1. Dihantui Sydney.

103 8 1
                                    


"Dev!"

Aku terbangun dari lamunanku, memikirkan kota Sydney yang belum tentu juga memikirkan ku. Kira-kira sudah sebulan ini aku terlampau sering melamun dan membuat orang-orang disekitarku kesal.

"melamun aja terus" ucap Ben, sahabatku dari lahir.

"bingung, nih" kataku seketika meminum Lemon Tea yang kupesan di kantin kampus.

"bingung kenapa?"

"kau harus tau, Ben. Aku bisa melamun seharian penuh dikamar"

"apa hal yang kau pikirkan saat melamun?"

"Sydney"

Ben ikutan bingung, sama sepertiku. Memang Sydney lah yang selalu terlintas dipikiranku saat melamun. Entah kenapa dengan kota itu. Tapi aku sendiri tidak punya rencana akan pergi ke Sydney. Satu hal yang aku tahu tentang Sydney adalah Dheannisa. Dia teman SMA ku, satu bangku denganku selama tiga tahun. Sekarang dia kuliah di Sydney, berkat beasiswa yang aku tawarkan saat itu.

"kau sedang apa?" tanya Dhea yang sedang makan bekalnya pada jam istirahat.

"oh ini, ada beasiswa di Sydney, Australia. Kau mau coba?" ku tawarkan dia pada saat itu karena dia adalah siswi yang pintar.

"boleh, tapi kau juga"

Ya. Aku juga ikutan test beasiswa ke Sydney bersama Dhea. tapi kau harusnya tau, kemampuan seekor katak dalam memanjat pohon. Aku tidak lulus test, semuanya tau. Tolong jangan membandingkan aku dengan Dhea. Dhea itu pintar, tidak sepertiku. Dhea itu cantik, aku tampan.

***
Tak ingin terlarut dalam kebingungan, aku mengantarkan Ben pulang kerumahnya di daerah Tangerang Selatan. Sore itu, di tengah macetnya ibukota. Ben menyerangku dengan satu pertanyaan yang bagiku adalah hal yang mustahil.

"kau tau kapan Dhea kembali ke Indonesia?" Shit! pertanyaan tersulit 2016. Mana aku tau!!! Kabarnya saja aku tak tau, bagaimana bisa aku tau kapan dia akan kembali?. Sejenak emosiku turun, lalu aku menjawab pertanyaan Ben.

"kenapa kau membahas Dhea?" ya. pertanyaannya kujawab dengan pertanyaan.

"aku ingat Dhea, saat kau bilang Sydney."

Percakapan itu tak kulanjutkan, sengaja. Entah kenapa aku jadi muak dengan semuanya, mood ku turun drastis saat itu.

Sampai di rumah Ben, aku tak langsung kembali pulang kerumah. Sengaja aku mampir karena sudah lama tidak bertemu dengan Tante Riris, mamanya Ben yang juga sahabat mamaku.

"bagaimana kuliahmu Devan?"

"lancar Tan, sama dengan Ben"

"oh iya Devan, dua hari yang lalu Tante dapat 1 voucher liburan 5 hari ke Australia, sayang jika tidak digunakan. Apa kau mau?"

Australia. kenapa harus Australia??? Aku seperti sedang dihantui oleh negara itu. Oh Tuhan! Mood ku yang hampir normal kembali turun.

"kenapa tidak dikasih Ben aja Tante?"

"Tante tidak mengizinkan Ben kesana sendirian, makanya Tante kasih kamu"

"udah terima aja, lumayan kan?" sahut Ben dari dapur.

Tante Riris langsung meraih tanganku dan meletakkan voucher liburan itu ditelapak tanganku.

"makasih Tante"  ucapku sedikit jengkel.

Sepulang aku dari rumah Tante Riris. Di kamarku, kembali melamunkan Sydney, Australia, dan voucher itu. Entah kenapa aku merasa seperti sedang dalam ketakutan dengan semua itu. Perasaanku takut, tapi di sisi lain aku juga ingin punya pengalaman liburan di negeri orang.
Perasaan takut itu kusingkirkan. Aku mencoba untuk menerima semuanya, akan ku cari jawaban dari lamunanku, di Sydney, Australia.

Kubuka laptopku yang sudah tersambung oleh internet, lalu mencari informasi tentang Sydney, Australia. Tekadku sudah bulat. Aku akan kesana lusa, dan besok, akan kuurus semuanya, mulai dari pasport, visa, tiket, dan lainnya untuk 5 hari.

1 hal yang tidak kulupakan dalam trip dadakan ini, yaitu Dheannisa. Aku akan menghubunginya, perihal aku yang akan berkunjung ke tempatnya. Untungnya, aku punya nomor telepon apartmentnya yang saat itu Dhea berikan. Tanpa keraguan, langsung kuhubungi nomor itu. Saat terhubung, terdengar suara lelaki tua diseberang sana, yang memberitahu bahwa yang bernama Dheannisa tak lagi tinggal di apartment itu.

Aku mendadak kebingungan, apa yang kulakukan di Sydney sendirian tanpa seorang teman? Harus kemana lagi aku mencari informasi terbaru tentang Dheannisa?. Malam ini hampir berakhir. Pertanyaanku tadi kusimpan untuk besok, H-1 menuju Sydney.

DHEANNISA Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang