akan sakit. Aku masih ingat bagaimana lemahnya imunmu. Kau selalu bercerita betapa mengesalkannya ketika temanmu sakit lalu beberapa hari kemudian kaupun ikut sakit. Saat itu aku datang ke rumahmu untuk mengatarkan bubur ayam kesukaanmu, namun kau bilang kau sedang tidak berselera makan lalu akhirnya aku yang memakannya. Dan aku selalu tertawa tiap kali mengingat hal ini.

Apa kau merindukanku?

Aku sering kali menanyakan pertanyaan itu dalam pikiranku. Aku selalu merindukanmu setiap kali aku mengingatmu, melihat hujan, merasakan dingin, memakan bubur ayam, bahkan ketika aku menyusuri jalan pulang menuju rumahku, aku merindukanmu setiap melihat lampu-lampu jalan yang mendampingi malam."

Kubaca sekali lagi e-mail yang kaukirimkan padaku malam ini. Tanpa terasa sudah hampir satu tahun di mana hujan terakhir kita rasakan bersama, dan beberapa senja yang kehilangan kesempatan untuk kita nikmati berdua.

"Aku baik-baik saja di sini, hanya hatiku saja yang terasa tidak baik. Sepertinya dia terlalu menderita karena merindukanmu. Aku juga ingat semua yang kita lakukan bersama dulu. Bahkan kamu tahu, saat malam aku menemuimu sampai rumah Bapak memarahiku karna bajuku basah. Yaa kukatakan saja kalau lalu lintas di jalan ramai jadi payungku terbang dibawa angin. Lalu Bapak menyuruhku segera mandi dan mengatakan padaku jika hujan turun lagi aku hanya boleh berada di dalam rumah. Makanya malam itu adalah malam terakhir kita menikmati hujan bersama.

Iya, ini aku di kamar, melihat hujan turun melewati kaca jendelaku. Dingin sih, mungkin akan hangat jika kamu ada di sini. Dan tentang bubur ayam itu, bukankah itu kesukaanmu bukan aku? Sejak kapan aku menyukai bubur ayam, bahkan kamu yang selalu bersemangat mengajakku makan bubur setiap hari Minggu pagi.

Hah, aku sangat ingin mengobrol denganmu hari ini. Banyak yang ingin kuceritakan."

Kukirimkan balasanku padamu.

"Kapan kau selesai kuliah dan kembali?" tanyaku pada fotomu yang terbingkai manis diujung meja.

Cerita KitaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang