"Deva Putra Abyasa, kamu telat lagi?!" seru Pak Jon, guru BK di SMA Khatulistiwa.
Deva nyengir lebar ke arah Pak Jon. "Tadi ban motor saya bocor Pak. Jadinya saya tambal dulu deh. Untung aja udah ada yang buka pagi-pagi gini. Kalo nggak, kan saya jadi nggak bisa sekolah."
"Tapi kamu ini udah telat 30 menit. Mending gak usah sekolah aja sekalian!" omel Pak Jon lagi.
"Ooh jadi Bapak nyuruh saya nggak sekolah? Yaudah deh saya balik aja pulang," ujar Deva sok polos sambil berbalik badan.
"Eeh eh, bukan begitu maksud saya," Pak Jon mendadak panik. Deva memutar balik badannya sambil menaikkan sebeah alis, bertanya. Pak Jon menghela napas. "Yaudah, sana masuk ke kelas. Nanti kamu nggak boleh istirahat pertama. Bantuin saya rapiin berkas di kantor guru!"
"Itu doang pak? Nggak bersiin lapangan atau berdiri dekat tiang bendera gitu?"
"Kamu mau? Yaudah kalo gitu ...,"
"IYA PAK NANTI SAYA KE KANTOR GURU," potong Deva cepat. "Yaudah saya ke kelas dulu ya pak. Daaah, pak!"
Pak Jon hanya dapat menghela napas lelah sambil memijat kepalanya yang pusing melihat tingkah laku muridnya itu.
***
Satu jam sebelum bel pulang sekolah berbunyi, hujan sudah turun dengan derasnya. Petir dan kilat yang datang silih berganti membuat para murid yang ada di dalam kelas kedinginan sekaligus merasa ngeri. Rasa-rasanya seperti kilat akan menyambar mereka dari kaca jendela kelas yang tidak tertutup tirai. Hingga bel pulang sekolah berbunyi, hujan masih belum juga reda.
Deva baru pulang setengah jam setelah bel pulang berbunyi karena dia harus menuntaskan panggilan alamnya. Kini, dia terjebak di tengah hujan yang turun dengan derasnya seorang diri.
"Nyesel deh gue nabrakin mobil ke tembok rumah," gumam Deva sambil menengadah ke langit. Dia menghela napas panjang. Kantin pasti ramai ditempati oleh anak-anak yang menunggu jemputan dan hujan reda, sedangkan teman-temannya sudah pulang lebih dulu dengan berbagai macam alasan. Padahal sebenarnya mereka malas menunggu Deva di toilet.
Karena tidak tahu harus kemana, Deva berlari kecil menuju halte yang letaknya dekat dengan parkiran. Sebelum duduk, dia melihat seorang perempuan dengan baju seragam sekolahnya yang dibalut dengan hoodie hitam dan headset besar melingkar di leher sedang duduk memandangi jalanan. Senyum tipis Deva muncul. Dia berjalan mendekat ke arah perempuan itu.
"Sendirian aja?" tanya Deva dengan suara agak keras karena terhalang suara hujan.
Perempuan itu meliriknya sekilas, lalu membuang muka lagi. "Menurut lo ada gak orang di deket gue sekarang?"
"Ada," jawab Deva. "Nih gue berdiri di deket lo."
Perempuan itu berdecak, membuat Deva tersenyum. Dia langsung mengambil tempat di sebelah cewek itu. Matanya sesekali melirik ke arah cewek disebelahnya yang masih memandang ke jalan raya tanpa mempedulikan keberadaannya sama sekali. Ketika Deva sudah beralih menatap jalan raya di depannya, baru dia bersuara lagi.
"Kenapa belum pulang?" tanya Deva tanpa menoleh.
"Belum dijemput."
"Kenapa belum?"
"Mobilnya mogok jadi telat jemputnya."
"Biasanya lo bawa motor kan? Motornya mana?"
"Rusak."
"Rusak kenapa?"
"Ditabrakin ke pagar tetangga sama abang gue."
"Udah dibawa ke bengkel?"
"Ya udahlah. Masa dibiarin gitu aja di rumah?" jawab perempuan itu jengkel.
Semakin jengkel perempuan di sebelahnya, semakin membuat Deva gemas untuk mengusilinya terus. "Lama nggak di bengkelnya?"
"Mana gue tau," perempuan itu mendengus.
"Kalo lama di bengkel terus lo dijemputnya sama siapa dong?"
"Banyak tanya ya lo." Perempuan itu menoleh, menatap Deva dengan tatapan kesal yang terlihat jelas di matanya. "Jadi cowok gak usah bawel deh lo. Jijik tau gak."
Deva tertawa pelan. "Enak ngeliat lo kesel kayak gitu."
"Enak, enak. Lo kira makanan apa enak," ketus perempuan itu.
Deva mendekatkan mukanya sedikit pada perempuan itu. "Alivia, lo harus tau kalo wajah lo itu dua kali lebih cantik kalo lagi kesel dan marah."
Alivia menepuk wajah Deva. Cukup keras, hingga membuat Deva berjengit kaget dan meringis kesakitan.
"Dasar mesum." Lalu gadis itu berlalu masuk ke dalam sekolah.
Deva mengusap pipinya sambil menatap punggung Alivia. Nih cewek ganasnya bukan main, batin Deva dalam hati. Cowok itu segera bangkit dan mengejar Alivia ke dalam sekolah.
Deva menarik pergelangan tangan Alivia, membuat gadis itu langsung berbalik. "Apasih?!"
"Yakin nggak mau dianterin pulang?" tanya Deva. Nada bicaranya kali ini lebih serius. "Gue naik motor sih. Tapi hujannya juga udah mulai reda kan? Ayo biar gue anter."
Alivia menggelengkan kepalanya. "Gak, makasih."
"Liv," Deva kembali memanggil cewek itu. "Makin lama lo disini ntar langitnya makin gelap. Ayolah biar gue anter. Kali ini aja deh, besok-besok nggak lagi. Lo masih betah nungguin abang lo beresin mobilnya yang mogok?"
Livi terdiam. Sebenarnya tadi dia sudah berniat untuk memesan angkutan online kalau abangnya masih lama menjemput. Tapi karena dia sedang menghemat uang, mau tidak mau dia menerima tawaran gratis Deva ini.
"Kali ini aja," kata Livi.
Deva mengangguk sambil tersenyum. "Kali ini aja."
"Setelah itu nggak ada interaksi apapun di antara kita."
Deva terdiam sebentar. Sesaat senyumnya hilang, lalu muncul lagi. "Yaudah. Mumpung udah gerimis doang kita pulang sekarang ya."
***
Sesampainya di pekarangan depan rumahnya, Livi cepat-cepat turun dari motor Deva. Dia bahkan sampai lupa bahwa dia masih memakai helm.
"Makanya jangan langsung nyelonong pergi aja," ujar Deva sambil menerima helm yang diberikan Livi.
Livi mengabaikan ucapannya. Setelah mengucapkan terima kasih, gadis itu berbalik badan menuju pintu rumahnya. Sebelum itu, Deva meraih pergelangan tangannya.
"Apalagi?" tanya Livi, masih dengan nada gusarnya yang sama.
"Gue boleh masuk ke rumah lo kapan-kapan?" tanya Deva. Ada sedikit nada berharap disuaranya.
Livi menggeleng. "Rumah gue nggak menerima orang kayak lo. Udah ya, ntar keburu hujan lagi." Lalu gadis itu berjaan menuju ke dalam rumahnya.
Deva memandanginya berjalan masuk hingga dia menutup pintu. Dia menghela napas panjang, lalu menyalakan mesin motornya lagi dan melaju pulang ke rumahnya dengan perasaan campur aduk.
***
Haiiii. Maaf ya kalo lama apdetnya, dan maaf juga kalo part ini pendek:(. Gue udah melakukan beberapa kali revisi buat part ini dan revisi yangg terakhir tuh ilang :(. Kesel gak sih udah capek-capek ngetik tapi malah ilang. Akhirnya gue baru bisa publish hari ini. Semoga kalian suka ya! Kritik dan sarannya ditungguuu! anyways, happy new year yaa HEHEHE
***
That Girl-All Time Low
26 Januari 2018
KAMU SEDANG MEMBACA
One and Only (New Version)
Roman pour Adolescents"Yaudah, kalo gitu kapan-kapan gue bawa lo naik kereta kencana terus kita pergi ke dermaga dan naik kapal pesiar buat keliling Eropa. Gimana? Lo nggak bakalan nolak kan?" Livi mencibir. "Ngapain juga gue naik kereta kuda keliling Eropa sama lo. Buan...