"Dek, bagi odol dong. Odol gue abis nih." Lita masuk ke kamar Livi dan berjalan menuju kamar mandi adiknya itu.
"Hm," gumam Livi sekenanya.
Lita masuk ke kamar adiknya lalu mulai menggosok giginya. Setelah selesai, Lita pun keluar dari kamar mandi dengan terheran-heran melihat adik perempuannya itu. "Ngapain lo bengong disitu? Kesurupan ya lo?"
"Nggak," jawab Livi dengan datar.
"Terus ngapain lo ngeliatin drum kayak gitu? Ada penunggunya?" Lita bertanya lagi dengan asal.
"Lagi mikir gue," Livi menjawab tanpa menatap kakak perempuannya. Sesaat kemudian dia membalikkan badannya dan berkata. "Gue mau nanya."
"Nanya apa?" tanya Lita.
"Lo kalo dideketin lagi sama gebetan lo yang pernah ngilang gitu aja, lo kayak gimana? Lo respon atau enggak?"
"Hmmm, a serious topic," gumam Lita seraya mengelus dagunya.
"Lebay lo."
"Apanya yang lebay coba?" tanya Lita heran. Dia duduk di atas kasur adiknya. "Nih ya, Dek. Kapan coba terakhir kali lo cerita ke gue tentang gebetan lo? Hampir setahun yang lalu, coy."
"Gue nggak bilang kalo ini gebetan gue," ujar Livi datar.
"Terus ngapain lo nanya gue kalo ini bukan tentang gebetan lo?" tanya Lita lagi. "Kenapa emang? Lo dideketin lagi?"
"Hmm ... kayaknya gitu," jawab Livi. Menurutnya tidak ada gunanya berbohong pada kakaknya ini. "Soalnya kita sekelas sekarang."
"Oya? Bagus dong kalo gitu. PDKT-nya jadi lebih gampang."
"PDKT apa sih?" tanya Livi jengkel. "Jawab dulu pertanyaan gue Kak."
Lita tertawa melihat kejengkelan adikny. "Okey, okey. Hmmm it depends sih. Dia ninggalin lo gimana?"
"Ya ninggalin gitu aja. Tiba-tiba nggak pernah chat gue lagi, nggak pernah nyapa gue di sekolah. Kayak orang gak kenal gitu."
"Kapan dia ngejauhin lo?" tanya Lita.
Livi terlihat berpikir sejenak. "Sekitar ... setengah tahun yang lalu kayaknya. Gue deket sama dia tiga bulan, terus dia tiba-tiba aja ngejauh. Gue coba tanyain kan kenapa dia ngejauh gitu tapi dia nggak mau jawab. Dia selalu ngehindar. Eh tiba-tiba sejak kita sekelas dia malah coba deketin gue lagi. Bingung gue jadinya."
Lita terdiam sejenak, menganalisis penjelasan yang dilontarkan adiknya itu. Livi menunggu dengan kaki kanan bergoyang dan menggigit kuku jari kanannya. Dia menerka-nerka apa tanggapan kakaknya mengenai hal ini.
"Jujur kalo gue jadi lo, nggak akan gue respon sih," jawab Lita setelah bermenit-menit ia habiskan untuk berpikir. "Ya pasti kesel kan lo tiba-tiba ditinggalin gitu aja terus dia tiba-tiba dateng lagi seakan-akan nggak ada kejadian apa-apa?"
Livi menganggukkan kepala, menyetujui apa yang dikatakan kakaknya.
"Tapi lo emangnya udah nggak penasaran kenapa dia ninggalin lo gitu aja?" tanya Lita. "Mungkin sekarang dia coba deketin lo lagi karena dia merasa bersalah, jadi dia berusaha untuk deket lagi sama lo. Mungkin buat sekedar temenan."
"Hmmm, gitu?" tanya Livi tidak yakin.
"Menurut gue gitu," jawab Lita sambil menyangga tubuhnya dengan kedua tangan di belakang. "Gue tau gimana lo sama dia dulu, Dek. Meskipun sampe sekarang gue nggak tau siapa namanya dan yang mana orangnya, tapi gue tau dulu kalian berdua gimana hubungannya. Menurut gue nggak ada salahnya lo bersikap sedikit lebih ramah ke dia. Gue tau lo pasti jutekin dia kan?"
KAMU SEDANG MEMBACA
One and Only (New Version)
Teen Fiction"Yaudah, kalo gitu kapan-kapan gue bawa lo naik kereta kencana terus kita pergi ke dermaga dan naik kapal pesiar buat keliling Eropa. Gimana? Lo nggak bakalan nolak kan?" Livi mencibir. "Ngapain juga gue naik kereta kuda keliling Eropa sama lo. Buan...