Prolog

124 8 24
                                    

Erin

Aku sedang duduk di pojokan kantin sekolah saat aku merasa ada yang sedang menatapku dari kejauhan. Aku sedang mencari tau siapa fans beratku yang selalu megikutiku itu.
Kehidupanku yang tenang seketika berubah ketika si stalker itu terus mengikutiku. Memang dasar kurang ajar! Berani-beraninya dia mengganggu kehidupanku, seorang siswi SMA yang polos, alim, dan lemah lembut sepertiku. Kalau tertangkap, aku akan membuat dia nangis darah dihadapanku! HAHAHAHAHA!

Tunggu dulu, aku mendengar suara aneh yang cukup keras. Jangan-jangan suara itu berasal dari si stalker!
Aku mulai mencari-cari asal suara itu, suara itu terdengar semakin kencang sekarang. Saat aku sedang fokus mencari asal suara itu, seseorang menepuk pundakku,

"woi! Itu perut lo udah teriak-teriak minta makan."

Orang yang baru saja menepuk pundakku sekaligus memberitahuku asal dari suara aneh itu adalah sahabatku, Nathalie. Dia memliki rambut berwarna hitam lurus yang panjangnya sampai ke pundak, matanya berwarna coklat, hidungnya mancung, dan bibirnya merah. Dia memiliki kulit yang pucat, tubuh yang langsing dan juga tinggi (tapi aku masih lebih tinggi).

"Iya gue tau! Masa gue ngga ngenalin suara perut gue sendiri." Sahutku.

aku tidak boleh membiarkan dia tau kalau aku tadi sedang mencari asal suara yang ternyata berasal dari perutku yang kelaparan.

"Klo emang tau, kenapa tadi lo celingak-celinguk nyariin asal suara itu?" Tanyanya.

Oh tidak! Aku tercyduk. Tapi aku tidak mungkin mengakuinya begitu saja, bisa-bisa harga diriku jatuh.

"Siapa bilang! Gue tuh lagi memperhatikan sekitar, siapa tau gue bisa menangkap basah fans berat gue yang selalu ngikutin gue."

"Fans berat?" Tanyanya dengan wajah bingung.

"Iya, fans berat alias stalker yang selalu ngikutin gue." Jawabku.

"Yaudah, Klo gitu sekarang lo makan sana! Ntar lo pingsan lagi."

Cih! Kalau ngomong doang aku juga bisa, masalahnya adalah biaya yang diperlukan untuk mencegahku pingsan sekarang.

" kenapa muka lo cemberut begitu? Ngga ada duit? Klo ngga ada duit kan tinggal pinjem dulu ke gue, pasti gue pinjemin kok."

Wah! Ternyata dia peka! "Tapi gue ngga mau minjem duit lo...gue maunya lo beliin gue makan." Jawabku.

Aku tidak peduli kalau kalian bilang aku tidak tau malu, disaat darurat seperti ini tidak boleh ada kata malu.

"Terserah lo deh, tapi gue beliin yang murah aja ya,"

"eh, tapi makanannya harus yang bikin kenyang, klo ngga sama aja boong."

Tidak salah kan aku bilang seperti itu, kalau dia hanya memberiku makanan ringan aku hanya bisa bertahan selama beberapa menit sebelum akhirnya aku pingsan dan kemudian mati kelaparan.

"Iya, iya, gue tau. Perut gentong kayak lo mana bisa diisi cuma pake makanan ringan."

Ternyata dia benar-benar mengerti aku.
Setelah dia berkata begitu, dia langsung pergi menuju lautan manusia yang sedang mengantri untuk membeli makanan di kantin. Sebenarnya makanan si kantin tidak begitu enak (sepertinya kurang micin), Kalau bukan karena aku lapar berat, aku tidak sudi membuang uangku untuk membeli makanan di kantin sekolah.

Tiba-tiba saja aku merasa si stalker itu menatapku lagi. Aku benar-benar tidak tahan. Semoga Nathalie cepat kembali, walaupun aku tau dia pasti akan lama.

In The DarkTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang