4. Sehari bersama Dhea.

51 6 0
                                    

Sydney, hari kedua.

Aku dan Dhea ketemuan di Ralph's cafe, jam 07:00 waktu Sydney. udara dingin menembus jaket bomberku, pagi ini. cuaca dingin ditanggal 4 November 2016, sekitar 14°C.

"good morning, mr. Devan Arial"

"hai Mrs. Dheannisa. good morning too"

"Boleh duduk?" menawarkan dirinya untuk duduk.

"of course, apa yang kau bawa dipagi yang dingin ini Dhe?"

"oh ya, roti isi coklat kesukaanmu jaman SMA dulu"

"wah buatanmu?"

"satpam asrama yang membuatnya"

"bisa saja kau ini" ucapku tersenyum.

Aku mencoba roti isi coklat buatan manusia cantik ini, sebuah rasa yang kurindukan adanya. Nikmat sekali rasanya, rugi jika kau tak mencobanya.

"okey, kemana kita hari ini? mr. Devan?"

"harusnya aku yang bertanya kepadamu"

"okey, kita mulai dari Port Jackson"

Aku ku tau Port Jackson. Sebuah tempat yang terdiri atas Sydney Harbour, yang terkenal akan keindahannya. Terutama sebagai lokasi Sydney Opera House dan Sydney Harbour Bridge.

Tak ada kata lain selain Indah. Benar-benar indah sekali tempat ini. Aku beri saran kepada kau jika ingin ke Sydney, jangan melewatkan tempat satu ini. Aku yakin, bukan hanya aku yang memuji tempat ini. Melainkan kalian semua yang pernah berkunjung kesini.

"tempat ini bagus untuk menyatakan cinta"

"Mungkin suatu saat aku akan melamar kekasihku di sini. ditempat kita berdiri"

"beruntung sekali kekasihmu"

"kau juga mau dilamar disini?"

"mungkin semua wanita mau dilamar ditempat ini, bukan aku saja"

"kalau begitu aku akan melamar semua wanita ditempat ini"

"lalu besoknya, kau dilempar dari Sydney"

Kami kembali tertawa setelah sekian lama tidak tertawa bersama. Rindu sekali dengan teman sebangku ku ini. Dulu, biasanya, aku yang akan menemaninya ke kantin jika teman-teman perempuannya tidak kekantin. Dulu, aku yang menandatangani absensi ulangan harian di kolom namanya. Dulu, aku yang membawakan bukunya jika tertinggal dimeja. Dulu, aku yang mendengar curhatannya tentang nilai ujian yang turun. Dulu, aku yang mengantarkannya pulang jika dia tidak dijemput supirnya. Dulu, aku yang membelikannya air mineral saat selesai olahraga. Dulu itu menyenangkan, saat bersama Dhea. Kurindukan semua tentang Dhea.

"kau sudah punya kekasih?" pertanyaan itu, Dhea yang melontarkannya.

"ha? kekasih? mana ada yang mau denganku, kau tau itu sejak SMA, kan?"

"tapi sekarang kau bukan anak SMA. Kau juga punya wajah yang tampan "

Kau dengar? aku ini tampan. Manusia secantik ini yang menyatakannya. Matanya tak mungkin meleset.

"lalu kau? bagaimana dengan pasanganmu?"

"aku hanya sedang menunggu seseorang"

Aku sedikit terkejut dan langsung lemas. Itu berarti, manusia cantik di hadapanku ini menginginkan seseorang.

"kau yakin akan menunggunya?"

"aku tau dia juga menginginkan ku"

"tau dari mana? lelaki itu sulit ditebak"

"tau dari seekor burung kenari merah" Dhea beranjak pergi sambil tersenyum dan aku mengikutinya. Dia seperti sedang jatuh cinta padaku.

Aku sedikit menduga, bahwa yang ditunggu seorang Dhea adalah aku, Devan Arial. Kau tak percaya? baiklah, aku tidak memaksa. Tapi akan ku ceritakan tentang burung kenari merah.

Dia adalah peliharaan ku saat kelas 2 SMA. Kenari itu ku beri nama Piyip. Semua teman-teman ku tidak tau siapa Piyip. Hanya Dhea yang tau. Karena Dhea suka sekali dengan Piyip. Setiap ku ajak kerumahku, dia selalu memberikan Piyip buah pisang.

Aku suka curhat apapun ke Piyip tentang Dhea, tapi aku tidak pernah bilang bahwa aku suka dengan Dhea. Aku ingat satu percakapan ku dengan Piyip, dan aku yakin hanya aku seorang yang mengerti.

"Piyip, Dhea akan pergi ke Bandung besok. Doakan dia selamat dijalan ya"

"Piyip Piyip piyip"

"Dhea itu cantik kan?"

"Piyip"

"dia juga pintar"

"Piyip"

"suaranya bagus"

"Piyip"

Setiap kata Piyip yang berbunyi, kuanggap itu kata 'iya'. Biar cepat saja. Akan terlihat seperti orang gila jika aku berlama lama berbicara dengan seekor burung kenari. Saat aku masuk kelas 3 SMA. Piyip mati, tak tau kenapa. Orang yang paling terharu adalah Dhea. Setiap Dhea bertanya kenapa Piyip mati, aku hanya bisa jawab 'dia kena sariawan'. Terharunya Dhea jadi hilang.

***

Di hari kedua di Sydney ini, aku tetap mengambil kesimpulan bahwa Dhea suka padaku. Tak peduli benar atau tidak, akan ku buktikan itu. Terserah jika kau bilang aku orang yang sangat pede atau kepedean.

DHEANNISA Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang