[8]

2.6K 284 2
                                    

Sekolah sungguh membosankan hari ini. Untuk kesekian kalinya, Sasuke menguap. Ia juga tidak terlalu mendengarkan penjelasan --sensei yang menjelaskan.. ya, itu Sasuke 'kan tidak mendengarkan.

Disampingnya, ada Naruto yang sibuk mencatat apa saja yang diucapkan Aburame-sensei.

Hati Sasuke terasa digenggam erat saat matanya tak sengaja melihat kearah tangan Naruto. Ini adalah kesekian kalinya matanya melihat kearah sana. Meski begitu, Sasuke tetap tak bisa menghentikan tangan yang tiba - tiba mencengkram dadanya itu. Ngilu. Disana, diatas meja, tangan Naruto bertengger. Tangan itu terbalut oleh kain kasa yang menutupi kepalan keempat jemarinya. Rasa bersalah sempat menghinggapi Sasuke sebelum Sasuke tepis dengan mengalihkan matanya.

'Itu salahnya sendiri, bukan salahku.' hibur Sasuke untuk dirinya sendiri. Tapi tetap saja pikirannya berkelit dengan sendirinya jika ini merupakan salahnya. Seharusnya kemarin ia biarkan saja Naruto masuk kedalam kamarnya. Bukannya membiarkannya menggedor - gedor pintunya hingga membuat tangannya terbalut seperti itu --juga karena tidak berhenti sebelum penghuni lain menengurnya. Sepertinya jika saja kemarin Gaara tidak menegurnya, tangan Naruto akan lebih parah dari ini.

Mata Sasuke gatal sekali ingin melihat kembali ke tangan Naruto. Tapi Sasuke menahannya dengan serius menatap jam dinding yang berada lurus diatas papan tulis, sebelum akhirnya menyerah. Sasuke menatap tangan Naruto dengan sendu. Pelan, tangan kanan Sasuke mulai bergerak untuk menggapai tangan itu. Sebentar lagi. Sedikit lagi. Sayangnya---

Bel berdering dengan nyaring. Sasuke dengan cepat menarik tangannya.

Pun Sasuke atau Naruto, mereka sama - sama mempercepat gerakan mereka. Naruto karena ingin menghentikan Sasuke dan menjelaskan apapun yang menurutnya harus dijelaskan. Dan Sasuke yang karena ingin segera pergi menghindari Naruto. Dilihat dari manapun, Sasuke sangatlah gesit. Naruto harus mendesah kecewa karena Sasuke langsung keluar dari kelas dengan tas yang disampirkan dibahu kanannya.

Tidak ingin menyerah, Naruto segera menyusul Sasuke yang jalannya cepat dan dengan langkah - langkah yang besar pula.

"S-sasuke! Sasuke-kun, tunggu aku!" seru Naruto. Para siswa yang masih berada disana memasang wajah kesalnya.

"Kenapa si pantat ayam itu beruntung sekali." nada mereka serempak.

"Sasuke-san-kun-sama!" Sasuke segera mempercepat langkahnya, alih - alih berhenti. Naruto mengejarnya dibelakang dengan terengah - engah. Entah mana yang harus Naruto lampiaskan kesalnya. Pada kakinya yang pendek, atau pada kaki Sasuke yang teramat jenjang. Pokoknya Naruto kesal. Tapi si blonde itu tetap tidak menyerah. Pemuda itu mempercepat larinya. Sayangnya, saat belokan kekoridor bawah, Naruto kehilangan sosok raven itu.

Disisi lain, Sasuke sama terengahnya, karena ia berlari agar Naruto tidak dapat mengejarnya. Sasuke ingin bersembunyi. Awalnya, Sasuke akan memilih bersembunyi ke rumah pohon dibrlakang asrama. Tapi--tidak! Itu bukan sembunyi namanya. Naruto telah mengetahui tempat itu dan itu tidaklah akan menjadi tempat bersembunyi yang baik. Akhirnya Sasuke memilih untuk tidak kesana, melainkan ke taman dipusat kota Konoha. Selain karena untuk bersembunyi, Sasuke juga ingin menikmati musim gugur yang sebentar lagi berakhir dan akan tergantikan oleh musim dingin. Mungkin sekitar 5-6 hari lagi.

Lalu tiba - tiba mata Sasuke menangkap ada sebuah bunga Sakura yang jatuh tepat didepan wajahnya. Sasuke menengadahkan tangan kanannya, lima detik  kemudian, bunga itu mendarat dengan mulus ditelapak tangannya.

Taman Senju adalah sebuah taman yang berada disekitaran pusat desa Konoha. Sebuah taman yang dimana disekitarnya dipenuhi oleh pohon - pohon bunga sakura dan pohon yang --entah apa namanya-- berukuran besar yang mengelilingi sebuah arena bermain kanak - kanak.

Sore ini, taman ... tidak terlalu ramai. Mungkin karena suhu udara yang mulai turun sekian derajat. Dan itu membuat Sasuke merasa nyaman dengan kesenyapan dan ketenangan yang didapatnya disini.

Sasuke berjalan kearah sebuah pohon besar yang berada dekat dengan ayunan. Ia merebahkan tubuhnya disana. Dirasanya semua amat tenang.

..

Udara bertambah dingin. Langit diatas kepalanya telah menunjukan jingganya. Perutnya pun juga mulai membunyi benderang tanda lapar. Jadi, Sasuke memutuskan untuk pulang ke asrama.

Selama diperjalanan, Sasuke tak henti - hentinya menggosok kedua tangannya lalu meniupnya. Udara mulai benar - benar terasa dingin menusuk. Apalagi Sasuke masih hanya memakai seragam sekolahnya yang tipis. Bibir Sasuke memutih, dan kulit pucatnya bertambah pucat.

Begitu sampai di asrama, Sasuke segera berjalan cepat kekamarnya. Takut - takut Naruto melihat dan mencegatnya.

Menutup pintu, Sasuke mendesah lega karena tak ada Naruto sama sekali. Sasuke segera mengganti bajunya ke lebih yang memadai. Sebuah sweeter manis berwarna biru dongker dengan sebuah garis hitam putih dikedua sisi lengannya dan celana bahan. Sasuke segera merebahkan tubuhnya. Rasa lapar yang tadi menghinggapnya, kini tergantikan rasa lelah dan kantuk. Sasuke hanya ingin tidur sebentar saja.

Ketika matanya persekian detik mulai menempel satu sama lain, suara ketukan pintu membuat langsung terjaga dan segera mendudukan dirinya. Sasuke menatap pintu itu was - was jikalau itu adalah Naruto. Sasuke segera menyaut dengan bertanya, "Siapa?"

Suara gugup dari balik pintu menjawab, "S-sasuke-kun, i-ini aku, Na---"

Ternyata benar. Sasuke memotong perkataan Naruto tanpa mendengarnya lebih lanjut. "Pergilah!" Tapi Naruto kelas kepala. Suara ketukan itu masih terdengar.

"Sasu--"

"Pergilah, Uzumaki!" teriak Sasuke tidak sabaran.

Hening selama beberapa saat. Bahkan untuk persekian detik, Sasuke menyangka jika Naruto telah pergi dari depan pintu kamarnya. Sebelum akhirnya sebuah suara bergetar menyusul,

"B-Baiklah, U-uchiha-san, aku akan pergi. Supnya aku taruh didepan pintu kamar Uchiha-san, ya. Jangan lupa memakannya atau supnya nanti akan menjadi dingin. Lalu jangan lupa minum obat. Obatnya sudah kutaruh disamping air minumnya. Obatnya diminum setelah Uchiha---"

Sasuke menghela nafas, memotong. "Aku tahu. Aku tidak bodoh!"

Lagi - lagi hening.

"Ba-baiklah. Aku akan kembali kekamarku." suara Naruto bergetar cukup hebat.

Setelah itu, benar - benar hening. Hingga suara cicak saja terdengar.

Sasuke mulai turun dari tempat tidurnya. Ia berjalan dengan hati - hati kearah pintu kamarnya. Tanpa suara, ia membukanya.

Dan benar saja, dibawah, didepan kakinya, ada sebuah nampan berisi sup, segelas air dan susu, yang sama - sama masih mengepulkan uap. Disamping air itu, ada dua tablet obat yang telah dibuka dan dilatakan dalam sebuah piring kecil.

Melihat itu semua, lagi - lagi ada sebuah tangan tak kasat mata yang mencengkram dadanya. Membuat nafas Sasuke tersendat untuk beberapa hembusan nafas. Berjongkok, Sasuke mengambil nampan itu dan membawanya masuk kekamarnya.

Selang beberapa detik, Naruto melongokan kepalanya dari dalam kamarnya. Senyum manis mulai tersungging dibibirnya, tatkala ia tak melihat nampan yang tadi ia letakan didepan kamar si pemuda raven itu.

Naruto menutup kembali pintu kamarnya, dengan senyum yang semakin melebar.

***


26/10/2017

Kitty ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang