Chapter Not Found. #2

1.8K 380 86
                                    

Histeris

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Histeris.

Ini yang menggambarkan ekspresi seorang Woojin saat mendapat telepon dari nomor berawalan +62 tersebut.

"B-bisa !" Jawabnya terbata-bata. Woojin deg-degan.

Nayoung dan Seongwoo mendengar teriakan Woojin dari ruang tengah dan berlari ke sumber suara, di kamar Woojin.

"Ini! Staff student recruitment 101 High yang nelfon aku, Bun!" Bisik Woojin dengan nada bahagia.

Nayoung tersenyum lebar dan berlari memeluk Woojin. Tapi Seongwoo tak mampu menggerakkan kakinya sesenti pun. "Nggak. Not that place again." Batinnya.

Nayoung menyadari pemandangan didepannya itu. Ia melepaskan Woojin dari pelukan dan membiarkan anak itu melakukan conference dadakan dengan pihak sekolah. Kini langkahnya menuju Seongwoo yang masih mematung.

"Kenapa?" Tanya wanita itu, mengelus pelan punggung lelaki disampingnya itu.

"Aku gak mau balik..." Gumam Seongwoo pelan. "M-masih... keinget.. semuanya..."

Nayoung menyenderkan kepalanya ke pundak Seongwoo, "Mau sampe kapan kamu begini?" Tanya Nayoung, nayris berbisik.

Seongwoo menggelengkan kepalanya.











Entahlah.

"Kamu tau, kenapa aku bertahan sama kamu sampai sekarang, walaupun aku tau hati kamu gak akan pernah buat aku?" Wanita itu membuka percakapan mereka

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.


"Kamu tau, kenapa aku bertahan sama kamu sampai sekarang, walaupun aku tau hati kamu gak akan pernah buat aku?" Wanita itu membuka percakapan mereka. Malam ini dingin, untungnya apartemen mereka memiliki penghangat ruangan yang masih berfungsi.

Seongwoo mengelus pelan kepala wanita yang kini bersandar di dadanya, tangannya memainkan jemari indah yang terpaut dengan miliknya. "Apasih, orang aku sayang banget sama kamu." Ungkap Seongwoo.

"Get real aja deh, sayang." Nayoung mengadahkan kepalanya, menatap manik mata lelaki yang kini ada di sampingnya, senyumnya menyeringai kecil. "Aku gak mau lari dari kenyataan, Ong. Aku capek. Aku tau rasanya sakit, tapi aku berusaha mencintai perasaan sakit itu." Titahnya.

?Oh! Brother. ⏸101 High✔ Where stories live. Discover now