Chapter Seven

42 4 0
                                    

"Sooo, how's school Dek?" mama memulai pembicaraan pada makan malam kali ini. Mama Deva selalu berbicara dengan nada ceria yang enak untuk didengar.

"Boring," jawab Deva. Dia mencebikkan bibir. "Cuman belajar, belajar, dan belajar."

"Something happened?" tanya papanya sambil melirik anak bungsunya itu.

"Nggak, gak ada," jawab Deva. "Bosenin aja."

"Biasanya kamu suka ngisengin guru. Sekarang nggak lagi?" tanya mamanya.

"Van, seriously?" Farandi bertanya pada istrinya. Vani hanya mengangkat bahu.

"What? I'm just asking. Waktu Mama cerita ke Papa kamu soal betapa jahilnya Mama sama temen-temen mama semasa SMA, papa kamu kayak kena heart attack gitu Dek," cerita mamanya.

"Seriously Pa?" tanya Deva sambil tertawa.

Farandi—atau yang biasa dipanggil Randi—mengangguk. "Yaah, gitu. Papa kan dulu anak baik-baik ya Dev waktu sekolah. Jadi denger Mama kamu suka ngisengin gurunya dulu ya Papa kaget dong. And no, Papa nggak kayak orang kena heart attack. Mama kamu aja yang lebay."

"Mama nggak lebay ih," bantah Vani sambil menggerutu. "Lagian ya Dev, kamu percaya Papa kamu ini anak baik-baik waktu sekolah? Waktu Mama nemenin Papa kamu reuni SMA, ada empat cewek yang ngaku jadi mantannya Papa."

Deva tertawa terbahak-bahak, sedangkan Randi cemberut. "Kata siapa itu mantan Papa?"

"Mereka yang bilang. Temen-temen Papa juga bilang kayak gitu kan," ujar Vani tidak mau kalah. "Mama sih nggak akan heran kalo anak-anak Mama ada yang playboy. Orang turunan dari papanya kok."

"Anak-anak kita mah lebih parah playboy-nya," kata Randi sambil melirik anak bungsunya. "Coba Papa tanya, mantan kamu ada berapa?"

Ditanya begitu, Deva malah kebingungan. Dia menggaruk-garuk kepalanya yang tidak gatal. "Emm ... berapa ya? 16?"

Baik Vani maupun Randi terbatuk mendengar jawaban anak mereka. Vani memelototi anak bungsunya itu.

"Kamu yang bener aja mantannya segitu?!" tanya Vani tidak percaya.

"Ya ... yang Deva inget segitu Ma," jawab Deva pelan.

"Jadi ada yang kamu lupa?" tanya Vani lagi.

"Kayaknya sih ada," jawab Deva. "Nggak tau lah, Adek lupa."

"Parah kamu Dek," ujar Randi sambil menggeleng-gelengkan kepalanya. "Terus sekarang kamu punya pacar?"

"Nggak," jawab Deva.

"Deketin cewek ada nggak?"

Deva terdiam beberapa saat sebelum menjawab. "Nggak juga."

"Bener?"

"Iya Ma."

"Kamu tuh jangan suka mainin cewek kayak gitu ah," omel Randi. "Kasian anak orang kamu buat nangis. Pasti kamu kan yang putusin duluan?"

"Nggak ju-"

"Nanti kamu kalo udah punya anak terus anak kamu digituin mau?"

"Ya Allah Ma-"

"Pokoknya abis ini kalo kamu punya pacar, kamu harus kenalin sama Mama dan Papa. Titik, gak pake koma."

"Yang bener tapi ceweknya. Jangan yang aneh-aneh."

Deva hanya menganggukkan kepalanya sebagai jawaban.

***

07.12 am.

One and Only (New Version)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang