3. Teman baru di Sydney.

59 7 0
                                    

Hari pertama di Sydney belum berakhir. Aku dan Dhea melanjutkan perjalanan ke sebuah taman di Sydney, namanya Hyde Park. Indah dan tenang, itu yang kurasakan saat ini. Taman ini memiliki beberapa monumen dan patung penting, ada juga air mancur Archibald dan bangunan-bangunan bersejarah ANZAC. Kata Dhea, dulunya, taman ini dimanfaatkan sebagai arena balap dan lapangan olahraga sebelum akhirnya menjadi taman yang terbuka untuk umum dan banyak pengunjungnya.

Banyak sekali yang ingin kutanyakan ke Dhea tentang Sydney. Tapi kurasa, sekarang bukan waktu yang tepat. Saat aku nikmati desiran angin kencang yang berhembus dan percikan air mancur Archibald, Dhea pamit kepadaku untuk membeli minuman di sekitar taman. Kini aku sendiri, di tempat yang penuh dengan manusia bertubuh tinggi besar.

Tak lama kemudian Dhea kembali, tapi tak sendiri. Ia bersama dengan seseorang yang ku yakin adalah teman kampusnya. Tapi entah, jika itu adalah kekasihnya.

"hai Dev" ucapnya sambil memberikan sekaleng minuman yang baru dibelinya.

"hai, siapa ini?"

"dia Val, Revaldo, teman kampusku dari Indonesia. Dia akan membawamu keliling Sydney. Dan dia akan membawamu kembali kehotel"

Syukurlah lelaki itu berdarah Indonesia. Aku tak perlu berbicara bahasa Inggris dengannya. Memiliki postur tubuh yang ideal bagi para lelaki, bagiku dia tampan dengan rambutnya yang ikal panjang sebahu. Tenang saja, aku bukan lelaki homo.

Setelah berjabat tangan dan berbincang sedikit dengannya dan Dhea. Dhea pamit meninggalkan aku dan Val, dia bilang ada sedikit urusan. Aku tak tau apa, yang jelas aku tidak punya hak untuk mencampurinya.

"thanks Dhe"

"oke, sampai ketemu besok, Dev"

Kuperhatikan langkah demi langkah Dhea yang semakin menjauh dari tempatku dan Val berdiri. Terlihat jelas dari belakang bahwa dia adalah wanita yang cantik.

"kau menyukainya?"

"ha? oh tidak. dia teman lamaku, lama tak bertemu."

"ya, dia cantik. Wanita Indonesia memang cantik"

"aku tau itu. Kemana kita sekarang?"

"ke Ralph's cafe. Aku tau kau lapar, dude"

Ralph's cafe. Berada tidak jauh University of Sydney. Cafe modern yang bernuansa klasik Australia yang khas. Aku dan Val duduk di bagian rooftop cafe sambil menikmati hembusan angin sore itu. Val memesan secangkir kopi hitam dan seporsi sup yang aku tak tau namanya apa, dan aku hanya memesan secangkir white coffee dan sepiring spaghetti bolognese khas dari Ralph's cafe.

"kenapa kau memilih ke Sydney sebagai tempat berlibur?"

"belakangan ini aku suka melamun, memikirkan Sydney. Entah kenapa. tapi hari ini, di Sydney, aku tidak melamun sama sekali."

"kau benar-benar aneh" Valdo menertawakan ku.

"bagaimana kau kenal dengan Dhea?"

"Dheannisa. Mahasiswi berprestasi di University of Sydney. Siapa yang tak kenal dengannya, apalagi aku dan Dhea berasal dari negara yang sama."

"kau suka dengannya?"

"siapa yang tak suka gadis pintar dan cantik? kau juga pasti datang ke Sydney karena Dhea"

Mungkin yang dikatakan Val ada benarnya, aku datang ke Sydney untuk Dhea. Tapi entahlah, aku juga masih tidak tau.

Akan ku ceritakan sedikit tentang Val. Yang aku tau, Val adalah mahasiswa University of Sydney yang berasal dari Bali, Indonesia. Dia juga sama seperti Dheannisa yang mendaftar beasiswa dan diterima di University of Sydney. Aku senang kenal dengan Val, dia pintar berbicara dan menanggapi apa yang aku ceritakan. Hampir sama dengan Ben, tapi Val terlihat lebih waras dari Ben. Aku yakin kau tau itu.

***

Langit Sydney sudah mulai gelap. Matahari sudah mulai tenggelam. Aku meminta Val mengantarkan aku kembali ke hotel tempat aku menginap, Rydges World Square. Hotel itu Dhea yang beritahu, katanya, salah satu hotel berbintang di Sydney.

DHEANNISA Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang